Part 19

38.4K 1.3K 5
                                    

"Mana rok gue? Kok gue udah pake celana? Siapa yang gantiin?" Tanya Prilly cemas. Matanya memandang Ali berharap jawaban yang bisa melegakan hatinya.

"Hehe.." Jawab Ali dengan sebuah tawa kecil. Ia pun melemparkan senyuman kecil dan tampak wajahnya yang malu-malu.

"Gue yang gantiin, Pril" suara Ali pelan namun pasti. Ia tak berhenti nya senyum-senyum sendiri menatap Prilly. Prilly yang mendengar jawaban Ali langsung mengerutkan dahinya.

"Aliiiiiiii... Lo ngintiiiiipppp" teriak Prilly lagi. Ia pun melemparkan bantal yang ada di atas tempat tidur ke arah Ali. Ali bergegas lari menjauhi Prilly. Ia menutup telinganya dengan kedua tangan nya karna suara jeritan Prilly yang 8 oktaf itu.

"Prill.. Prill.. Tenang dulu" jawab Ali. Ia sedikit mendekatkan badan nya ke tempat tidur, mendekati Prilly lagi. Prilly yang tau Ali mendekat, langsung menarik selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya sedikit menunjuk raut yang ketakutan. Ali yang melihat reaksi Prilly langsung tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa lo ketawa?" Tanya Prilly.

"Ya lucu aja liat reaksi lo kayak gitu. Hahaha. Tenang aja Prill, gue gak ngapa-ngapin lo kok. Sumpah. Gue cuma kasian, baju lo basah dan rok lo robek. Ntar lo sakit kalau tidur pake baju basah" jawab Ali. Ia pun kembali duduk di pinggir kasur.

"Tapi lo sama aja ngambil kesempatan dalam kesempitan dong. Kenapa gak suruh bibik aja? Kan lo ada pembantu" jawab Prilly.

"Tadi bik inah itu lagi pergi, yang ada cuma mang ujang. Masa mang ujang yang gantiin baju lo, rugi dong gue! Mendingan gue kan" jawab Ali sambil melirik Priily. Ia memberikan tatapan centilnya kearah Prilly. Jarinya sedikit mencolek dagu Prilly.

"Idihhh.. Berarti lo liat dong Li. Aaaaa.." Rengek Prilly lagi. Prilly langsung menarik selimut sampai menutupi wajahnya. Ia benar-benar malu, wajahnya sudah merah merona.

"Ya elah Prill, kalau ngeliat lo pingsan kayak gitu gak akan nafsuan gue. Niat gue tadi itu cuma nolongin lo, gak lebih. Lo sih gak tau panik nya gue liat lo tadi" jawab Ali serius. Ia sedikit-sedikit menarik selimut yang menutupi wajah Prilly agar bisa melihat wajah Prilly lagi. Prilly yang dengar jawab dari Ali tadi langsung berubah fikiran.

"Iya ya, Ali udah nolongin gue. Dia benar-benar cemas tadi. Tega-tega nya gue nuduh dia yang bukan-bukan" bathin Prilly. Prilly pun membuka kan selimut yang menutupi wajah nya.

"Beneran tadi lo panik? Lo khawatir sama gue?" Tanya Prilly. Ia mengedip-ngedipkan matanya memandang Ali. Menggoda Ali sedikit.

"Ya iya lah, gimana gak panik coba liat lo kayak gitu. Gue khawatir, oon" jawab Ali. Ia mencubit pipi Prilly sedikit.

"Hehehe.. Makasih ya udah khawatir sama gue" ucap Prilly. Ia mengecup pipi Ali singkat.

"Ini gak di cium nih?" tanya Ali. Ia memajukan bibirnya beberapa centi.

"Ih.. Centil" ucap Prilly sambil menarik bibir Ali menggunakan jari-jarinya. Mereka pun tertawa, dan terus bercanda.

SKIP

"Makasih ya Li, udah nganterin gue nyampe rumah" ucap Prilly.

"Iya, sama-sama. Lo istirahat, masuk kamar langsung tidur. Oke sayang" jawab Ali. Ia mengelus-ngelus pipi Prilly yang chubby.

"Sayang? Hahaha" tawa Prilly lepas. Ia sedikit aneh Ali memanggil namanya seperti itu.

"Terus.. Terus aja tertawa. Gak bisa romantisan dikit lo" ucap Ali kesal. Ia mencubit-cubit pipi Prilly dengan gemesnya.

"Aw.. Sakit sayang.." Rintih Prilly.

"Ya ampun Maaf ya sayang" jawab Ali. Ia mengelus-ngelus pipi Prilly. Kemudian dia mengecup kepala Prilly singkat.

---------------------------

Ali berjalan cepat. Rahangnya mengeras, dan tangannya sudah mengepal. Matanya menyorotkan api yang membara. Terlihat raut wajah yang geram menahan amarah. Terus berjalan hingga berhenti di depan kantin, menatap wanita yang lagi nikmat menyantap bakso nya sambil tertawa bahagia bersama teman-teman nya. Kaki Ali langsung melangkah menuju wanita itu.

Brak!
(Suara meja yang di pukul)

"A.. A.. Ali.." Ucap mereka serentak terbata-bata. Mereka memandang Ali dengan tatapan takut, badan mereka bergetar melihat sorot mata Ali yang seolah-olah ingin menelan mereka hidup-hidup. Mata Ali tidak berkedip sama sekali. Wajahnya memerah menahan amarah. Dengan tatapan seperti itu, ntah apa yang bakal di lakuin Ali pada mereka.

"A.. Ali.. Lo ke.. Na.. Pa.. Me.. Na.. Tap.. Ki.. Ta.. Se.. Per.. Ti.. I.. Tu..?" Tanya Riry gagap. Ali pun memberikan senyuman tipis pada mereka.

"Kenapa? Gue cuma pengen makan bertiga sama kalian. Boleh gak?" Tanya Ali lembut. Mereka bertiga saling berpandangan.

"Bo.. Bo.. Leh.." Jawab Ghina terbata-bata. Ali pun langsung duduk di samping Ghina. Ia tak henti-hentinya memberikan mereka senyuman.

"Lo gue suapin ya Ghin" ucap Ali lembut seraya mengambil sendok yang ada di tangan Ghina.

"Gak.. Gak.. Usah Li" tolak Ghina pelan. Ia tersenyum kaku ke arah Ali.

"Loh kok gitu sih sayang, kemaren katanya cinta sama aku. Udah sini aku suapin" ucap Ali lembut. Ia pun mengambil 1 buah bakso kecil yang akan di suapinya ke Ghina.

"Aa.. Aa.." Ucap Ali sambil mempraktekkan, membukan mulutnya. Ghina pun menerima suapan dari Ali. Namun begitu sampai di mulut Ghina, Ali malah semakin memasukan sendok itu ke dalam tenggorokan Ghina. Ghina berusaha menolak suapan Ali yang semakin dalam menyakiti tenggorokannya. Namun semakin Ghina menolak, sendok itu semakin dalam di masukin Ali. Ghina merintih kesakitan.

"Aargh.. Aarggli.. Aarggssaaakkiitt.." Ucap Ghina tidak beraturan karna mulutnya berisi sendok. Ali hanya tersenyum.

"Kenapa sayang? Sakit? Aduh maaf, aku masukin sendoknya kedaleman deh kayak nya" ucap Ali lembut. Ia pun menarik sendoknya dari dalam mulut Ghina. Namun sambil menarik ia sedikit menggoyang-goyangkan sendoknya nya, sehingga sendok tersebut beberapa kali mengenai gigi Ghina. Ghina pun meringis kesakitan. Ia langsung terbatuk-batuk dan ingin mengambil air minum yang ada di depan nya. Namun sebelum tangan nya menyentuh air itu, Ali malah langsung mengambil air itu menjauhi Ghina. Ghina semakin batuk dan tenggorakan nya benar-benar sakit. Riry dan Anja hanya melihat Ghina tanpa membantu sedikitpun. Mereka sudah benar-benar takut sama Ali.

Ali pun segera menarik kerah baju Ghina ke arahnya. "Makanya kalau gak mau di ganggu, jangan mengganggu orang lain. Sekali lagi gue tau lo gangguin Prilly, gue bakalan beri lo pelajaran lebih. Bahkan gue bakalan ngelaporin lo ke polisi atas tindakan penganiayaan" bisik Ali ke teliga Ghina. Ghina yang mendengar ucapan Ali tersebut, hanya terdiam. Badan nya bergetar menandakan ketakutan nya yang muncul. Ali pun mengalihkan pandangan nya menatap kedua teman Ghina tersebut. Mereka pun refleks langsung menundukkan kepalanya nya, tidak berani menatap Ali. Ali memberikan senyuman sinis ke arah mereka bertiga. Ia pun berdiri, meninggalkan mereka bertiga. Tapi sedari tadi, ada sepasang mata yang melihat kejadian itu.

"Brengsek!" Ucap Vivin dalam hati. Sepertinya bakalan ada hal yang lebih buruk yang menanti Ali dan Prilly.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang