part 2

462 32 0
                                    

Berusaha dan terus berusaha. Sampai akhirnya...

"Tina, bangun. Kenapa kau menjerit-jerit? Apa kau mimpi buruk?"

Kak Urwa membangunkanku dari mimpi buruk. Baju yang basah oleh keringat yang terus mengalir. Terasa nyata apa yang kualami, dan tak tau apa arti dari mimpi itu.

Langsung kulirik jam yang ada di gawai.
Segera kulaksanakan sholat sunat malam dua rakaat. Dalam sujud aku berdoa, semoga tidak akan terjadi hal buruk yang akan menimpaku.

Selesai sholat malam, tanpa sengaja dari ujung netra, aku melihat seseorang yang sedang duduk di tempat tidur. Aku pun langsung menoleh ketempat tersebut, tapi tidak ada siapa-siapa disitu.

Aku mengambil gawai diatas nakas dan langsung memainkan game kesukaanku, sambil menunggu adzan subuh. Tapi, malam ini  perasaanku gak enak. Tengkukku merinding, serasa ada yang meniupnya. Dengan tiba-tiba, ngantuk itu datang mendera. Dan akupun terlelap dalam buaian mimpi.

Dalam mimpi, aku melihat seorang wanita berpakaian merah membawa air comberan. Dan air itu dia siramkan ke tubuhku sambil berkata

"kau akan selalu terlihat menjijikan seumur hidupmu dan tak ada seorang pun yang mau mendekatimu."

Aku langsung terbangun. Terasa ada sesuatu yang mengeliat-geliat di balik bajuku. Langsung ku lepas dan ku hempas ke lantai baju itu

Astagfirullah ... ternyata ada cacing kecil-kecil di balik baju itu. Aku pun langsung berteriak. Karna merasa geli dengan binatang yang melata itu.

Tak ada seorang pun di rumah. Bang Said sudah berangkat kerja, sedangkan Kak Urwa mengantar putri kembar mereka ke sekolah PAUD.

Aku segera membereskan semua kekacauan yg ada di kamar. Dengan segera membersihakan diri kemudian membuka Toko Baju Muslimahku.

*****
Satu bulan berlalu setelah kejadian itu. Ternyata benar apa yang di ucapkan kakek itu. Bentol-bentol itu sudah menutupi seluruh tubuhku. Gatal dan terkelupas kadang berdarah, itu berimbas pada pendengaranku. Sewaktu-waktu telingaku mengeluarkan darah dan nanah, dan kadang berdenging. Selama ini aku hanya berobat ke dokter spesialis kulit. Dan dokter hanya mengatakan ini cuma alergi.

Bang Said dan Kak Urwa tak pernah tahu yang terjadi, karena aku tak ingin merepotkan mereka. Biarlah aku atasi sendiri. Tapi mereka hanya bingung melihat perubahan pada diriku. Biasanya aku memakai jeans ketat dan kaos lengan pendek tanpa hijab. Tapi sekarang, aku sudah memakai kaos lengan panjang plus hijab. Walaupun masih memakai jeans ketat.

Semua ini hanya kuceritakan kepada Mira sahabat dekatku. Dia pun mengusulkan untuk mencari orang pintar.

Pencarian orang pintar pun dimulai. Mira selalu mendampingi kemana pun ku minta. Mulai dari dukun biasa sampai ketemu dukun aneh. Atau bisa di bilang dukun cabul. Tapi aku masih waras, ku abaikan apa yang dikatakan dukun cabul itu. Syarat-syarat yang tak masuk akal. Tak ada reaksi dari para dukun, kami pun beralih ke tempat para ustadz.

Tak terasa pengobatan yang aku jalani, dari dukun satu ke dukun yang lain dan dari ustadz yang satu ke ustadz yang lain, memakan waktu hampir empat tahun. Pengobatan itu tidak ada  reaksi. Sembuh sebentar kemudian datang lagi.

Dalam hampir empat tahun, perubahanku sangat jelas. Dari yang memakai pakaian ketat berubah memakai pakaian syar'i. Bang Said dan Kak Urwa sangat senang dengan perubahanku. Tanpa mereka tahu, apa di balik itu semua.

Sakit yang kualami tak kunjung sembuh. Aku akhirnya patah semangat. Dan ku hentikan pengobatan alternatif itu. Sampai akhirnya......

.
.
By. Khanza Az-Zahra

__________________________________

Guna-gunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang