part 8

345 24 0
                                    

#Guna_guna

Aku dikejutkan dengan pemandangan yang sangat menakutkan. Di depanku, berdiri sesosok makhluk tinggi besar hitam dan memiliki mata merah menyala. Makhluk itu menatapku dengan penuh amarah.

Saat makhluk itu ingin meraih tubuhku dengan tangan yang memiliki jari dan kuku yang panjang, dengan sigap aku langsung menghindar.

Namun, makhluk itu langsung mengejarku. Dengan terus berlari tanpa memikirkan apa pun, aku tetap tak menemukan jalan yang kuinginkan. Jalan terasa luas dan tanpa ujung, penuh dengan kegelapan.

Yang membuatku merasa heran, jalan yang dilalui terasa tak ada benda apa pun. Padahal sangat jelas, aku masih berada didalam rumah. Tapi kenapa tiba-tiba seperti berada di luar ruangan antah berantah.

Makhluk itu tak berhenti dan terus mengejar. Aku yang merasa sudah terlalu jauh berlari, namun tak jua kunjung mendapatkan ujung dari pelarianku.

Tubuh yag sangat lelah, peluh yang mengucur deras, membuatku tetap semangat untuk mencari jalan keluar dari temptiba-tiba Dari kejauhan, aku melihat sebuah cahaya putih yang bersinar terang. Melihat cahaya itu, semangatku kembali tersulut. Dengan berlari cepat, aku mengejar cahaya itu.

Cahaya itu semakin dekat dan akhirnya aku sudah berada didepan sebuah pintu. Sepertinya pintu itu adalah pintu lorong waktu.

Saat ingin meraih knop pintu, tiba-tiba tubuh ini langsung diraih oleh sosok makhluk hitam itu. Tubuhku ditusuk-tusuk dengan kukunya yang runcing.

Aku berteriak, terasa perihnya tusukan itu menghujam seluruh tubuhku. Selain itu, air liurnya yang berlendir dan berbau jatuh membasahi sekujur badan. Terasa panas dan juga sakit.

Makhluk itu terus menusuk tubuhku dengan kukunya, aku berteriak kesakitan.

"Tolong, hentikan. Sakit sekali." aku memohon pada makhluk itu.

Tapi, makhluk hitam tinggi besar itu tertawa terbahak-bahak.

"Siapa kamu? Dan apa salahku padamu?" aku berusaha bertanya apa kesalahanku.

Tapi, maklhuk itu tak menjawab pertanyaanku. Dia terus menusuk-nusuk seolah aku ini adalah boneka yang sedang dimainkannya.

Tubuh ditusuk dan juga digoyang-goyang serta dihempas, membuatku pusing dan ingin muntah. Mata terus kupejamkan agar tidak terlalu pusing.

Saat kepala terasa mau pecah, aku berteriak sangat kencang. Saat itu pula seseorang memanggil namaku.

"Tin, bangun, kenapa denganmu?"

Saat mata terbuka, ternyata sudah berada didalam kamarku kembali. Disekitarku sudah ada Bang Said dan anak istrinya. Juga terlihat tetangga dan pak RT.

Saat terbangun itulah, rasa mualku semakin menjadi. Dan ....

Hoek Hoek Hoek

Aku memuntahkan apa yang ada didalam isi perut.

"Atagfirullah ...." mereka semua beristigfar.

Darah hitam keluar dari mulutku bercampur dengan sejumput rambut.

"Apa yang terjadi denganmu, Tin?" tanya Kak Urwa penuh khawatir.

Aku langsung memeluknya dan menangis.

"Aku juga gak tahu, Kak. Tadi aku bermimpi dikejar makhluk besar hitam." aku terus terisak.

"Begini saja, mulai sekarang kamu tinggal dirumah abang," ucap Bang Said.

"Dan rumah ini dikontrakan beserta isinya. Sebelum itu, kita harus ruqiyah rumah ini, biar bersih dari hal-hal jahat," lanjutnya pula.

Terus terang, aku sebenarnya tidak percaya dengan hal-hal gaib. Aku hanya mengikuti apa yang Bang Said katakan.

"Bang, kenapa mereka semua ada disini?" tanyaku penasaran.

"Pak Ono tadi menemuiku," ucap Pak RT.

"Dia mengatakan bahwa kamu terdengar berteriak terus. Karena pak Ono khawatir, dia menemuiku dan aku menelpon Said." terang Ak RT.

Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih pada Pak Ono.

***
Pagi ini aku terbangun karena suara ponsel yang mengganggu. Dan sekarang, aku sudah berada dirumah Bang Said, karena mereka sangat mengkhawatirkan keselamatanku.

Dddrrrrtttt ... Dddrrrrtttt ....

"Siapa sih yang menelponku pagi-pagi begini?" gumamku kesal.

Saat sambungan telpon itu ingin kuterima, tiba-tiba gawaiku berhenti berbunyi.

"Huh, bikin kesel aja," gumamku lagi semakin kesal.

Tiingg!!!

Gawaiku berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Kuraih gawai yang berada diatas nakas dan segera membuka pesan yang masuk.

Sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal.

[Gimana rasanya, Tin? Itu baru awalnya, lo. Kamu akan mendapatkan lebih dari itu. Hahahahaha ....]

.
.
.
.
.
Sampit,
Khanza Az-Zahra

Guna-gunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang