13 - they know

4.5K 485 32
                                    

Revan berdiri balkon kamarnya. Dia tengah menelepon Arga. Wina meminta mengundang Arga makan malam di rumah Keluarga Emmanuel. Sebenarnya tidak ada masalah apapun dengan permintaan sang ibu. Tapi yang sulit adalah membujuk Arga agar mau datang kerumah.

Wina ingin Arga berkunjung malam ini. Tapi, anak itu bilang lewat telepon kalau dia tidak bisa datang karena pekerjaan di kafe cukup banyak saat ini.

"Ar, Mama ngundang lo ke rumah. Hari ini atau besok gitu. Dateng, ya." Revan berbicara lewat telepon pada Arga.

"Gue gak bisa ninggalin kerjaan di kafe hari ini atau besok."

"Kok gak bisa sih? Akhir minggu gimana? Masa lo gak libur."

"Gak, lagi ada banyak pesenan dari costumer."

"Mama gue entar ngambek lagi sama gue, Ar! Dia udah pengen banget ketemu sama lo. Gak kasian lo sama gue?"

"Minggu depan gue sempetin buat ke sana."

"Beneran? Asyik deh kalo gitu. Oke, minggu depan gue jemput lo dari kafe. Eh, tapi Papa lo nanti gak marah kalo lo ke rumah gue?"

"Gak usah dipikirin. Gue urus sendiri nanti. Salam ke Tante Wina sama Om Dion"

"Ya udah, nanti gue sampein ke Mama sama Papa."

Telepon dimatikan lebih dulu oleh Arga. Revan yang sedang ada di balkon, langsung keluar dari kamarnya. Dia langsung duduk di samping sang mama yang sedang merajut dan menyampaikan apa yang Arga katakan tadi.

Sudah beberapa minggu ini, memang jadwal Arga tidak bisa dikompromi. Dia selalu beralasan kalau sangat sibuk di kafe. Padahal, Revan tahu jika itu hanya alasan untuk menjauh dari keluarganya.

"Kau membuat Mama khawatir, Van. Ada apa denganmu? Lari seperti itu. Jika jatuh nanti bagaimana?" ketus Wina.

"Maaf, Mama. Oh iya, Arga bilang dia sangat sibuk minggu ini. Jadi tak bisa memenuhi undangan Mama—"

"Sehari saja? Apa tidak ada jadwal libur?" tanya Wina dengan raut kecewa yang sangat terlihat.

"Sebentar, Ma. Revan belum selesai bicara. Arga memang tidak bisa datang minggu ini. Tapi minggu depan dia usahakan akan datang."

"Benarkah?! Kalau begitu, Mama akan masakkan makanan kesukaannya saat dia datang kemari. Kau jangan lupa jemput dia dari kafe. Untuk sepedanya, Mama akan suruh orang mengantarkan ke Mansion Ryandra."

"Tidak usah dipikirkan, Ma. Itu urusan mudah. Aku akan langsung menyusul Arga dari kafe."

"Dan Tuan Aditya? Bagaimana jika dia marah?" tanya Wina.

"Arga bilang dia yang akan mengurusnya. Mama tak perlu khawatir. Dia juga menitipkan salam untuk Mama."

_

_

"Ini akan menjadi pertunjukan yang menarik untukku."

Orang itu menyeret kopernya menuju mobil yang sudah terparkir apik di depan pintu kedatangan. Dia melesat meninggalkan bandara dan menuju tempat tinggalnya. Dia akan menjalankan rencana yang sudah dia rancang jauh-jauh hari untuk membalas dendam.

"Dua puluh lima tahun menyusun rencana. Menyamarkan identitas dan merencanakannya diam-diam. Aku pastikan hidupmu akan berubah setelah ini, Aditya Ryandra."

_

_

Gema menyelesaikan operasi hari ini. Satu lagi nyawa pasien tertolong berkat usaha kerasnya di meja operasi. Tubuh dan otaknya sama-sama lelah. Dia bekerja begitu keras.

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang