Seokjin terduduk kaku disamping brangkar rumah sakit yang tak lain ranjang RJ yang diisinya selama hampir dua pekan.
Anak itu hanya mampu menggerakan bola mata menatap sekitar, sedang untuk bergerak bahkan bicara rasanya sulit. Rasa sakit yang menderanya terasa bertambah saat alat-alat medis itu terpasang di tubuh mungilnya.
RJ menatap Seokjin yang tengah menggenggam tangannya. Sekuat tenaga dia mencoba melafal rindu pada sang Popo.
"Popo, aku merindukanmu. Aku ingin ikut dengan Popo kembali kerumah. Aku rindu para ayahku. Aku rindu teman-teman."
Andai saja Seokjin bisa membaca pikirannya.
---
Seratus persen Jimin yakin bahwa mobil itu adalah mobil milik orang tua Kookie. Mobil yang sama saat terparkir di Rumah Gangwon-do dulu.
Sayangnya garis polisi melingkar di sekitar TKP menyulitkannya masuk dan memastikan keadaan putra dari adiknya itu.
Hoseok terpaksa ikut turun dari mobil walau sebenarnya sedikit ngeri berada di tempat habis kecelakaan.
"Aigo.." Hoseok menepuk bahu Jimin membuatnya menoleh. "Gue nginjek darah, Jimin-ah," ucapnya sambil menunduk melihat genangan darah bercampur air hujan.
"Kayak sirup ya?"
Sontak saja Hoseok memukul lengannya keras. "Kampret lu! Orang lagi takut juga!"
"Lagian ya emang itu darah. Kayak gak punya aja!"
Wajah keduanya tentu ditutup masker dan memakai topi hitam sehingga tak mungkin dikenali begitu saja. Jimin mencoba lebih dekat pada polisi di sekitar police line.
"Jeogiyo, kyeongchal-nim." Salah satu polisi disana lantas menolehkan pandangan.
"Ye, Ada yang bisa kami bantu?"
"Apa dalam kecelakaan ini ada korban anak kecil yang usianya sekitar empat tahun?"
Polisi tersebut menggelengkan kepala cukup yakin. "Kalaupun jasadnya ikut terbakar, mungkin akan ditemukan bersama dengan penumpang mobil ini. Tapi, kurasa tidak ada."
Jimin dan Hoseok saling menatap, bisa jadi isi pikiran keduanya sama saat ini. Kalau Kookie tidak ada di mobil lalu kemana perginya anak itu sementara orang tuanya meninggal di tempat?
Jimin segera merogoh ponselnya untuk menghubungi Jungkook, mungkin ini bakal jadi permasalahan panjang namun bagaimanapun Jungkook adalah ayah angkat Kookie dan dia berhak tahu.
"Jungkook-ssi! Orang tua Kookie kecelakaan!"
.
.
.
.
.
.
.Namjoon melajukan mobilnya di kecepatan standar. Dia terpaksa membawa mobil karena bakal panjang ceritanya kalau dia pergi ditemani salah satu orang rumah.
Namjoon menoleh sebentar ke samping, Rapmon nampak terlelap tidur di jok penumpang. Daerah sekitar matanya menghitam menandakan anak itu sering tidak tidur malam.
Jalanan sore ini kembali padat mengingat ini jam pulang para karyawan. Namjoon menghabiskam waktu dua puluh menit di jalan raya hingga kini memarkirkan mobilnya..
BRUK!!
"Nabrak apa gue barusan yak?!" Namjoon membuka kaca mobil lalu memunculkan kepalanya. "Oh.. Pagar. Gwenchana, gwenchana. Cuma menyon dikit kok."
Namjoon keluar dan menggendong Rapmon dari pintu penumpang, membiarkan balita itu bersandar di dadanya dengan tenang.
"Laepmon? Pipu itu Laepmon ya?" Si kecil Tata berlari dari dalam rumah, menyambut di ambang pintu. Namjoon hanya tersenyum dan merangkul bahu Tata sembari berjalan masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
BabyGuard 𖠌
Fanfiction[end | bukan bxb] ❝Mereka jatuh dari langit? Atau keluar dari batu?❞ Menjadi ibu tanpa ayah? Mungkin ada alasannya kali ya? Tapi Menjadi ayah tanpa ibu. Itulah hal aneh yang dialami ketujuh manusia setelah sekitar puluhan tahun tinggal di bumi ini...