Sejak dulu Julian suka tinggal disini. Memanjati pohon buah di sekitar rumah, mencukur kumis kucing yang lewat maupun sekedar mengubur sandal tetangganya. Meski begitu, semua orang tak akan mampu menghukumnya tak peduli seberapa besar kenakalan yang ia perbuat. Bukan karena reputasi keluarganya yang di pandang tinggi atau karena Julian memiliki seorang Padre yang menjadi pujaan kaum hawa, melainkan karena tak ada seorangpun yang bisa menolak pesonanya.
Termasuk gadis kecil yang tinggal di sebelah rumahnya. Safira, nama gadis itu. Sejak kepindahan Julian, Safira selalu getol mengunjungi kediaman keluarga Sanz bersama saudari kembarnya, Rubiana. Mengajak Julian untuk bermain di taman kecil yang di bangun khusus oleh madre—sang pecinta bunga.
Usia mereka yang sepantaran juga membuat Julian dengan mudah mengakrabkan diri, terlebih dengan sikap usilnya yang setara dengan keceriaan Safira. Dan sejak itu, Julian yang berusia 7 tahun sudah memberi hatinya pada Safira.
Sayangnya satu minggu sebelum ulang tahun si kembar, Julian terpaksa meninggalkan mereka karena Padre harus kembali ke negri kelahirannya di Spanyol. Melanjutkan posisi Abuelo untuk mengurus perusahaan disana.
Julian enggan meninggalkan Safira, bahkan saat beberapa menit pesawat akan terbang, Julian masih memeluk Safira. Tak membiarkan gadis itu berpisah dengannya jika Rubiana tidak mengucapkan janji itu 'suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, yakini itu'. Kelembutan dan kedewasaan Rubiana akhirnya mampu membuat Julian pergi dengan tenang, meski begitu Julian tetap merindukan 2 gadis kembar itu.
Bahkan bertahun-tahun hingga Julian menginjak remaja, Safira masih tetap mengisi hatinya. Bukan lagi perasaan kagum melainkan cinta. Ya, Julian akhirnya memilih Safira sebagai cinta pertamanya.
Tapi satu fakta terlewatkan.
Tepat pada hari ulang tahun si kembar yang ke 8 tahun, penculikan itu terjadi. Kejadian fatal yang akhirnya menewaskan salah satu dari mereka, Rubiana.
Safira yang berduka karena kematian kakak kembarnya memilih mengisolasi dirinya dari dunia luar, membatasi dirinya dari semua orang termasuk Julian. Safira mengurung dirinya sampai usianya menginjak 16 tahun sebelum akhirnya kembali meraih kebebasan.
Tentu saja, Julian tak ingin kehilangan kesempatannya.
Ia langsung terbang ke Indonesia, rela tinggal sendirian di rumah besarnya hanya demi menjaga Safira yang memasuki kelas 10 di SMA Bela Bangsa. Menjanjikan pada dirinya sendiri untuk selalu berada di sisi Safira, melindunginya sehingga kejadian itu tak akan kembali terulang.
Meski Julian tahu, Safira tak lagi sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAFIRA
Teen Fiction|4 MATA ANGIN SERIES| •BLANC Sejak berusia 7 tahun, Julian sudah menaruh hatinya pada Safira. Keceriaan dan canda tawanya mampu membuat laki-laki berdarah Spanyol itu terpesona sejak pertama kali mereka bertemu. Sayangnya, 8 tahun kemudian Julian me...