Part 7

40.9K 1.4K 7
                                    

Ali's POV

Saat ini posisi badan gue berada di atas badan Prilly. Gue bisa rasain buah dada nya yang menempel di dada gue.

Deg..deg..deg...

Jantung gue makin kencang. Kenapa dengan gue? Bukankah ini bukan yang pertama kalinya buat gue. Gue sudah sering berada di posisi seperti ini dengan cewek lain. Tapi baru kali ini gue gugup dan jantung gue berdetak kencang.

Aroma tubuh Prilly membuat gue pengen mendekat kan tubuh gue lagi ke dia. Gue pengen menghirup aroma tubuhnya secara langsung. Sambil menopang badan gue dengan lengan kanan, jari2 gue juga mulai mengelus rambut Prilly. Kemudian gue membelai leher nya yang jenjang, merasakan setiap sentuhan kulit nya. Gue melihat tidak ada perlawanan dari Prilly. Mata nya terpejam menikmati setiap belaian yang gue beri. Tanpa sadar, gue sudah menempelkan bibir gue ke bibirnya yang lembab. Gue menjilat perlahan bibir tipis nya dengan lembut. Tangan gue mengangkat tengkuk Prilly supaya ciuman gue makin dalam. Gue terus menekan lidah gue ke seluruh bibir Prilly. Setelah bibir nya terbuka, gue pun mulai memasukan lidah gue ke seluruh bagian mulutnya. Gue melumat, menjilatinya dengan penuh nafsu.

Tiba-tiba mata gue terbelalak.

Gue merasa ada perlawanan balik dari Prilly. Ya, kini dia sudah bisa memainkan lidahnya untuk berperang dengan lidah gue. Nafsu gue pun makin memuncak. Gue pun mengizinkan lidah nya masuk ke mulut gue, gue sangat menikmati ciuman panas ini. Tanpa terasa tangan gue pun mulai turun, meraba setiap lekuk tubuh nya, dan mulai menyikap rok nya.

Dan ciuman panas kami pun berhenti karna..

"Ali, Illy..."
Suara tante Ully memanggil nama kami.

"Astaga, apa yang kalian lakukan?" Tanya tante Ully sambil menutup mata nya dengan kedua telapak tangannya.

Sontak gue dan illy pun langsung berdiri. Kami mengelap masing-masing bibir kami yang basah.

"Maaf tante.." Gue ngomong sambil menunduk.

"Ma..." Suara Prilly lirih.
Namun belum sempat Prilly ngomong, tante Ully sudah memotong nya dan menyuruh kami berdua untuk turun ke bawah.

"Aaaa Aliiiiii...." Teriak Prilly sambil memukul-mukul lengan gue.

"Ini semua karna lo, kenapa sih lo kayak gini sama gue. Gimana ini, gue takut mau turun" ucap prilly sambil merengek2 dan menyandarkan kepalanya di bahu gue. Gue bisa dengar rintihan tangis suara Prilly. Gue pun mengusap kepala nya dengan tangan gue supaya dia lebih tenang.

Prilly's POV

Entah kenapa, walaupun gue kecewa, nangis apa lagi takut karna kepergok sama mama, tapi perasaan itu hilang seketika saat Ali mengelus-elus rambut gue, memberikan gue ketenangan.

"Ali, gue memang benar-benar sayang sama lo. Walaupun lo memberi gue malu dan takut malam ini, tapi gue gak bisa marah sama lo. Karna gue juga menikmati ciuman itu" bathin prilly.

SKIP

Gue dan Ali pun turun, dari deretan tangga sudah bisa gue lihat tatapan mereka berempat yang memperhatikan kami berdua turun. "Ma, pa, maafin aku" ucap Prilly pelan dengan wajah yang menunduk, dan Ali langsung melihat ke arah gue karna mendengar ucapan gue.

Tiba-tiba gue merasa tangan gue di genggam. Ternyata Ali menggenggam tangan gue, mungkin dia bermaksud membuat gue tenang. Demi apa, gue merasa tenang sekali li.

Gue dan Ali pun duduk di sofa tepat di hadapan mereka berempat. Gue bisa melihat tatapan dingin mereka.

"Ali, Prilly.. Sejak kapan kalian berpacaran?" Tanya om Hendri.

Gue dan Ali pun saling menoleh.

"Gak (pa) (om) kita gak pacaran" serentak suara gue dan ali.

Sontak membuat mereka berempat aneh dan saling menoleh. Mungkin mereka keheranan.

"Jadi ngapain kalian tadi kalau gak pacaran?" Tanya mama.

Gue dan ali cuma bisa terdiam terus menunduk. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua.

Tiba-tiba terdengar suara ricuh, suara berisik, dan suara tawa. Gue dan Ali pun mengangkat kepala dan melihat orangtua kita pada senyum dan tertawa bahagia.

"Kalau kayak gini sih, gak perlu lagi dong kita susah-susah menjodohi mereka dan mendekatkan mereka zal" kata Hendri sambil tertawa.

"Iya ndri, kita tinggal nunggu mereka tamat sekolah, langsung deh kita nikah kan. Untuk sekarang biarlah mereka berdua menikmati setiap detik dan menit hubungan mereka. Walaupun ngaku nya gak pacaran sih, tapi aku yakin cinta sendiri yang bakalan nuntun mereka" ucap Rizal kepada Hendri.

Dan mereka berempat terus senyum dan tertawa sambil bercerita tentang kami berdua, tentang khayalan mereka disaat kami menikah, dan bla bla bla...

Gue melongo dan langsung menoleh ke arah Ali. Begitu juga sebalik nya. Gue dan Ali gak bisa berkata apa-apa lagi. Perasaan takut gue tadi bukan nya hilang, malah tambah takut mendengar omongan mereka.

"Tuhan, apakah ini takdir ? Benarkan Tuhan. Gue yang orang biasa seperti ini mau di jodohin dengan Aliando yang jelas-jelas orang yang gue cintai" bathin Prilly.

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang