"Kau. Pembawa. Sial. Aku sangat membencimu."
.
.
Aditya dan Fio menunggu Tara keluar dari ruangannya. Fio duduk di kursi tunggu sambil menyatukan tangan di depan dada. Dalam hati si sulung terus merapalkan doa agar adik bungsunya baik-baik saja.
Sedangkan Aditya kini menelepon seseorang untuk mencari tahu siapa sebenarnya dalang di balik semua ini.
"Ada informasi lain?" tanya Aditya.
"Berdasarkan hasil penyelidikan, mobil itu hendak menabrak Devan. Namun, karena Theo mengorbankan dirinya, maka jadi seperti ini, Ryandra."
"Sudah tahu siapa dalangnya?" tanya Aditya lagi.
"Aku dan timku masih mencari bukti lain, Dit."
"Langsung sampaikan padaku jika sudah mendapatkan informasi. Aku menunggu hasil penyelidikanmu sebelum kuserahkan kasus ini pada pengadilan," ujar Aditya serius.
"Aku akan menghubungimu jika ada informasi tambahan."
Kini Aditya tahu. Target awalnya bukan Theo. Namun Arga.
Pria itu tak bisa membayangkan jika dia tak datang ke makam istrinya. Pasti keadaan Arga akan jauh menghawatirkan.
"Cari tahu mobil yang menabrak Theo. Aku ingin kau menyelidikinya sampai tuntas. Karena dia hampir saja membunuh putraku."
"Baiklah, Ryandra! Aku akan menyelidikinya. Dan bisakah kau berhenti membuatku terdesak? Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku, Sialan!"
"Kau yang sialan, Geovan! Aku ingin semua informasi tentang kejahatan ini dalam waktu dekat!"
Aditya menutup ponselnya sepihak saat melihat Tara keluar dari ruangannya. Dokter yang menjadi kakak tingkat Aditya masih berkuliah itu cukup terkejut saat melihat ayah lima anak tersebut ada di depan ruangannya dengan wajah khas 'seorang ayah' yang menghawatirkan anaknya.
"Bagaimana keadaannya, Tar?" tanya Aditya tanpa basa-basi.
"Tumben sekali kau menanyakannya? Biasanya kau takkan peduli. Meskipun Devan 'mati' sekalipun," sinis Tara.
"Tar, kumohon. Aku ingin memperbaiki hubunganku dengannya," mohon Aditya.
"Kemana saja kau selama ini? Apa kau sedang ada di planet lain saat keponakanku hampir saja tiada karena perlakuan burukmu?"
Aditya hanya diam. Karena itu memang benar.
"Kau kira keponakanku itu bukan manusia? Kau memperlakukannya seperti binatang selama ini," ucap Tara dengan raut sinis.
"Apa maksudmu berkata kurang ajar seperti itu, Tara Giordan?!" geram Aditya.
"Kau takkan mengerti bagaimana dia melewati hidupnya selama ini. Kau juga takkan pernah mengerti apa yang dia rasakan selama ini, Ryandra!" balas Tara.
"Jangan basa-basi, Sialan! Katakan keadaan Devan dengan jelas! Atau akan membuatmu menyesal."
"Aku rasa tidak ada gunanya bicara denganmu untuk saat ini. Lebih baik kau tanya Gema. Devan sedang beristirahat di ruanganku. Jangan ganggu dia sampai keadaannya membaik," ujar Tara.
"Aku akan masuk."
Sebelum kaki jenjang itu masuk ke ruangan Tara, dokter yang bersangkutan mendorongnya kebelakang. Untung saja Fio menahan tubuh sang Papa agar tak membentur tembok.
Dokter itu melarang Aditya masuk.
"Jangan berani-beraninya kau menginjakkan kakimu ke ruanganku Aditya Gibran Ryandra!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Teen FictionOrang-orang mengenal sisi dirinya yang misterius dan tak tersentuh. tetapi, siapa tahu jika dalam lubuk hati terdalamnya tersimpan banyak luka yang selama ini dia pendam. Arga Devano. Dia hanya seorang remaja biasa yang menginginkan kehidupan yang l...