Lyra Alanza

124 55 11
                                    

"Kami kasih waktu sepuluh menit, buat kalian habisin kue kotak yang dibagikan." Ucap Arawn menurunkan toanya dan melangkah keluar aula.

Matanya mencari di mana keberadaan Gavriel dan Alric dengan ponsel tiba-tiba bergetar. Segera meraihnya nama Gavriel terpampang dilayar.

"Apa?" Ucapnya saat sambungan terhubung.

"Suruh yang lain buat mantau bentar maba, lo buruan sekarang ke ruang kesehatan."

Seakan mengingat sesuatu Arawn mendekati temannya berada di luar, berbicara seperlunya sebelum menyerahkan toa dan pergi meninggalkan aula.

Ruang kesehatan berada di lantai dasar tapi diujung gedung dekat dengan perpustakaan, membuat cowok itu sedikit berlari untuk tiba di sana.

"Ada apaan?" Tanyanya saat tiba di depan pintu.

"Masuk, lo bakal dapetin penjelasan di dalam." Alric memberikan jalan dan dia melangkah masuk.

Hal pertama dia lihat adalah cewek itu tidak sadarkan diri di tempat tidur dan menyadari wajah itu pucat.

"Ibu saranin untuk dia dibawa ke rumah sakit terdekat. Karena sejak tadi Ibu berusaha membangunkan dia tapi belum sadar juga." Ucap seorang wanita dia pengurus ruang kesehatan dipercaya, mengobati mahasiswa atau dosen sedang sakit saat berada di kampus.

"Kita nggak bisa tinggalin aula terlebih, beberapa dosen butuh kita bertiga." Arawn mulai mencari keberadaan Orion.

"Di mana Rion?"

"Gue hubungi dia dulu." Gavriel beranjak keluar meraih ponselnya.

"Tapi sebelum itu gue mau pastikan sesuatu." Ucap Arawn terlihat berpikir sejenak lalu ikut keluar dari ruang kesehatan.

◌⑅⃝●♡⋆♡WG♡⋆♡●⑅◌

"Elo di mana? Salah satu dari kita bertiga nggak bisa tinggalin kampus sekarang. Dia mesti cepat dibawa ke rumah sakit karna Arawn nggak percaya siapa pun kecuali kita berempat."

"Gue ke sana."

Sambungan terputus membuat Gavriel menyisir pelan rambutnya menggunakan jari-jari tangan. Dan saat dia akan melangkah pergi dia dihadang oleh seseorang.

"Apaan?" Tanyanya pada seorang cewek tidak lain adalah mahasiswi baru.

"Nama gue Lyra, maaf sebelumnya tapi gue nggak tau lagi harus nanya sama siapa. Tapi gue sangat tau lo salah satu bertanggung jawab selama ospek berlangsung. Gue cari kedua sahabat gue mereka hilang lo pasti tau mereka di mana."

"Balik ke aula, lo izin pasti dengan alasan ke toilet."

Mengepalkan kedua tangan Lyra benar benci makhluk bertubuh tinggi, tidak berperasaan, sok ganteng di hadapannya itu.

"Kasih tau gue, karna gue nggak bakal mohon sampe lo buka suara."

"Mau berlaku nggak sopan kayak cewek tadi? Mau ditarik ke depan panggung dan disaksikan semua mata melihat? Mau jadi mahasiswi dengan reputasi terburuk diawal pengenalan?"

"Dan cewek lo bilang nggak sopan tuh sahabat gue."

"Balik ke aula, gue nggak mau respon maksud lo."

Bukan Lyra namanya jika dia tidak bisa bermain cerdas. Segera mengikuti apa mau senior di hadapannya dan dia melangkah pergi tapi bersembunyi, karena firasatnya mengatakan cowok itu mengetahui di mana keberadaan kedua sahabatnya.

Saat seniornya kembali melangkah dengan cepat Lyra mengikuti diam-diam. Terlihat dia memasuki ruangan dengan papan di atas pintu bertuliskan ruang kesehatan.

Melirik jam di tangan Lyra yakin dia telah meninggalkan aula lama dan sekarang, dia sama sekali tidak peduli saat kembali nanti pasti akan dibentak para senior. Tugasnya sekarang adalah harus mencari di mana kedua sahabatnya dibawa karena kedua kakinya sudah amat lelah mengelilingi fakultas dengan berlari tentu sembunyi. Dan ketika dia bertemu wakil ketua ospek dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

◌⑅⃝●♡⋆♡WG♡⋆♡●⑅◌

Langkah kaki mereka menarik perhatian mahasiswa baru yang ramai izin untuk pergi ke toilet. Barisan para senior lewat begitu dipikiran mereka masing-masing. Tidak berani melihat secara terang-terangan terlalu lama mereka memilih menunduk melanjutkan langkah kaki menuju toilet atau kembali ke aula.

"Kita napa dipanggil ke ruang kesehatan?"

"Mana gue tau ikut aja perintah ketua ospek."

"Gue nggak mau ke sana! Kalian masih aja tarik-tarik gue buat ikut!"

"Apaan sih Mira?! Lo juga bagian dari pengurus jadi ya harus ikut. Sedangkan tersisa di aula bagian keamanan dan konsumsi makanan!"

Mereka berjumlah sepuluh orang. Dan tiba di depan ruang kesehatan terlihat Arawn, Alric dan Gavriel sudah menunggu kehadiran mereka.

"Cowok-cowok kesayangan gue ada apaan? Kok wajah kalian pada serius gini?" Mira melangkah mendekat memasang senyum andalan.

"Elo nggak lakuin sesuatu gue perintah dengan benar?"

Mereka yang barusan datang mulai menatap bingung tentang apa dimaksudkan oleh Arawn.

"Arawn maksud lo?"

"Gue suruh dia di ruang kesehatan sampe ospek selesai, dengan gue minta lo tugas kasih dia makan tapi apaan? Gue nggak liat bekas kotaknya dan apa gue pikir benar, kalo lo nggak kerjain apa yang gue mau."

Melotot kaget Mira menatap teman-temannya di belakang, ekspresi mereka sama semua kaget dengan apa yang terjadi.

Sialan! Pikir Mira mencoba bersikap tenang.

"Gue lupa jadi maaf, oke?"

"Maafnya sama dia saat sadar nanti."

"Maksud lo apa Alric?"

"Dia nggak sadarin diri. Dan sekarang lagi dibawa ke rumah sakit."

"Lupa atau sengaja? Kasih peringatan mahasiswa baru boleh aja asal nggak lebih batas. Dan liat yang kalian lakuin cewek pembangkang kalian sidang tadi, sekarang berdiri di depan halaman kampus dengan cuaca terik." Ucap Arawn menatap serius mereka satu per satu.

"Gue benci kalian semua!"

Teriakan itu membuat semua mata menatap ke arah koridor. Terlihat mahasiswi baru berjalan mendekat menatap mereka marah.

"Senior dengan segala kekuasaan mereka, menindas sesuka hati bahkan lebih dari syarat berlaku di kampus, ajang balas dendam terhadap senior sebelumnya, dengan luapin rasa sakit hati ke kami para mahasiswa baru nggak tau apa-apa! Kalian nyakitin kedua sahabat gue diri ini bakal ingat semua ini ... kalo sampe terjadi apa-apa sama kedua sahabat gue, kalian bakal berurusan sama pihak berwajib!!!!"

Semua mata melihat ke papan nama dipakai cewek itu dengan amarah seakan meledak-ledak di hadapan mereka,

Lyra Alanza.

"Sialan lo! Beraninya ngancam kami!" Mira terlihat melangkah maju saat dia ingin menampar wajah tersebut, secepat itu juga tubuhnya ditarik menjauh oleh beberapa temannya.

Sorot mata itu menatap semua dengan penuh benci ketika mata itu beradu pandang dengan Gavriel, mengingat kembali cowok itu menghubungi seseorang tadi lalu mengatakan harus membawa ke rumah sakit, siapa menyangka seseorang sedang sakit tersebut adalah sahabatnya sendiri Lyra sangat benci dia ingin meledak dalam rasa amarah besar.

_ _ _ _ _

WICKED GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang