7

141 8 11
                                    


Fuchai POV

Ku geser bidak berbentuk bulatan dari tanah liat hitam dari salah satu garis jalan di peta. Bo Pi juga menggeser bidak tak jauh dari hadapanku. Lelaki berusia empat puluhan tersebut menggulung lengan bajunya yang berwarna ungu, lantas memindahkan bidak ditangannya ke garis lainnya. Aku mengangguk mulai memindahkan bidak dalam bentuk kuda ke belakang ibu kota Negara Chi.

"Ide Cemerlang Yang Mulia," puji Bo Pi dengan wajah berseri.

Aku tertawa senang. Ku berjalan menuju meja, mengambil cangkir berisi air jahe. Mataku tanpa sengaja menangkap kantong rempah pengusir serangga, berwarna merah dengan sulaman naga. Sudah satu musim benda itu berada di sana sejak kulemparkan penuh kemurkaan waktu itu. Bagaimana kabarnya sekarang, aku tidak tahu. Jujur, aku ingin bertemu dengannya, menyaksikan senyuman secerah matahari miliknya.

Pernyataan Wu Zhe Si waktu itu masih mengusikku. Walaupun dayang bernama Jia itu telah mengakui kejahatannya, aku masih bimbang menemuinya. Aku takut ia akan menolakku. Kerinduanku akan kehadirannya kulampiaskan pada Putri Negara Lu yang baru tiba di haremku. Setidaknya siluet wanita itu sama sepertinya dalam kegelapan.

"Yang Mulia!" suara teriakan keras seorang wanita yang datang dari luar ruangan membuyarkan lamunanku.

Aku menatap Bo Pi bermaksud menanyainya. Pak Tua itu menggeleng mengisyaratkan dirinya juga tidak tahu. Suara wanita itu masih berlanjut, kuedarkan pandanganku mencari kasim pribadiku, tapi tidak kutemukan kehadirannya dimana pun.

"Hamba mohon biarkan hamba menemui Paduka Yang Mulia!" kali ini teriakan wanita itu berubah menjadi erangan kesakitan.

"Mo An!" panggilku mengeraskan suara.

Tidak lama kemudian, langkah kaki tergesa terdengar dari koridor luar dan kasim pribadiku yang berbusana ungu membuka pintu ruangan kemudian membungkuk bersiap menerima perintahku.

"Keributan apa di luar sana?"

"Dayang dari istana Guan Wa ingin menemui anda, Yang Mulia," Jawabnya ragu, "Tentu saja hamba mengatakan padanya sesuai permintaan Yang Mulia, tapi dayang tak tahu diri itu malah menerobos pintu luar menuju koridor ruangan. Para pengawal menariknya keluar tapi gadis itu menggigit mereka dan memberontak. Sekarang, para pengawal tengah menyeretnya keluar dengan paksa." Mo An menghela napas.

Aku mengangguk paham. Ku perintahkan Mo An menyingkirkan gadis itu jauh-jauh dan jangan membiarkan peristiwa semacam ini terjadi lagi. Mo An mengiyakan kemudian berbalik keluar, tidak lupa juga ia menutup pintu.

Aku mendesah. Aku belum siap bertatap langsung dengan Yi Guang. Entah sudah keberapa kali kutolak permintaan bertemunya. Ku edarkan tatapanku pada peta negara Chi yang dipenuhi bidak. tapi aku tak bisa fokus, benakku masih memikirkan wanita itu. Tanganku yang memegang bidak terulur diudara.

"Hamba mohon, ini sangat penting!" suara dayang di luar semakin mejauh.

"Yang Mulia," panggil Bo Pi membuatku tersadar. "Hamba rasa sebaiknya Paduka menemui dayang itu. kelihatannya dayang tersebut ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting," Katanya seraya meletakkan bidak di meja gaharu. "Kelihatannya dayang itu sangat bertekad hingga belum menyerah setelah dipukuli seperti itu."

Aku menatapnya dari mata ke mata. Ku tak tahu sudah lewat berapa lama ketika aku meletakkan bidak di tanganku. Aku menarik terbuka pintu kayu ruang berkerjaku dan berjalan di koridor. Tak sampai lima atau enam langkah kutemukan Dayang Yi Guang yang bernama Liu Li tengah merangkak tidak menyerah menuju ruanganku. Wajahnya memrah oleh tamparan dan ia berdarah, penampilannya sangat berantakan.

Kusuruh pengawalku berhenti. Gadis itu menegapkan tubuh dan berlutut. Tatanan rambutnya yang acak-acakan kini jatuh semua. "Hamba mohon pada Yang Mulia, bertadanglah segera ke istana Guan Wa. Nyonya . . .Nyonya kami keracunan!" tangisannya pecah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Concubine Tears [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang