Remaja dengan ekspresi datar itu, tengah menatap kosong pemandangan di depannya. Keramaian yang tersaji, seolah tak berarti sama sekali. Raut wajahnya tak dapat ditebak. Dalam pikirannya kini menari-nari banyak hal. Dia terlalu hanyut dalam lamunannya.
Hingga tak sadar jika cairan bening jatuh dari mata sayu yang sarat akan luka tersebut.
"Mengapa semua harus seperti ini? Apa ini memang karma untukku?" ucapnya entah pada siapa.
Pandangannya kosong dan tak dapat ditebak. Seolah tak ada lagi semangat hidup yang terpancar dari manik indah berwarna hazel tersebut.
"Apalagi yang harus kulakukan untuk membuat mereka bahagia?" monolognya.
Setelah puas berbicara dengan diri sendiri, remaja tersebut beranjak dari taman kota. Ia mengendarai sepeda kesayangan, menjauh dari keramaian. Anak itu mengayuhnya perlahan. Otaknya dipenuhi banyak pertanyaan yang terus menghantui beberapa tahun kebelakang.
"Mama, aku sangat merindukanmu."
Setelah beberapa menit mengayuh sepeda, remaja itu akhirnya sampai di sebuah tempat yang begitu menenangkan. Dia memarkirkan sepeda di dekat pohon besar, kaki jenjangnya beranjak menuju bangku putih tak jauh dari sana. Ia melepas tas punggungnya.
Semilir angin dengan lembut menyapu wajahnya. Hal itu membuat anak rambutnya berantakan. Tapi, ia tak memerdulikannya. Lantas, dia berbaring di atas tanah berumput. Lama-kelamaan matanya menjadi berat.
Dia tertidur di sana.
_
_
"Sayang. Maukah kau menuruti permintaan Mama?"
Suara lembut itu. Suara dari seseorang yang begitu ia rindukan. Masih tak percaya jika yang berdiri di depannya saat ini adalah sosok wanita yang sangat ia hormati.
"Apapun, Ma. Aku akan berusaha menurutinya."
"Jaga Papa dan yang lain, ya. Terutama Devan."
Pria muda tersebut hanya diam. Ia tak tahu harus berkata apa pada sosok cantik di depannya.
"Tidak mau? Mana janjimu pada Mama?"
Ucapan wanita itu sontak menamparnya. Ingatannya kembali pada peristiwa bertahun-tahun lalu. Sebegitu berharganya 'dia' di mata wanita tersebut? Bahkan setelah sang ibu tiada, dia masih begitu berharga di mata wanita itu.
"Tapi, Ma-" ucapannya terputus.
"Mama tak menerima alasan apapun. Jaga dia dengan baik sebelum sesuatu yang buruk membuat kalian sangat menyesal karena telah menyia-nyiakannya."
Setelah mengatakan hal yang membuat dia bertanya-tanya, suara itu lambat laun memelan. Menghilang bersamaan dengan dengung yang membuatnya tersentak.
Pria itu membuka paksa matanya. Napasnya memburu. Keringat seukuran biji jagung memenuhi pelipisnya. Meskipun saat ini ia berada di ruangan ber-AC. Dia ambil gelas di nakas samping ranjang. Dan meneguk air di dalamnya hingga tandas.
"Mimpi itu lagi. Mengapa Mama selalu berkata seperti itu? Apa sesuatu yang buruk akan terjadi padamu?" ujarnya entah pada siapa.
"Mengapa juga aku harus memikirkan anak tidak berguna itu. Membuang waktuku saja. Anak itu pasti baik-baik saja," monolognya sambil merapikan selimut.
_
_
Sang surya kini mulai condong ke barat. Langit oranye kekuningan mulai nampak bersamaan dengan udara dingin yang menusuk tulang. Sosok tersebut membuka matanya. Melihat suasananya sudah berubah. Walaupun malas, dia bangkit dari posisinya. Ia harus pulang ke rumah walaupun tak suka.
Tubuhnya menikmati suasana sore yang damai seraya mengayuh sepeda kesayangannya. Perlahan tapi pasti, dia sampai di depan bangunan megah dengan arsitektur bergaya eropa di kompleks mewah yang menjadi tempatnya tumbuh selama ini.
.
.
tbc
Spoiler :
"Ini hadiah dari Mama."
.
"Aku ingin bebas dari obat-obatan itu, Ma. Tapi, aku takut tanpa obat itu aku bisa mati."
.
"Cari tahu semua hal tentang Arga Devano Ryandra."
.
"Tuan Arka kini ada di rumah sakit, Tuan Ryandra."
.
"Pasien mengalami luka dalam di dadanya. Tulangnya retak parah, Dokter Gema."
.
"Devan! Bertahan!"
.
"Kau sendiri yang mengubah anakmu sendiri jadi seperti ini, Sialan!"
.
"Mereka benar. Harapanku mungkin tak terkabul, tapi bahagia mereka adalah hal terpenting untukku."
Prolog [completed]
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Ficção AdolescenteOrang-orang mengenal sisi dirinya yang misterius dan tak tersentuh. tetapi, siapa tahu jika dalam lubuk hati terdalamnya tersimpan banyak luka yang selama ini dia pendam. Arga Devano. Dia hanya seorang remaja biasa yang menginginkan kehidupan yang l...