Sore yang damai di taman akademi kerajaan Sapphire Blue. Di bawah sebuah pohon tampak Aleza tengah duduk tenang sambil membaca sebuah novel.
"Hai, Alexa. Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak menemani Putri Aleza?" tanya seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dengan mata berwarna emas dan rambut berwarna pirang sempurna.
"Seharusnya aku yang tanya begitu padamu, Invel. Kau itu kan ksatria pribadinya putri Aleza. Kenapa kau disini, hah?" balas Alexa sambil menatapnya galak.
Invel menunjukkan wajah tidak berdosanya, "hei, jangan salahkan aku. Tuan Putri kita sedang bermesraan dengan putra mahkota Negri Kintania itu. Aku tidak mau jadi obat nyamuk jadi aku pergi. Lagipula masih ada pengawal pribadi si putra mahkota dan beberapa pengawal bayangan yang menjaganya. Tidak perlu khawatir sama sekali." Invel lalu duduk dan langsung menyenderkan kepalanya di bahu Alexa, "ngomong-ngomong, Alexa. Kau masih betah sekolah disini? Walaupun tinggal satu tahun lagi dari kelulusan, tapi sikap mereka tidak pernah berubah terhadapmu, membuatku muak saja."
Alexa tidak menanggapi gerutuan Invel. Omong-omong, 'mereka' yang dimaksud oleh Invel bukanlah gangguan besar.
"Bagaimana jika kita mengerjai mereka? Lagipula aku sudah bertambah kuat, aku bisa selalu melindungimu, Alexa."
Alexa memutar bola matanya, "Invel, kau itu ksatria pribadinya tuan putri, bukan aku. Lagipula para putri bangsawan itu tidak jahat-jahat amat kok. Wajar-wajar saja jika mereka tidak suka karena kalah dalam pelajaran oleh pelayan sepertiku."
Invel tidak menyahut. Dia ikut tenggelam dalam keheningan.
Alexa juga tidak mempedulikannya lagi. Gadis pelayan itu kembali sibuk membaca novel di waktu senggang yang amat sulit didapat.
Invel menatap mata biru safir milik Alexa, mata yang hanya dimiliki oleh keturunan murni keluarga kerajaan. Sayangnya meskipun sudah melakukan berbagai macam tes, tidak ada satupun bukti yang menunjukkan jika gadis itu memiliki hubungan darah dengan keluarga kerajaan. Entah darimana dia mendapatkan mata biru safirnya itu. Karena menurut pelayan yang menemukannya, mata itu sejak awal sudah berwarna demikian.
"Aku selalu merasa matamu itu menyimpan sebuah rahasia, Alexa. Apalagi namamu sama dengan Tuan Putri Aleza. Apa mungkin kalian sebenarnya adalah kembar? Tapi ada yang memisahkan kalian dan-"
"Ini bukan manga Suddenly I Became A Princess, Invel," potong Alexa tanpa mengalihkan pandangannya.
Invel duduk dan menatapnya dengan cemberut, "kan aku hanya menebak, Alexa. Kau jahat sekali."
Alexa tidak menyahut namun mendadak keduanya terdiam lalu berdiri di saat yang bersamaan.
"Arah danau angsa," ucap Alexa. Tanpa membuang waktu sedetikpun, keduanya berlari menuju danau angsa milik akademi.
Begitu keduanya tiba disana, tampak beberapa prajurit tengah tergeletak dengan luka parah dan sang pengawal pribadi putra mahkota bertarung sengit melawan seekor siren dari jarak dekat, hal yang nyaris mustahil karena siren itu terus melancarkan sihir dengan nyanyiannya.
Alexa segera berlari ke arah Putri Aleza dan sang putra mahkota Negri Kintania, langsung memasang tameng berwarna biru transparan.
"Tuan Putri, Pangeran, kalian tidak apa-apa?" tanyanya sambil mempertahankan tameng.
"Y-ya. Kamu baik-baik saja, Alexa," jawab Aleza.
Alexa memerhatikan siren itu yang tidak berkutik dengan semua serangan. Sebuah ide hinggap di kepala gadis pelayan itu.
"Invel, keluarkan cahaya paling terang milikmu!" teriak Alexa.
Invel langsung mengeluarkan sihir cahaya yang paling terang miliknya. Cahaya itu menyakiti mata siren, sejenak mengacaukan nyanyiannya.
"Sihir air: ikatan!" seru Alexa. Seketika air danau membelit erat tubuh sang siren.
Kesempatan itu digunakan oleh pengawal pribadi sang putra mahkota untuk membunuh siren tersebut.
Akhirnya siren tersebut mati. Alexa langsung pergi menyembuhkan beberapa prajurit yang terluka sementara Invel membawa putri dan putra mahkota ke tempat aman sekaligus melapor pada pihak akademi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Blue Sapphire ( TAMAT )
FantasyRamalan menyebutnya sebagai Gadis Biru Safir, putri pelindung Criceria, pemimpin terbaik sepanjang masa. Namun kenapa takdir seolah memperolok ramalan yang digariskan untuknya? "Tahukah kau bahwa rambutnya bisa bersinar di kegelapan, air matanya dap...