part 3

403 31 0
                                    

"Tina, duduk sini dulu" panggil Bang Said.

"Ada apa Bang?"

"Abang senang dengan perubahanmu belakangan ini. Tapi Abang curiga, ada sesuatu yang kamu sembunyikan."

"Hampir empat tahun ini abang perhatikan, kamu yang biasanya enggan memakai hijab walaupun kakak mu yang meminta, tapi sekarang sudah memakai gamis syar'i. Boleh kah Abang tau alasan nya."

"Lagi pula ada perubahan di wajahmu. Kamu selalu menutup wajahmu dengan ujung hijab. Selain itu, selama ini kamu jarang sekali keluar dari kamar."

Karna kesibukan kami masing-masing, walaupun Bang Said menyadari perubahan itu, dia tak sempat menanyakan perihal perubahanku. Begitu pun dengan Kak Urwa. Waktu begitu cepat berlalu, sampai tiba saatnya Bang Said bertanya tentang semua.

Akhirnya ku jelaskan semua dengan Bang Said dan memperlihatkan apa yang terjadi di tubuh ku. Bang Said sangat terkejut mendengar ceritaku. Terlebih melihat kondisiku saat ini.

Hampir seluruh tubuhku penuh bercak-bercak bentol kering dan terkelupas. Gatal, panas, dan juga berbau anyir. Wajah ku merah, seperti gagal memakai produk skin care. Terkelupas dan juga perih kalau terkena air.

"Astagfirullah,,, Tin. Kenapa baru sekarang kamu ceritakan kepada Abang."

"Kalau kamu cerita dari dulu, Abang kan bisa bantu."

"Abang kan selalu sibuk. Bahkan sering keluar kota. Kak Urwa juga sibuk. Lagian Tina gak ingin menyusahkan Abang sama Kakak." jawabku.

"Tina sudah berusaha berobat selama ini Bang. Tapi gak ada satu pun yang berhasil. Paling sembuh sebentar, kemudian balik lagi gatal dan perih nya."

"Alhamdulillah,, Tina bisa memakai gamis syar'i ini Bang. Walau niat awalnya cuma ingin menutupi tubuh Tina yang penuh bentolan busuk."

"Ternyata menutup aurat itu memang sangat penting bagi wanita. Mungkin ini hidayah Allah Bang." akupun tidak bisa menutupi kesedihanku.

"Maaf kan Abang ya."

"Oya, abang punya kenalan ahli ruqiyah dari kota Bjm. Uatadz Rifan namanya. Besok akan Abang panggil dia ke sini."

*****
Pagi yang cerah. Hari ini aku dengan sengaja tidak membuka Toko Baju Muslimah ku. Karna kata Bang Said, temannya akan datang ke rumah, seorang ahli ruqiyah dari kota Bjm.

"Assalamualaikum.." seseorang mengucapkan dari luar.

"Wa'alaikum salam." Bang Said menyahut.

Ternyata teman Abang yang dari kota Bjm sudah datang.

"Mari masuk Rifan." mereka pun saling berangkulan.

Kak Urwa tidak ada di rumah. Dia mengantar putri kembarnya ke sekolah. Yang sekarang sudah kelas satu Sekolah Dasar.
Akupun segera membuatkan teh buat Bang Said dan ustadz Rifan. Setelah itu segera menyuguhkan nya kepada mereka.

Ustadz Rifan seorang pemuda yang lumayan tampan. Dengan kulit yang hitam manis dan hidung yang mancung. Alis yang tebal dan mata yang tajam. Memiliki kumis yang tipis dan jenggot yang tidak terlalu lebat. Ada lesung pipit di kedua pipinya. Dan juga memiliki perawakan yang sedang.

"Fan, ini Tina adik ku yang ku ceritakan waktu itu. Aku harap kamu bisa membantunya."

Akupun memperkenalkan diri dan langsung mengulurkan tangan. Tapi ustadz Rifan menyambutnya hanya dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Assalamualaikum,, saya Tina adiknya Bang Said."

"Wa'alaikum salam,, saya Rifan."

"Tin, tunjukan sebagian lenganmu kepada Rifan. Mungkin dia tau apa penyebabnya."

Saat aku ingin menunjukan penyakit ini, tiba-tiba ustadz Rifan berkata.

"Maaf sebelumnya, apakah kamu pernah menyakiti seseorang?"

"Insha Allah, tidak pernah."

"Kayaknya ada yang membencimu. Dia mengirim ini agar tak ada seorang pun menyukaimu. Wallahualam."

Aku pun termenung, berusaha untuk mengingat semua.

"Bagaimana, Adakah sesuatu yang kau ingat?"

"Baiklah, lupakan saja. Aku akan berusaha membantumu. Yang pasti jangan simpan dendam dengan orang ini kalau kau mengetahuinya." ustadz Rifan menimpali.

Aku pun mengangguk.

.
.
.
By.Khanza Az-Zahra

______________________________

Guna-gunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang