Hening, satu kata yang bisa menggambarkan situasi saat ini. Meski sudah 30 menit berlalu, namun tak ada satu pun dari dua anak Adam itu yang mau membuka pembicaraan. Hingga salah satu diantara mereka akhirnya mengalah dan mulai berbicara.
"Kau tak ingin mengatakan apapun padaku?" Tanya Xiao zhan datar tanpa mau menatap Wang Yibo yang tengah duduk di kursi yang ada di sebelah ranjangnya.
"Apa yang ingin kau dengar?"
"Ck.. lupakan. Sekarang pergilah. Aku ingin istirahat." Ucap Xiao zhan yang kesal dengan sikap Wang Yibo yang masih saja dingin bahkan ketika dirinya dalam posisi bersalah sekalipun. Akhirnya Xiao zhan memutuskan untuk pura-pura tidur dengan memunggungi Wang Yibo.
"Kau sudah dengar semuanya dari ayahmu. Dan aku takkan menyangkalnya karena itu memang benar adanya. Aku tak mengatakan maaf, bukan berarti aku tak menyesalinya. Aku tak meminta ampunanmu, karena aku memang tak pantas mendapatkannya. Aku tak merayumu, karena aku tau kau takkan mempercayaiku. Jadi aku hanya akan diam dan menemanimu disini. Sekarang tidurlah."
"Pergi. Aku tak butuh kau temani."
"Tapi aku butuh. Aku membutuhkanmu. Bukan untuk rencana konyolku, tapi untuk hidupku."
"Apalagi yang kau butuhkan? Bukankah kau sudah mendapatkan segalanya? Nama, status, harta, bahkan ketenaran, bukankah kau sudah mendapatkan semua yang kau inginkan? Apalagi yang kau butuhkan dalam hidupmu?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku membutuhkanmu."
Mendengar jawaban Wang Yibo, membuat Xiao zhan naik pitam dan memilih untuk kembali bangun dari berbaringnya, lalu menatap jengah pada Wang Yibo.
"Apalagi yang kau butuhkan dariku, HAH?! Tak puaskah kau mempermainkanku? Tak puaskah kau sudah menipuku? Sebenarnya apa salahku pada keluargamu? Kenapa kalian selalu saja datang ke dalam hidupku hanya untuk menyakitiku? Pertama Dyllan, dan sekarang kau. Kalau kalian menyakitiku hanya karena aku menerima donoran hati dari ibumu, maka kau bisa mengambilnya kembali sekarang juga. Dan pergilah sejauh mungkin dari kehidupanku, karena aku sudah muak berurusan dengan keluarga Wang." Teriak Xiao zhan yang kesal sekaligus geram karena dirinya merasa hanya di permainkan oleh kedua putra keluarga Wang.
"Kau benar. Aku sangat ingin mengambil kembali hati ibuku. Tapi itu akan percuma, karena hati itu sudah menyatu denganmu. Dan hati itu akan mati jika aku memaksa untuk mengambilnya kembali. Jadi, bisakah aku memiliki kalian berdua? Kau dan juga hati ibuku, bisakah?" Balas Wang Yibo dengan suara lembut seolah teriakan kekesalan Xiao zhan hanyalah lullaby baginya.
Jujur saja ketika mendengar kata-kata Wang Yibo, tak dapat Xiao zhan pungkiri kalau hatinya menghangat dan bahagia di saat yang bersamaan. Namun dia terlalu takut untuk kembali percaya pada kata-kata pria dingin itu. Xiao zhan takut untuk kembali terjatuh dan tersakiti oleh perasaan semu yang hanya bersifat sesaat.
"Kurasa kau sudah tau jawabannya. Maka sekarang pergilah."
"Biarkan aku disini, aku takkan mengganggumu. Kau bisa mengabaikanku semaumu. Tapi kumohon, biarkan aku menemanimu disini."
"Aku bilang--"
Drrttt..drrtttt...
"Sebentar.. paman Yifeng menelponku." Sela Wang Yibo yang langsung menjawab telpon dari tuan Li.
Ntah apa yang tuan Li bicarakan di telpon itu, karena Xiao zhan sama sekali tak bisa mendengarnya, bahkan tak peduli. Xiao zhan hanya memutar bola matanya dengan malas dan memilih memainkan ponselnya sendiri.
["Yibo, ayahmu meninggal."]
"Apa?!"
["Ayahmu meninggal, Yibo."]
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND
Fanfiction"Aku tak punya cukup nyali untuk mengatakan bahwa ini adalah cinta karena aku sudah menyakitimu berkali-kali. Tapi satu hal yang harus kau tau, bahwa hatiku sudah menjadi milikmu sejak pertama kali kita bertemu."