Siang matang. Langit bersih, sama sekali tak nampak lipatan-lipatan awan. Burung gereja satu dua turun ke jalan. Mengambil rerumputan kering kemudian terbang lagi, membentuk sangkar di atas dedahanan, bersiap menjemput telur keluar dari rahimnya.
Angin siang sesekali bertiup. Panas dan berdebu, ikut mengisi hiruk pikuk jantung kota. Tega sekali menarik topi tukang becak dari kepalanya, kebotakannya kini jadi bahan tawaan penjual gorengan di kiri kanan. Kebotakan yang muncul dari kesibukan memikirkan dengan apa anak istrinya makan sedang uang hasil kayuhannya habis di meja judi dan kartu domino, tengah malam saat bilik-bilik pasar sepi.
Jalanan kota sangat sibuk. Orang-orang menjalankan peran.
Pramuniaga sibuk menepuk-nepuk dagangan, menjauhkah dari debu yang entah dari mana datangnya gemar sekali hinggap. Sedang pemilik toko sibuk scrooling sosial media.
Hajah Dewi yang pamer gamis baru miliknya. Pak Ramdan, juragan sapi kenamaan di desanya, memposting mobil barunya. Belum termasuk Intan, anak teman arisannya itu diterima kuliah di sebuah kampus besar, kampus yang kalau orang tuanya ke mana saja pergi akan dengan bangga pamer.
Sedang dirinya, hanya duduk melamun, sial sekali. Hanya memandang beberapa pramuniaganya bekerja di toko baju miliknya yang sepi bukan main. Memandang HP-nya lagi, kemudian mendengus kesal, membayangkan kehidupannya seberuntung yang baru saja nampak di layar.
Siang hari, semua orang bekerja, termasuk ingatan. Mari lupakan sebentar ibu-ibu yang akhirnya akan memecat karyawannya satu persatu jika minggu depan tokonya masih sepi.
Ada jutaan perkara di dunia ini yang mengantarkan kita pada selongsong ingatan. Di dalam selongsong itu tak sedikit mesiu waktu bercampur. Perihal rindu, wajah, gurat senyum, memori manis dan masam, ditinggalakan dan menemukan atau salah satu yang menyebalkan adalah bola mata.
Pernahkah kalian mengalami pertemuan dengan seseorang?
Seseorang yang tidak kalian ingat namanya tapi kalian merasa pernah bertemu, bertegur sapa, parahnya mungkin sudah mengobrol lama. Boleh jadi karena lingkaran dinamisme, manusia lebih unpredictable. Lebih gemuk atau lebih kurus, lebih bersih tidak lagi jerawatan yang membuat tiba-tiba kalian naksir atau mungkin datang kepada kita berpasangan, lengkap dengan momongan. Namun saat kita menatap persis matanya, kita seketika ingat banyak hal.Tidak ada manusia yang sanggup mengindentifikasi bagaimana cara Tuhan menciptakan sejumlah manusia sepasang bola mata yang berbeda. Bahkan pada beberapa kasus anak kembar lahir dengan bola mata berbeda.
Tanpa kita sadari, kita akan dengan mudah terpikat melalui mata. Indah, teduh, jernih, pupil warna warni, bulat besar atau kecil sipit, kita pelan-pelan mulai jatuh hati. Kemudian dengan kuasa-Nya kita dibuat rela berlama-lama tenggelam kepada sepasang mata itu. Menatapnya betul-betul membuat kita percaya bahwa hidup ini berarti, hidup ini berjalan, namun terhenti tiba-tiba begitu tiba di bola matanya.
Lihat saja sepasang yang tengah dimabuk cinta di tengah alun-alun kota. Umur mereka terhitung belasan. Di tengah lalu lalang muda mudi lainnya dan para PKL yang sibuk melayani pembeli, mereka di sana.
Kepala si laki-laki tengadah ke langit, meski sejatinya kita tahu laki-laki itu sibuk menatap perempuan yang memangku kepalanya, mirip sekali tayangan FTV di jam-jam pulang sekolah. Tangan laki-laki memainkan jari perempuannya. Diam-diam mengecup punggung tangan wanitanya.Gadis yang belum lama diterima masuk SMA itu bungah hatinya. Ia membuang muka, takut menyadari laki-laki di pangkuannya menyadari pipinya memerah. Janji-janji yang laku di kalangan muda-mudi kembali diucapkan. Tak pernah bosan meski ratusan kali perempuan itu mendengarnya. Ya, tanpa ia tahu, laki-laki yang bersumpah tak akan meninggalkannya barusan sejatinya tak mahir mengolah kata. Hanya kalimat itu-itu saja yang terus ia ulang. Menyenangkan sekali melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menemukan Kehilangan
Non-FictionBagaimana kalau ternyata kehilangan datang dengan maksud lain? Apa sebenarnya kita pantas merasa sebagai korban kehilangan padahal diri kita sendiri sejatinya bukan milik kita. Banyak hal ditemukan kemudian setelah kehilangan untuk mengekalkan bahw...