BAB XVIII [END]

664 62 5
                                    

Wajah Mark tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Perth yang membara.

"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah."

Kemarahan Perth yang semula menggelegak langsung surut men- dengar perkataan Mark.

Kenapa Perth tidak menyadarinya?

Yang diinginkan Mark hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Pam. Hanya itu. Dan Perth bodoh karena selama ini tidak menyadarinya.


Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Mark, dia akan memberikannya...





"Ikut aku," Perth mengambil tangan Mark dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Mark yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Pam terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.


Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Mew juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Perth membawa Mark ke sayap rumah itu.






Perth berhenti menyeret Mark ketika mereka berada di pintu kamar emas itu, "Kau ingin jawaban bukan?" Perth melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Pam yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Mark.

Dengan segera Mark mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Perth kepada lukisan itu. Perth melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Mark menyadari apa yang akan dilakukan oleh Perth, semuanya sudah terlambat.







"Jangan!"


Terlambat.

Perth sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sejejam api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan Pam yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Mark berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Perth dengan bingung.




"Kenapa kau melakukannya?"

"Karena," Perth tiba-tiba meraih Mark dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Perth melahap bibir Mark seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Mark yang sudah lama tidak dicecapnya. Perth memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.




Ketika Perth melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Mark lemas hingga Perth harus menopangnya. Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu Mark dan menghadapkan ke arahnya.


"Karena kau Mark Siwat Tanapon, aku mencintaimu, sungguh mencintai- mu, sebagai Mark yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentangku,"

Perth melumat bibir Mark yang menganga takjub dengan penuh gairah.

"Kau tersimpan di hatiku," dengan lembut Perth membawa tangan Mark ke dadanya, "Hati ini dulu sudah ku buang jauh-jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sana setelahnya,"
Perth menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu, "Aku pernah men- cintai Pamigax sebelumnya. Tetapi sekarang, dia hanyalah kenangan yang harus kuhormati. Hanya itu. Cintaku kepadanya sudah pergi pelan-pelan seiring berjalannya waktu, dan kutegaskan padamu Mark Siwat Tanapon, aku menikahimu bukan karena kau harus menggantikan siapapun, aku menikahimu karena aku mencintai- mu, dan ternyata kita sangat cocok di ranjang merupakan bonus."



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sleep with the devil PerthMark Version. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang