3. Safira yang tidak peka

12 2 0
                                    

Terkadang kecemburuan bisa menunjukkan perasaan seseorang.

Seperti hari-hari biasanya Safira bergabung dengan kawanan Blanc yang di dominasi para pria saat istirahat berlangsung. Walau sebenarnya Safira tak keberatan jika harus duduk sendirian, terkucilkan asal perutnya terisi. Toh, tak ada yang berani membully ataupun mengejeknya secara terang-terangan.

Tapi Julian tak akan pernah membiarkannya. Saat awal mereka masuk SMA Bela Bangsapun Julian sudah berani memarahi orang-orang yang mencibir Safira, bahkan seorang gurupun pernah kena semprot karena menyuruh Safira membelikan semangkuk bakso. Durhaka memang, namun dengan kekuasaan keluarganya Julian akan baik-baik saja.

Dan sekarang sejak Julian menjadi ketua geng, para pembencinya makin bertambah saja. Walau mereka tak akan menunjukkan ketidak sukaannya secara langsung.

Safira sendiri sebenarnya tidak tahu alasan pasti kenapa ia di musuhi satu sekolah, Julian bilang mereka iri karena Safira bisa bersama dengan laki-laki tampan macam Julian. Tapi Safira tahu, itu kebohongan belaka. Julian tidak setampan itu sehingga mampu membuat ratusan orang kompak membencinya, beda kasusnya jika Julian setampan Jacob Black.

Atau karena Julian itu bule ya? Orang Indonesia kalau soal bule 'kan selalu rusuh kayak knalpot bajaj.

"Hey cantik."

Safira menaikkan alisnya saat Julian kembali menggoda para gadis yang melewati meja mereka, membuat jeritan feminim terdengar memenuhi area kantin.

"Hajar terushh, boshh," celetuk Erwan dengan cimol panas di mulutnya.

"Jangan jadi tukang parkir, maju terus," sambung Rio yang berhasil membuat Safira terkikik.

Mendapat dukungan seperti itu, Julian langsung saja tancap gas. "Kamu tau gak persamaan kamu sama tas gucci?"

Ahh, gombalan receh itu lagi. Safira sudah sering sekali mendengarnya. Tapi anehnya Safira malah tertarik untuk menyaksikan kelanjutannya. Wajah sedikit cantik Julian bertambah saja saat laki-laki itu menyugar rambutnya kebelakang, walau Safira malah ingin tertawa kencang.

Sama sepertinya, Erwan, Rio dan semua orang juga kini memusatkan perhatian mereka. Menunggu gombalan murahan apa lagi yang akan Julian ucapkan.

"E–enggak tahu," jawab siswi yang Safira tebak merupakan adik kelasnya.

Julian tersenyum manis, lalu mengusap pipi gadis itu selembut kapas. "Sama-sama buat di koleksi."

Oke, Safira tak tahan lagi. Ia langsung terbahak saat itu juga, tak peduli jika Julian menatapnya dengan kesal. Di saat orang lain mungkin akan mengatakan 'sama-sama berharga' Julian malah mengatakan kalimat yang sebenarnya bisa menohok kalbu dengan sangat dalam. Sesuatu yang di koleksi biasanya berjumlah lebih dari satu bukan?

"Kok ketawa sih? Lo gak marah atau kesel gitu kalau gue gombalin cewek lain?" Tanya Julian dengan cemberut. Gadis yang baru saja ia gombali kini sudah tak menarik lagi, seperti biasanya.

Karena Julian hanya melakukannya untuk memanasi Safira, sayangnya Safira yang di kenal sebagai cewek tak berhati itu memiliki tingkat kepekaan sangat rendah. Mungkin terlalu lama terkurung di dalam rumah akhirnya membuat Safira kehilangan naluri sosialnya.

SAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang