Untuk dicintai,
Untuk mencintai seseorang,
Aku akan menjadi matamu
[HOME]...
Berapa banyak harapan yang dibutuhkan untuk mencapaimu. Irene tumbuh di lingkungan dimana ia didambakan. Kehadirannya selalu dinantikan oleh banyak orang. Keluarga nya pun juga sangat menjaga Irene dengan sangat baik."Pertunangan ini akan dilaksanakan setelah Min Yoongi wisuda di Daegu", intruksi tuan Bae membuat Irene ikut tersenyum. Jika selama ini ia dinantikan maka baru ini didalam hidup seorang Bae Irene menantikan seseorang. Ia berusaha untuk membuka hati seseorang walau itu sangat sulit.
"Syukurlah kalau begitu"
Irene dapat melihat Yoongi yang seolah tidak mendengar apapun. Ia tidak tertarik dengan ini. Menghadiri rutinitas makan malam ini juga hanya demi ayahnya. Mendapatkan sekedar perhatian Yoongi entah mengapa menjadi tantangan tersendiri bagi Irene.
"Yoongi" panggil Irene pelan. Tapi sebenarnya suara itu dapat di dengar oleh semua orang. Entah apa maksudnya tapi Yoongi hanya membalasnya datar. Ia muak dengan pembicaraan bisnis di meja makan ini.
"Mau mencari angin keluar?"
"Tidak" jawab Yoongi lugas. Ia lebih baik disini mendengar omong kosong mereka dibanding berduaan dengan Irene.
"Eiyyy kalian harus lebih banyak menghabiskan waktu berdua untuk pendekatan" usul nyonya Min.
Yoongi tidak pernah dekat dengan ibunya. Dibanding ibu, Yoongi merasa lebih nyaman dengan ayahnya. Itu karena sang Ayahlah yang mengajarkan Yoongi musik. Namun karena tuntutan pembisnis, Yoongi jadi lebih diarahkan untuk belajar kiat-kiat dalam berbisnis. Terlalu banyak kekangan hingga akhirnya Yoongi memutuskan untuk pergi dari rumah saat SMA.
"Cepat pergi temani Irene" bisik nyonya Min.
Dengan terpaksa Yoongi bangkit dan tidak lupa memberi salam pada keluarga Bae kemudian pergi dengan Irene yang menggandeng tangannya.
"Lepaskan tanganmu, Bae Irene" seketika aura mematikan Yoongi terasa. Benar jika banyak yang tidak mau berurusan dengan Min Yoongi adalah karena dia sangat menyeramkan. Ia tidak pernah main kasar namun setiap ucapan yang Yoongi keluarkan sangat menusuk.
Hal itu berlaku juga untuk Irene. Ia melepas gandengannya dan berdehem.
"Kau yakin itu bukan obsesi?" Tanya Irene
"Apa?"
"Perasaan mu dengan Yoonhee"
Yoongi mengepal mendengarnya. Bagaimana mungkin itu terlihat seperti obsesi?
"Kau merelakan masa depan hanya karena perasaanmu"
"Tahu apa kau tentang masa depan?" Geram Yoongi.
Masa depan?
Sejak awal Yoongi lah pemeran utama dalam hidupnya. Namun tanpa Yoonhee ia hanyalah manusia yang hidup tanpa arahan. Beberapa kali saat Yoongi sedang marah dengan nasibnya maka Yoonhee akan mengingatkannya dua kali lipat jika hidup harus dijalani dengan tulus dan lapang dada.Yoongi yang hanya mengenal ambisi mana paham arti ketulusan. Ia hanya bekerja seperti robot tanpa tahu bagaimana hasil kerjanya. Yoonhee lah yang selalu datang kepadanya dan memuji semua ya g dilakukan Yoongi. Hal itu membuat Yoongi menyadari betapa pentingnya bersyukur atas apa yang sudah ia lakukan.
Statement jika musisi tidak memiliki masa depan terkadang sering menghantui Yoongi. Berpikir apa yang ia putuskan ini salah saja sudah membuatnya frustasi.
"Yoonhee adalah masa depanku. Ada atau tidaknya perjodohan ini tidak merubah hal itu"
"Justru itu yang aku maksud dengan obsesi."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME [YOONGI STORY]
ФанфикDengan Yoonhee itu sudah cukup menjadi alasannya bertahan hidup. Tidak akan tanpa adanya Yoonhee. Sepenting itu nama Yoonhee bagi Min Yoongi END.