Di depan halaman rumah Jovin mendecak kesal karena Saira belum juga keluar. Ketika Jovin akan memanggil Saira, anak itu muncul berlarian keluar menghampirinya."Lama banget. Gak usah dandan cantik-cantik kamu udah cantik Ra" Dengus Jovin.
"Garing ih" sahut Saira.
"Orang dipuji malah dibilang garing bukannya bilang makasih" Jovin merajuk.
Dahi Saira berkerut dan melirik aneh ke arah Jovin. "Udah ah ayo berangkat" Saira menggandeng tangan Jovin.
"Di kelas ada yang jahil atau nakal gak?" Tanya Jovin perhatian.
"Pas hari pertama ada. Dia ngiket tali sepatuku di kursi terus sengaja lempar pensilnya di depanku. Terus dia nyuruh aku ambil dan aku yang gak tau kalo tali sepatuku di iket di kursi jatuh deh. Pernah lagi dia tempelin permen karet bekas dia makan di kursiku. Tapi untungnya aku ditolongin terus sama Naresh" beritahu Saira panjang lebar.
Mendengar nama Naresh wajah Jovin terlipat "Oooh" tanggapnya singkat.
Saira menatap sebal ke arah Jovin karena hanya berkata Oh.
"Apah?" Tanya Jovin yang sadar kalau Saira sedang menatapnya.
"Enggak" Jawab Saira jutek.
"Kak, mau Ra sampein maaf gak ke Naresh soal tempo hari itu?".
"Nagapain sih? Gak penting banget pake minta maaf segala" Ucap Jovin kesal.
"Kakak tuh masih untung tau gak Ra laporin ke Ibu!" Saira jadi ikutan kesal.
"Udah deh Ra yang berlalu lupain aja. Lagian kamu ini dari tadi bahas Nareeesh terus. Suka ya sama Naresh?" Tanya Jovin agak kencang.
Saira menghentikan langkahnya. Naik darah Saira dibegitukan.
Menyadari Saira berhenti Jovin ikut menghentikan langkah dan menengok Saira yang masih dibelakang."Kenapa berhenti?"
Saira menghentakkan kakinya menghampiri Jovin lalu menginjak sepatu Jovin setelah itu berjalan cepat meninggalkan Jovin.
"Aw!" Jovin berteriak kesakitan kemudian melihat Saira berjalan jauh dia memanggilnya.
"Hey, Ra!"
Saira tak menanggapi dan terus berjalan tanpa memperdulikan Jovin yang meneriakinya.***
Seperti biasa, Saira selalu datang pagi dan sudah duduk manis di bangkunya. Menggambar berbagai macam bunga. Kali ini dia menggambar anggrek.
Tak lama Vyah datang lalu duduk di bangkunya sambil menghadap Saira.
"Waaah gambar lo bagus, Ra" Vyah berkomentar ketika melihat gambar bunga Saira."Lo suka gambar dari kecil?" tanya Vyah.
"Iya" jawab Saira yang masih fokus dengan gambarnya.
"Keren"
"Ini bunga anggrek, ya?" tanya Vyah lagi yang dibalas anggukan Saira.
"Ra!" Suara cempreng Nadin selalu saja mengagetkan Saira dan Vyah.
"Kebiasaan" Vyah merengut.
Sedangkan Nadin nyengir."Ra, lo penjual bunga kan?" Tanya Nadin.
Saira mengiyakan.
"Jenisnya apa aja?"
"Banyak"
"Pulang sekolah gue mau pesen beberapa ya buat paman gue. Dia buka kafe dengan tampilan teduh sejuk gitu"
"Boleh. Mau bunga apa aja dan berapa?" Tanya Saira seolah sedang benar-benar menawarkan toko bunganya.
"Gimana kalo gue ke rumah lo?" Tawar Nadin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjal [Edisi Revisi]
Teen FictionBagi Saira, hidup seterjal apapun adalah perjuangan. Selayaknya mendaki gunung, tak selalu terjal yang kita lalui, tapi ada juga landai yang akan kita temui. Bagi Saira hidup juga bukan hanya kebetulan, tapi hidup adalah perjalanan, dimana jalan yan...