Kisah 10

52 27 2
                                    

Sepuluh menit menuju bel berbunyi kelas IPA-1 terlihat begitu ribut. Saira sedang berbincang dengan Vyah mengenai 3 orang polisi yang mereka lihat didepan kantor tadi. Semua murid mengerubungi dari jauh melihat polisi yang sedang berbincang dengan guru BK. Saat mengetahui para murid memperhatikan mereka, Pak Kusuma langsung mengajak polisi-polisi itu masuk untuk menghindari tontonan para murid.

"Kayaknya nyariin yang tawuran kemaren deh" Vyah menduga-duga.

Lalu wajah gadis itu berubah menjadi cemas "Semoga aja gak ada yang ketangkep" Ucapnya panik. Dia melirik ke bangku Resh yang sedang memainkan ponselnya.

Saira yang melihat gelagat Vyah melirik ke Resh memikirkan kemungkinan.

"Vy, kalo ketahuan bakal diapain?" tanyanya.

"Umumnya di skors. Tapi kalo udah parah ya dikeluarin" jawab Vyah.

Tak lama kemudian, Damar masuk lalu berdiri di samping meja Resh dan Daniel.

"Lo dipanggil di ruangan kepala sekolah sama Daniel" ujar Daniel.

Resh dan Daniel saling bertatapan. Mereka bangkit lalu keluar kelas.

"Tuh kan" Pekik Vyah tertahan sambil memandang punggung Resh dan Daniel yang melangkah keluar.

Dalam hati Saira ikut cemas namun wajahnya terlihat tenang.

"Tanya Damar aja dulu buat mastiin barangkali dia tahu" Usul Saira.

"Dam?" Vyah pun memanggil Daniel yang baru saja akan beranjak.

"Kenapa mereka dipanggil?" Tanya Vyah saat Daniel menoleh ke arahnya.

"Gue gak tau" Jawab Damar singkat kemudian langsung menuju mejanya.

Jawaban Damar membuat Saira dan Vyah saling memandang dalam kebingungan.

***

Damar membereskan buku anak-anak yang tertumpuk di meja guru untuk ia bawa ke Pak Ahmad, guru Fisika. Pak Ahmad baru saja keluar dan kelas terdengar gaduh saat mereka berjalan keluar untuk istirahat.

"Dam, sini aku bantuin" Tiba-tiba Saira sudah disamping Damar menawarkan bantuan membawa buku tugas.

"Eh, gak usah, Ra. Gak papa" Tolak Damar halus.

"Gak papa, Dam. Ini banyak banget" Ucap Saira sambil membantu Damar merapikan buku-buku yang menumpuk tak teratur.

"Ya udah, yuk" Damar pun tak bisa menolak karena memang ada dua tumpukan yang jika dia bawa sendirian akan sangat repot.

Mereka berdua keluar membawa tumpukan itu sambil berjalan beriringan.

Saat sampai di kantor dan meletakkan buku tugas Saira melihat Resh dan beberapa teman yang lainnya bergerombol keluar dari ruang kepala sekolah.

"Yuhuuu di skors seminggu woooy!"

Dari ruangan itu Saira bisa mendengar teriakan-teriakan mereka.

"Gue bisa tidur seharian"

"Gak masalah di skors, gue bisa ngerefresh otak gue dari rumus-rumus sialan itu"

Teriakan-teriakan yang terdengar di telinga Saira
menjadikan dia tahu apa yang membuat Resh dipanggil tadi pagi dan hukuman apa yang diberikan.

Saira langsung berlari keluar tanpa mempedulikan Damar yang sedang mengisi data anak-anak yang sudah mengumpulkan tugas.
"Saira mau kemana?" Teriak Damar yang tak di gubris oleh Saira.

Lari Saira semakin kencang saat Resh hampir naik ke tangga.

"Resh!" Panggilnya di anak tangga.

Resh menengok. Lantas berhenti dan menunggu Saira yang memanggilnya kini tengah naik menghampirinya.

Terjal [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang