My story

11 1 1
                                    

Oleh : Anjani

Aku tidak mengerti tentang cinta sama sekali, dan tidak berminat juga untuk mengerti itu. Kenapa? Karena menurut ku cinta itu pembodohan yang tidak perlu.

Contohnya ibuku.

Dia selalu mendapati ayahku jalan dengan wanita lain, dia juga selalu dibentak oleh ayahku. katanya, karena ibuku dulu menggoda dia sampai akhirnya ibuku mengandungku dan kemudian dia dipaksa menikah dengan ibuku hingga hidupnya jadi tidak bebas lagi seperti dulu. Padahal menurutku itu juga salah dia, kenapa mau saja tergoda dengan ibuku? Kenapa dia melakukan 'itu' jika belum siap bertanggung jawab? Ingin sekali aku memberitahu ayahku tentang itu tapi selalu ditahan dengan ibuku. Katanya, ibuku tidak ingin melihat aku dipukul ayahku.

Pernah sekali kutanya ibuku kenapa dia tetap bertahan dengan ayahku yang br*ngs*k itu, dan jawaban ibuku malah lebih menyebalkan, dia bilang karena cinta. Apa ibuku bodoh? Atau, sudah hampir gila? Kenapa dia mau saja merugikan fisik dan mentalnya hanya karena cinta? Ha ... Sudah ku bilang, kan, cinta itu suatu emosi yang tidak perlu.

Ah, sial. Aku hampir terlambat pergi ke sekolah.

Aku cepat-cepat mengambil tasku dan berjalan ke ruang tamu, tapi sesampainya di ruang tamu aku mendapati ibuku yang sedang gelisah.

"Kenapa, Bu?" tanya ku, meskipun aku tau itu pasti ada hubungannya dengan Ayahku.

"Ini, loh, Ay, Ayahmu belum pulang dari semalam. Ibu jadi cemas, nanti dia ada apa-apa di luar sana." Ha ... Betapa bodohnya Ibuku, sudah jelas Ayahku pasti bersama selingkuhannya yang entah siapa itu.

"Oh, paling lagi bermalam di luar, Bu. Yaudah, Ayna berangkat sekolah dulu, yah, bu." Kucium tangan ibuku dan segera berjalan ke luar rumah.

Jarak rumahku dari sekolah lumayan dekat, jadi aku hanya perlu berjalan kaki.

Sesampainya di depan gerbang sekolahku, kulihat ada beberapa murid yang sedang dihukum di lapangan karena atribut seragamnya tidak lengkap dan memakai aksesoris yang tidak perlu ke sekolah.

"Ah, gimana, nih, ada razia lagi." Kulihat cowok yang berdiri di sampingku entah sejak kapan, dan sepertinya dia menyadari keberadaanku.

"Nama mu siapa? Kelas berapa? Bisa minta tolong?" Dia ini lagi minta tolong apa lagi wawancara, sih, cowok aneh.

"Gak, aku juga lagi buru-buru." Aku tidak ingin terlibat dengan dia.

Namun, kemudian dia menahan tanganku.


"Hanya kali ini, please tolong aku ... ini anting-anting yang berharga banget buat aku. Tolong ya ...." Dia memasang wajah memelas yang menurutku sedikit lucu.

"Oke, lah, nama aku Ayna, kelas 11B, aku tunggu sebentar di kelasku." Kemudian aku mengambil anting-anting dari tangannya, kemudian meninggalkan dia yang sedang dipanggil guru karena atribut seragamnya tidak lengkap.

Ternyata belum ada guru yang masuk di kelasku, aku pun berjalan dan duduk di bangkuku. Sesekali melihat anting berbentuk lingkaran berwarna hitam punya cowok aneh itu, tapi cepat kumasukkan ke saku bajuku karena guruku sudah masuk.

Tidak terasa bel istirahat sudah berbunyi, aku pun merapikan bukuku dan bersiap ke kantin bersama temanku yang lain.

"Ayna, ada yang nyariin kamu, nih." Suara temanku mengalihkan perhatianku, dan kemudian kulihat cowok aneh tadi itu sedang berdiri sambil melambaikan tangannya kearah ku dengan senyum polosnya yang seperti orang idiot dimataku.

Aku pun berjalan ke arahnya dan mengeluarkan antingnya dari sakuku, lalu menarik tangannya untuk mengembalikan antingnya itu.

"Thanks, Ayna. Sebagai balasannya aku bakal traktir kamu apapun di kantin." katanya sambil memasang antingnya kembali.

Antologi Cerpen All MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang