HB-14

2.2K 275 26
                                    

Isakan tangis, teriakan histeris, serta bau anyir darah bercampur menjadi satu hingga membuat ruang tamu mansion Wang terlihat semakin kacau. Di tambah dengan suara sirine baik dari ambulance maupun mobil polisi, serta cahaya blitz dari kamera para reporter yang datang membuat kediaman keluarga Wang semakin gaduh dan tak terkontrol.

Pelayan, penjaga, bahkan polisi membantu petugas medis mengevakuasi para korban penembakkan tersebut agar bisa segera dibawa ke rumah sakit.

"Xiao zhan.. hiks.. bangun sayang.. hiks.. buka matamu Xiao zhan.. hiks.. aku mencintaimu.. hiks.. aku sangat mencintaimu.. kumohon jangan tinggalkan aku.. hiks.. kumohon Xiao zhan.. hiks.. kumohon.. hiks.. akan kuberikan semua yang kau minta.. hiks.. aku berjanji.. hiks.." racau Wang Yibo yang terus memeluk tubuh lemah Xiao zhan dan menciumi seluruh wajahnya dengan harapan agar pria manis itu membuka matanya.

Bayang-bayang masa lalu kembali berputar di ingatannya seperti roll film. Teringat jelas bagaimana dulu dia juga memeluk tubuh kaku ibunya yang bersimbah darah. Rasa takut, sesal, dan marah mulai menggerayangi hatinya.

"Tuan, tuan Xiao zhan harus segera kita bawa ke rumah sakit tuan." Ucap salah seorang pelayan yang mencoba melepas pelukan Wang Yibo dari tubuh Xiao zhan.

"Rumah sakit?" Gumam Wang Yibo yang mulai linglung sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Kau benar. Rumah sakit. Ayo cepat bawa istriku ke rumah sakit. Jangan biarkan istriku.. istriku.. is--" racauan kalimat Wang Yibo terputus karena pria dingin itu tiba-tiba kehilangan kesadarannya hingga membuat semua orang semakin panik. Namun dengan segera tubuh Wang Yibo serta Xiao zhan di bawa ke rumah sakit menggunakan mobil ambulance. Meski sedikit sulit untuk membelah kumpulan reporter, namun akhirnya berhasil juga dilewati.


Skip


Putih, adalah satu-satunya yang Wang Yibo lihat begitu membuka mata untuk pertama kalinya.

"Yibo..kau sudah bangun nak?" Tanya tuan Li begitu melihat keponakan kesayangannya itu mulai sadar dari pingsan.

"Xiao zhan.. dimana Xiao zhan? Kenapa aku disini? Dimana istriku? Dimana Xiao--"

"Tenang Yibo.. tenang."

"Tenang? Paman bilang tenang? Bagaimana bisa aku tenang disaat seperti ini paman? Istriku tertembak tepat didepan mataku dan--"

"Dia bukan lagi istrimu. Sesuai perjanjian, jika terjadi sesuatu pada Xiao zhan maka aku akan mengambil kembali putraku." Sergah tuan Xiao dengan menahan amarah serta kesedihan yang teramat dalam.

"Xiao lung..bisakah kita bicarakan ini baik-baik? Kau tau kalau bukan Yibo yang menyakiti Xiao zhan. Kau juga tau kalau--"

"Kalau putra bodohku mengorbankan hidupnya untuk keponakan egoismu itu? Iya? Itu yang ingin kau katakan, HAH?!" Bentak tuan Xiao yang membuat tuan Li juga Wang Yibo hanya bisa diam dan merasa bersalah disaat bersamaan.

"Kau tau kalau Xiao zhan adalah satu-satunya hadiah yang istriku berikan. Kau tau kalau dia satu-satunya yang kumiliki di dunia ini. Kau tau kalau aku sudah pernah nyaris kehilangan putraku, dan sekarang putraku harus kembali terbaring di meja operasi demi bertahan hidup karena kalian. Bodohnya aku membiarkan putraku masuk dalam dunia kalian. Bodohnya dia yang mau saja menjadi tameng demi melindungi pria yang sudah menipunya. Hiks.. aku takkan pernah memaafkan kalian, terutama kau Wang Yibo." Setelah mengatakan itu, tuan Xiao pergi meninggalkan ruang rawat Wang Yibo tanpa mempedulikan panggilan tuan Li yang masih berusaha untuk memperbaiki segalanya.

Sraaakkk

Suara selimut yang disingkap dengan kasar membuat tuan Li berhenti berteriak memanggil sahabatnya tersebut.

HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang