6

80 7 0
                                    

Langkah Yoongi terasa aneh saat  memasuki rumahnya dengan lampu yang mati.

Di ruang yang luar biasa ini ia merasa buruk.

Apapun yang ia lakukan kini hanya untuk bertahan hidup bukan menikmati hidup. Yoongi melepas dasinya dan melemparkannya sembarang. Meletakkan pakaian kantor hingga menyisakan kaos putih dan celana pendek.

Sangat menyedihkan ketika kita berpikir bahwa kita memiliki dunia ini. Memiliki segalanya bukan hal yang menarik ketika kita merindukan seseorang.

Benar. Yoongi sangat merindukan gadisnya. Perasaan yang kian membuncah membuat pribadi Yoongi makin pekat. Ia membenci banyak orang di hidupnya, bahkan dirinya.

Perasaan memuakkan itu perlahan pudar saat Yoongi sadar ia punya alasan untuk pulang. Yoongi ingin pulang ke rumahnya. Tempat dimana ia bisa mendapatkan kehangatan dan melupakan segala kegilaan di dunia ini.

"Besok dari pihak penerbitan akan menemui anda", seperti hantu, sekertaris itu muncul tanpa permisi. Untungnya Yoongi tidak lemah jantung seperti Hoseok.

"Sudah kubilang aku tidak mau bekerjasama"

"Pihak mereka ingin anda mempertimbangkannya. Makanya mereka mengutus seseorang untuk membicarakan kontrak"

"Aku sibuk"

"Tidak ada jadwal sibuk anda besok, tuan"

Yoongi ingin sekali memaki sekretarisnya. Bukankah secara tidak langsung apa yang ia ucapkan adalah penolakan halus?

"Terserah" setelah kata itu ia lebih memilih untuk meninggalkan  Ok Sungjin. Berbicara banyak pun tidak akan banyak yang berubah.

...
Pagi-pagi sekali Yoongi sudah berada di kantornya. Ada beberapa dokumen yang harus ia selesaikan sebelum pekan depan. Ia berniat mengambil cuti.

"Perwakilan penerbitan sudah datang, tuan"

"Sepagi ini?"

"Iya"

Menit pertama tubuhnya lemas tanpa ia tahu alasannya.

Menit kedua Yoongi merasakan jika rindunya tidak bisa ia tahan lagi.

Menit ketiga ia mulai mendapatkan kewarasannya.

Yoonhee ada dihadapannya. Yoongi mengira ia sedang bermimpi.

"Saya membawa surat kontrak kerjasama. Saya harap tuan mau membacanya dengan seksama"

Tapi kini tidak ada lagi tatapan hangat. Yoonhee bahkan tidak mau menatapnya. Ia mendekat hanya untuk menyerahkan surat yang ia bawa.

Melihat dari penampilannya, seperti Yoonhee langsung kemari tanpa beristirahat. Rambutnya yang tergerai panjang kini pendek sebahu. Bukankah ia tambah cantik karena itu?

"Hee..."

"Saya pamit. Jika ada hal yang perlu ditanyakan, disana tercantum kontak kami"

Yoonhee yang tengah membuka pintu tertahan. Tiba-tiba saja Yoongi mendorong kembali pintu.

"Tidak. Masih banyak yang perlu aku tanyakan"

Kali ini Yoongi dapat merasakan jika jantungnya kembali bekerja. Melihat wajah yang sudah lama ia rindukan.

"Anda bisa menanyakannya, tuan Min"

"Tentu denganmu"

Yoongi bersumpah ia akan rajin ke gereja setelah ini. Mengatakan betapa bersyukurnya ia dapat dipertemukan dengan gadisnya. Tapi ia baru ingat jika ia tidak memiliki agama. Yoongi menertawakan diri. Agama apapun itu, akan selalu mengajarkan kebaikan bukan?

HOME [YOONGI STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang