4. Julian si Duyung Tampan

11 1 0
                                    

Berenanglah di bawah cahaya purnama niscaya kamu akan berubah jadi ikan kembung

"Safira..."

"Safira..."

"Sekali lagi lo sebut nama gue lo berhasil manggil setan!" Sungut Safira kesal karena kegiatan masak-memasaknya harus terganggu karena ulah bocah gila yang sialannya sangat menggoyahkan iman.

Bagaimana tidak, Safira yang ingin sekali menjedotkan kepala Julian ke pintu kulkas harus kandas saat wajah imut yang meminta di elus-elus itu terpasang apik di wajah Julian. Tak ada seorangpun yang masih memiliki hati bisa menjotos Julian tak peduli seberapa kesalnya pada laki-laki itu.

Alhasil Safira hanya bisa menghela nafas sabar lalu kembali mencetak adonan kuenya.

Julian yang merasa tak di acuhkan kembali merengut, laki-laki itu menghentakkan kakinya bagai bocah minta jajan.

"Safira..." panggil Julian untuk kesekian kainya berharap kali ini Safira akan memperhatikannya.

"Hmm."

"Cuma hmm doang nih? Masa cowok tampan rupawan ini mau lo anggurin sih?"

Safira memutar bola matanya malas, tetap mencetak kuenya menjadi bentuk ekor duyung yang lucu—pilihan Julian. Tak ada yang menyangka di balik reputasi kejamnya sebagai ketua geng Julian justru terkesan seperti bocah 5 tahun. Yah, meski hanya Safira yang mampu melihat sisi lain dari Julian.

Ya, hanya Safira.

"Terus mau gue apain? Putar, jilat terus celupin?" Celetuk Safira tanpa sadar.

Namun memang dasarnya otak laki-laki yang sudah terpengaruh adegan sesat, Julian malah berpikir yang tidak-tidak. Otaknya bekerja keras membayangkan sesuatu yang berhasil membuat kulit putihnya memerah seketika. Otak sialan, iklan orea aja jadi kemana-mana mikirnya.

Mungkin karena tak biasanya Julian bungkam, Safira langsung menghentikan kegiatannya. Lalu memukul kepala Julian dengan whisk. "Lo pasti mikir yang enggak-enggak 'kan?" Tuduh Safira dengan telak.

Julian berdeham kemudian menyengir lebar. "Tau aja si cantik."

"Ihh, mesum banget lo." Safira bergidik sembari menjauhi Julian, "pokoknya jangan buka video apapun yang Rio kirim. Tuh cowok sesat, jangan pokoknya."

"Itu gak sesat, Fi. Cowok itu perlu tau hal-hal kayak gini kalau enggak kita gak bisa melangsungkan upacara saklar pas udah nikah nanti," elak Julian.

"Sakral bego bukan saklar."

"Ya maaf, bukan anak bahasa yang pintar berbahasa. Aku cuma anak IPS yang suka di pandang sebelah mata."

Safira mencebik, lagi gadis itu memukul kepala Julian dengan whisk kali ini lebih kencang. Julian bahkan sampai mengaduh karenanya. "Gak usah ngedrama deh, Julian. Pokoknya lo gak boleh nonton begituan lagi, gak sehat buat psikologis lo."

"Lo gak tau aja hal gituan udah kayak zat adiktif, membuat penikmatnya kecanduan. Cobain deh sama lo pasti ketagihan."

"MATI AJA LO!!" Safira langsung memukul Julian dengan brutal. Tak peduli jika kepala laki-laki itu bisa saja penyok karena ulah sadisnya.

"Sakit, Fi," keluh Julian.

"Biarin, biar otak lo bersih lagi."

"AKHH—Safira!!"

***

Setelah acara KDRT di dapur, mereka akhirnya memilih bersantai di pinggir kolam berenang. Menikmati angin malam sembari memakan kue coklat berbentuk ekor duyung dengan krim gula warna-warni di atasnya.

SAFIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang