Kisah 1

166 63 3
                                    

_Takdir punya alasan untuk apa kita bertemu_

______

Pagi itu Saira berjalan sendirian menuju sekolahnya. Semilir angin pagi membuat ujung kerudung putihnya bergoyang-goyang. Langkahnya yang pendek-pendek menjajaki jalanan beraspal yang sedikit rusak. Pandangan matanya lurus sambil sesekali melirik ke rumah-rumah penduduk yang berjajar rapi bersuasana sepi. Mungkin karena masih pagi. Belum terlalu ramai oleh aktifitas harian. Meski ada beberapa orang yang sudah bangun untuk menjemur pakaian lebih awal, juga segelintir bapak-bapak yang hendak berangkat ke kantor.

Ini hari pertama Saira sekolah lagi. Di sekolah yang berbeda tentunya. Karena Saira adalah siswi pindahan yang ikut ibunya dinas mengajar di ibukota. Ayah Saira sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Meninggalkan istri dan dua orang anak yang masih bersekolah dasar.

Tadinya Saira berniat berangkat bersama kakaknya. Tapi tadi pagi Kak Jovin bilang akan berangkat lebih pagi sebab ada urusan. Jadilah ia berangkat sendirian.

Kak Jovin, yang juga siswa pindahan sudah sekolah sejak dua bulan yang lalu. Kak Jovin memutuskan untuk masuk lebih awal dan tinggal sendiri di ibukota sambil menunggunya dan ibu menyelesaikan beberapa urusan di Bekasi. Kak Jovin juga beralasan supaya tidak banyak tertinggal pelajaran kelas 12.

Untungnya Saira sudah tahu jalan ke sekolah barunya, SMA Jingga, karena dua hari yang lalu dia ke sekolah tersebut untuk mendaftar di kelas 11.

Jalanan menuju sekolahnya lumayan panjang. Tepat di depan sana ada pabrik batu bata dan Saira akan lewat belakangnya untuk jalan menuju ke sekolah dengan jarak 20 meter dari pabrik itu. Barulah dijalan raya setelah pabrik batu bata mulai ramai oleh berbagai bisingnya kendaraan, pedagang asongan, dan beberapa pejalan kaki yang diperkirakan tengah berolahraga.

Namun disaat Saira baru saja tiba di jalan belakang pabrik batu bata itu, 4 orang pria berlari kencang melewatinya, dikejar sekelompok orang dari arah belakang. Mereka memakai seragam sekolah yang sama dengan Saira. Bawahan berwarna abu, kemeja putih disertai jas berwarna biru tua dengan lambang sekolah berwarna jingga.

Saira kaget bukan kepalang. Matanya terbelalak menyaksikan apa yang terjadi setelah kejaran itu. Mereka saling baku hantam dengan liar. Saira tak bisa menghindar sebab perkelahian itu sangat tepat di depannya sementara dia terhimpit ke tembok besar. Saira ketakutan dan menutup wajah dengan keuda tangannya yang terasa dingin. Dia juga merasakan saat punggung seseorang menyenggol bahunya. Lalu entah mengapa tiba-tiba orang itu merapatkan diri dan memeluk punggungnya dari belakang.

Saira berjingkat terkejut. Kemudian ia berbalik dan membuka mata ketika mendengar erangan dari pria yang memeluknya. Matanya membesar begitu mengetahui pria itu dipukuli dari belakang dengan hantaman yang begitu keras dan kasar. Salah satu tangannya yang lain menepis berbagai serangan yang diarahkan untuknya, dimana tangan satunya masih setia melingkar di bahu Saira berusaha melindungi gadis itu.

Sempat Saira melihat wajah pria itu yang kebetulan juga menatapnya dengan tatapan cemas. Sesaat pandangan mereka bertemu. Saira merekam wajah menawan itu dalam otaknya sebelum dengan kasar tinju berhasil mengenai pipi pria itu dan sebuah tangan menariknya paksa hingga terlepas dari perlindungan pria tersebut.

"Kamu gak papa?!"
Kekagetan Saira hilang begitu mengetahui orang yang menariknya adalah kakaknya. Jovin.

Saira mengangguk lemah menandadakan ia baik-baik saja. Ia menarik nafas lega meski wajahnya masih terlihat pucat.

"Cepat lari dari sini dan langsung ke sekolah!" perintah Jovin dengan tegas, sedikit berteriak.

Saira mengangguk cepat dan lekas berlari menjauhi area pertikaian.

Sebelum terlalu jauh Saira tak bisa menahan diri untuk tidak melihat perkelahian itu. Wajahnya kembali menampakkan kekagetan juga rasa heran saat arah matanya tertuju pada Jovin yang memukuli pria tadi. Saira menutup mulutnya tak percaya terhadap kakaknya juga rasa iba terhadap pria itu yang terus di tonjoki perutnya. Namun Saira memilih bergegas segera begitu melihat perkelahian di depannya semakin brutal.

___

Halo?
Gimana kisah 1 nya?
Kalo mentemen kepo baca part selanjutnya yaaa...

Kasih kritik dan saran juga karena itu sangat berharga lho buat penulis amatir kayak aku ☺

Jangan lupa follow instagramku ya @shella_carissa

Makasih sebelumnya😊

Terjal [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang