Disisi Kanan
"Anak kita nendang-nendang kayaknya gede nya jadi pemain sepak bola nih, sayang."
"Aku kan maunya dia jadi penyanyi dangdut, siapa tau lagi ngedisko sayang."
Di Belakang
"Mas sakit banget perutnya, kayaknya aku mau brojol deh..."
"Mas, kamu kok diem aja sih. Istri kamu lagi kesakitan gini"
"Anu."
"Jangan anu anu, kamu elus dong perutnya!"
"Maaf ba, suami mba di sebelah kanan. Bukan saya. Hehehe"
Disisi Yang Sesungguhnya
"Seharusnya lo tuh minta temenin suami lo Kinan, bukan gue" bisik Hanum sambil mendengus kesal dan berusaha menahan amarahnya
Kinan melengkungkan bibirnya "biar lo tau gimana rasanya jadi ibu hamil."
"Lo lagi menguji kemarahan gue ya?"
"Percaya sama gue. Lo hamil pasti bakalan sama kayak mereka, jadi anggep aja ini pelajaran gratis dari gue."
Hanum berdecih kesal dan menyandarkan kepalanya dipundak Kinan. Kepalanya hampir pecah karena percakapan seorang suami istri yang berada disisi Hanum. Menunggu giliran untuk masuk kedalam, sama saja seperti durasi film, 60 menit lebih pun tidak ada panggilan sama sekali
"Num, gue ke toilet dulu ya. Kalau nama gue dipanggil lo kedalem duluan aja, oke?" Hanum mengangguk malas dan menyandarkan kepalanya dikepala kursi
"Kinan Saraswati Chandra Poli Kandungan..."
Hanum terdiam dan mendengarkan suara yang muncul di speaker pojok kanan
"Kinan Saraswati Chandra, Poli Kandungan..."
Hanum tersentak kaget saat seorang ibu-ibu mencolek tangan kiri nya, "neng namanya Kinan?"
"Kinan? ah bukan bu, sa-" jawabnya terputus saat menyadari bahwa sekarang adalah giliran Kinan. Hanum pun langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam poli yang tadi diucapkan.
Hanum membuka knop pintu setelah itu menutupnya rapat-rapat, ia pun membalikkan badan nya dan tiba-tiba saja menjadi terdiam dan tidak bergerak saat melihat sebuah kursi yang berbalik kearahnya. Kini Hanum merasa sebuah efek slow motion terjadi pada dirinya akibat seorang dokter tampan sekaligus muda kini tersenyum lebar kearah Hanum
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Cinderella
Teen FictionDiumur yang hampir melampaui kepala tiga itu terasa sia-sia bagi perempuan itu. Karena ia belum pernah mendapatkan kisah cinta yang berujung bahagia. Yang Hanum bisa hanyalah menjawab dan memberi solusi untuk orang-orang yang sedang mengalami patah...