Kisah 8

77 44 6
                                    

Di bangkunya, ketika pelajaran akan berlangsung mata Saira selalu memantau pintu kelas.

Dia menunggu Resh yang tak muncul-muncul setelah insiden di perpus tadi. Apa Resh akan dihukum juga? batinnya.

Damar yang tahu Saira sedang menunggu Naresh menampakkan wajah tak suka.

"Ra, lo tadi liat perkelahian mereka?" tanya Vyah dengan mimik serius dan Saira balas menganguk.

"Yang mulai siapa sih?"

"Gak tau. Tapi katanya anak kelas 10 yang namanya Arion yang mulai" Saira menjelaskan sesuai dengan apa yang ia dengar.

"Arion?" tanya Vyah dengan mata melebar "Lo tau gak, Arion itu ketua geng kelas 10, namanya geng Mac Tire?" lanjut Vyah.

Sebentar, Saira mengingat wajah pria bernama Arion. Bukankah dia yang kemaren memberikan kartu perpustakaan Saira yang tertinggal? Ternyata namanya Arion dan dia ketua gangster.

"Woy Vyah Ibu Arna tuh dateng!" teriak seseorang.
Vyah pun buru-buru berbalik dan menegakkan tubuhnya.

Setelah duduk dibangku dan menatap sekitarnya, pandangan mata Bu Arna berhenti di bangku Naresh yang kosong.

"Naresh gak masuk?" Tanya Ibu Arna.

"Lagi jadi saksi, Bu" Celetuk seorang anak.

"Saksi apa?" Bu Arna bertanya heran.

"Saksi pernikahannya Tejo sama Arion, Bu!"

Tawa membahana terdengar keras diruangan itu, tapi tidak lucu di telinga Saira, Vyah, juga Damar yang masih dengan wajah datarnya.

Ibu Arna menarik nafas. Guru Kimia yang satu ini memang terkenal sabar dan tidak gampang marah. Tak heran sekalipun mata pelajarannya kimia yang bikin kepala pusing tujuh keliling tapi jika pengajarnya adalah Ibu Arna, semuanya akan baik-baik saja. Apalagi penyampaiannya yang santai dan mudah dimengerti. Juga kesabaran beliau sehingga anak-anak tidak ragu atau takut untuk bertanya.

"Saksi apa?" Tanya Ibu Arna lagi dengan sabar dan sedikit penekanan.

"Tejo sama Arion berantem, Bu. Kebetulan Naresh yang dideket Tejo makannya dia dijadiin saksi keributan itu" Jawab Daniel.

"Oooh, ya sudah jangan ribut. Sekarang kita ke lab" ujar Ibu Arna.

Di lab, dengan berbagai peralatan dan bahan-bahan kimia di sertai rumus-rumus rumit, di tambah pikiran Saira yang terus mengarah ke Resh, sungguh membuat otak sangat-sangat kusut. Sebenarnya, tak perlu berlebihan memikirkan Resh, hanya saja Saira tak bisa menghilangkan Resh dari otaknya. Entah apa yang di cemaskannya Saira sendiri tidak tahu. Yang jelas, Saira hanya ingin melihat Resh dan berharap Resh ada di lab sekarang.

Hingga bel pulang berbunyi pun Naresh belum juga datang.

Saira yang baru masuk kelas langsung menaruh jas putihnya dan memandang sekilas bangku Naresh lalu duduk dibangkunya.

"Ra, kok malah duduk. Gak pulang?" tegur Vyah.

"Aku ada kumpulan ekstra, Vy"

"Oooh. Kalo gitu gue pulang duluan, ya?"

Saira mengangguk kepada Vyah dan menatap berlalunya gadis itu hingga menghilang dibalik pintu.

Terlihat Damar juga menghampirinya "Ra, pulang bareng aku, yuk" ajaknya

"Gak usah Dam. Aku ada kumpulan ekstra kesenian"

Kepala Damar terangguk "Oke, deh. Semangat" ujar Damar setelah itu beranjak keluar kelas.

Sebenarnya pertemuan ekstra masih 20 menit lagi. Dia sengaja duduk dulu di kelas sambil menunggu Resh. Saira menatap tas Resh yang masih teronggok di bangku pria itu.
Setelah dirasa akan sia-sia menunggu Naresh, Saira pun keluar. Sekarang sudah lewat 10 menit dari bel pulang. Para siswa ekstra kesenian pasti sudah beberapa yang kumpul.

Terjal [Edisi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang