Di pagi yang cerah, terlihat dua anak Adam tengah terlelap dalam tidur mereka yang damai hingga sinar mentari mulai menembus masuk melalui dinding kaca dan mengusik tidur dari salah satu anak Adam tersebut.
Wang Yibo, pria dingin itu terbangun karena merasa terusik akan silau cahaya mentari yang mulai memenuhi setiap sudut kamarnya. Beberapa detik dia mencoba membiasakan matanya dengan sinar mentari sebelum dia mulai meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Dan ketika dia menolehkan kepalanya, dia melihat Xiao zhan yang masih meringkuk dengan tubuh polosnya berada di bawah selimut. Melihat pemandangan indah di pagi hari membuat Wang Yibo tak bisa menahan senyumnya karena perasaan bahagia yang membuncah dalam dadanya.
Namun kemudian senyum itu mulai luntur dari bibirnya ketika dirinya kembali teringat tujuan dari pernikahannya. Wang Yibo tak bisa memungkiri kalau dirinya telah jatuh cinta pada sosok manis nan rapuh yang sudah menjadi istri sahnya dalam dua bulan terakhir ini. Wang Yibo juga tak bisa mengelak perasaan bahagia yang dia rasakan setiap kali bersama dengan Xiao zhan. Tapi Wang Yibo juga tak bisa membantah kalau selalu ada rasa takut setiap kali dirinya teringat akan tujuan dari pernikahannya tersebut. Wang Yibo benar-benar seperti pengecut jika harus dihadapkan bayang-bayang Xiao zhan yang akan meninggalkannya suatu saat nanti karena rencana balas dendam konyolnya.
"Huft.. kenapa semua terasa semakin berat setiap harinya? Kau tau Xiao zhan, aku mulai mencintaimu. Tidak.. tapi aku rasa aku sudah mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu. Tapi maafkan aku karena harus menjadikanmu alat balas dendamku. Aku berjanji akan mengatakan semuanya, tapi tidak sekarang. Aku mohon kau mau mendengar penjelasanku sebelum kau memutuskan semuanya."_batin Wang Yibo yang mulai resah akan nasib pernikahannya hingga tanpa sadar dia meneteskan air matanya untuk pertama kalinya setelah sekian lama hatinya membeku sejak hari kematian ibunya.
"Pagi Yibo." Sapa Xiao zhan dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
"Pagi sayang." Balas Wang Yibo yang buru-buru menghapus air matanya sebelum Xiao zhan melihatnya.
"Bagaimana tidurmu? Apa aku terlalu kasar semalam?" Lanjut Wang Yibo yang sukses membuat Xiao zhan memukul wajah tampannya dengan bantal.
"Aw.. hya.. kenapa kau malah memukulku? Kau bahkan tak memberiku morning kiss. Astaga.. kau kejam sekali. Apa kau masih belum bisa menerima--"
Cup
Sebuah kecupan mendarat di bibir tipis Wang Yibo hingga membuatnya berhenti mengomel.
"Berhenti bicara hal-hal aneh. Kau tau kalau aku tak seperti itu. Aku mungkin masih belum bisa mengatakan kalau perasaanku saat ini kepadamu adalah perasaan cinta. Tapi yang harus kau tau adalah aku sangat bahagia setiap kali bersamamu. Dan untuk saat ini hanya itu yang bisa aku berikan untukmu. Kau tau kalau hatiku tak sama seperti dulu. Aku tak bisa begitu saja menerima kata-kata cinta dari orang lain seperti dulu. Aku--"
"Sstt.. aku tau sayang. Kau tak perlu menjelaskannya lagi. Maafkan aku karena sudah bicara aneh tanpa memikirkan perasaanmu. Maafkan aku, hmm?" Bujuk Wang Yibo sembari menarik serta memeluk tubuh polos Xiao zhan dalam pelukannya.
Sedang Xiao zhan hanya menganggukkan kepalanya yang tengah bersandar di atas dada bidang Wang Yibo yang sama-sama polos sepertinya.
Berbeda dengan suasana kamar Wang Yibo dan Xiao zhan yang penuh aura berwarna merah jambu, kamar Wang Dyllan dan Meng Ziyi terlihat begitu kosong dan hampa. Meski keduanya tidur di ranjang yang sama, namun tak ada sedikitpun kehangatan yang dapat di rasakan. Pagi mereka tak secerah mentari, tak sehangat pelukan, dan tak seindah pelangi.
Saat sinar mentari menembus dinding kaca kamar mereka dan memaksa suami-istri itu bangun dari tidurnya, baik Wang Dyllan maupun Meng Ziyi hanya diam tanpa memberi kecupan ataupun sapaan satu sama lain. Begitu mereka membuka mata, maka mereka akan segera meninggalkan ranjang dan melakukan rutinitas mereka seperti biasa. Wang Dyllan yang akan pergi ke kantor sedang Meng Ziyi akan pergi ke butiknya. Mereka bertingkah seolah orang asing yang tak saling mengenal satu sama lain meski kenyataannya mereka tinggal dalam satu atap dan tidur dalam satu ranjang yang sama.
"Dyllan tunggu.. ada yang ingin ku bicarakan denganmu." Ucap Meng Ziyi begitu melihat sang suami hendak membuka pintu kamar mereka.
"Katakan." Gumam Wang Dyllan tanpa melihat ke arah Meng Ziyi yang tengah berdiri sedikit jauh di belakangnya.
"Mm.. begini.. aku rasa hubungan kita tak bisa seperti ini terus. Aku juga ingin merasakan apa itu dicintai. Tapi aku tak bisa dan tak pernah bisa mendapatkannya darimu. Bahkan selama dua tahun pernikahan kita, tak pernah sekalipun kau memberikan sedikit saja celah untukku agar aku bisa masuk ke dalam hatimu. Meski aku rela merusak tubuhku hanya untuk mengandung dan melahirkan pewaris seperti yang kau dan keluargamu inginkan, tak pernah sekalipun kau melupakan Xiao zhan dan tersenyum bahagia karenaku. Aku lelah, aku juga ingin bahagia Dyllan."
"Maafkan aku. Aku tak bisa memberikan apa yang kau inginkan meski sudah berkali-kali aku mencobanya. Aku terlalu mencintai Xiao zhan hingga tanpa sadar aku sudah menyakitimu. Maafkan aku Ziyi. Aku--"
"Cukup Dyllan. Kau tak perlu menjelaskannya lagi. Aku sudah memutuskan untuk melepasmu. Dan mulai saat ini kita akan berada di jalan masing-masing. Kau dan aku berhak bahagia, begitu pun dengan Jackson. Maka dari itu, mari berpisah dengan baik-baik. Jangan lagi ada pertengkaran diantara kita."
"Kau ingin kita berpisah?"
"Hng. Tak ada lagi yang bisa kita pertahankan dari hubungan ini. Semakin kita bertahan, semakin kita tersakiti satu sama lain."
"Tapi Jackson, dia membutuhkanmu. Dia butuh sosok ibu dan itu kau."
"Tidak. Aku tak pantas disebut seorang ibu. Ibu mana yang tak pernah sekalipun menyentuh anaknya? Meski aku yang mengandung dan melahirkannya, tapi aku tak pernah memeluknya, tak pernah menciumnya, dan tak pernah sekalipun aku memikirkannya. Ibu macam apa aku ini? Kau benar, aku egois. Aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku terlalu sibuk mengejar cintamu hingga melupakan kewajibanku. Maka dari itu, aku merasa malu dan tak pantas menyebut diriku sebagai ibunya karena selama ini tak ada yang kulakukan untuk putraku sendiri. Aku rasa Jackson juga merasakan hal yang sama denganku saat ini. Dia pasti berpikir kalau aku bukanlah ibunya, dia bahkan ketakutan setiap kali melihatku. Jadi kurasa dia akan lebih bahagia jika berada disini karena dia sudah mendapatkan sosok seorang ibu yang sesungguhnya."
"Maksudmu?"
"Xiao zhan. Mantan kekasihmu itu adalah sosok ibu yang di inginkan oleh Jackson, bukan diriku. Aku merasa malu mengatakan ini. Tapi kau benar, Xiao zhan memang beda dan aku tak bisa mengalahkannya. Meski dia terlahir sebagai seorang pria, tapi hatinya benar-benar penuh kelembutan dan kasih sayang layaknya seorang ibu. Dan sekarang aku tau kenapa sampai saat ini dia masih bertahta dan memegang semua kendali di hatimu. Jadi ayo kita berpisah dengan baik-baik tanpa ada pertengkaran lagi."
"Ziyi, apa kau yakin?"
"Hng. Tentu saja. Apalagi yang membuatku tak yakin dengan keputusanku? Sekeras apapun aku mencoba, takkan pernah bisa aku mendapatkan hatimu karena kau sendiri tak ingin memberikannya padaku. Aku juga ingin bahagia Dyllan. Jika dengan melepasmu aku bisa mendapatkan kebahagiaanku, maka tak ada alasan lain lagi untuk tak melakukannya bukan?"
"Baiklah jika itu keinginanmu, maka pengacaraku akan mengurus semuanya. Maafkan aku Ziyi, aku selalu menyakitimu. Semoga kau bisa mendapatkan kebahagiaan setelah kita berpisah. Maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Wang Dyllan pergi meninggalkan Meng Ziyi yang mulai menumpahkan air mata yang sedari tadi dia tahan.
"Kenapa rasanya sesakit ini..hiks.. aku yang memutuskan untuk mengakhiri semuanya.. hiks.. aku yang ingin pergi.. hiks.. tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan.. hiks.. aku.. hiks.. AAAAARRRRRRGGHHHHHHHHH....." Raung Meng Ziyi yang penuh dengan kesakitan luar biasa. Namun sayang tak ada seorang pun yang mendengar jeritan hatinya yang terluka.
Tbc
Terima kasih buat semua readersnim yang udah support ff gaje ini😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND
Fanfiction"Aku tak punya cukup nyali untuk mengatakan bahwa ini adalah cinta karena aku sudah menyakitimu berkali-kali. Tapi satu hal yang harus kau tau, bahwa hatiku sudah menjadi milikmu sejak pertama kali kita bertemu."