Capítulo 2 - La Verdad (The Truth)

64 3 17
                                    

¿Esto es amor o es una señal para escaparle al miedo?

No puedo evitar mis estupidez

Este no soy yo oh no u-oh!

No digas nada sólo tómate un tiempo

Un tiempo de amor

Ya no preguntes más, y cierra los ojos

Sentirlo es mejor

Quizás sea el momento de tomar un tiempo

Un tiempo de amor!


Tepuk tangan yang cukup meriah terdengar dari beberapa teman Simón dan Roller Band nya yang menyaksikan sesi latihan rutin mereka. Jazmín yang sedari tadi mengabadikan momen ini melalui tab milk nya saja sekarang sudah bersorak kepada keempat lelaki yang tengah berada diatas panggung itu.

Namun, hal itu tidak cukup membuat Simon benar-benar tersenyum, apalagi setelah mengetahui kalau Matteo segera bergegas pergi menuju backstage tanpa berkata sepatah kata pun. Hal ini membuat Simon ingin membunuh dirinya sendiri, karena sebelumnya hubungan kedua nya tidak sampai seburuk ini, tidak bahkan ketika kedua nya masih memperebutkan cinta seorang Luna Valente.

Dengan ucapan terimakasih yang terdengar agak dipaksakan, Simon kemudian meletakkan gitarnya dan segera mengejar lelaki yang amat dicintainya itu.

"Matteo!"

Panggilan dari suara khas milik Simon itu mau tak mau membuat Matteo menghentikan langkahnya, padahal selangkah lagi, ia sudah akan pergi dari Jam & Roller. Namun, bagaimana pun, ia tak bisa bergerak ketika suara favorit nya itu memanggil namanya.

Tanpa perlu berbalik, Matteo membuka suara, "Apa maumu?"

Hati Simón mencelos ketika mendengar kalimat yang dilontarkan mantan nya itu, kalimat yang amat dingin. Seolah hanya dengan kalimat itu, Matteo menolak keberadaan Simón. Tapi, ia berusaha sekuat mungkin untuk mengutarakan apa yang ingin ia sampai kan.

"Aku..." katanya, sebelum menarik nafas dan menghembuskan nya perlahan - berusaha mengumpulkan kekuatan yang tersisa pada dirinya. "Aku ingin kita bicara."

Matteo, sekali lagi tanpa perlu menoleh, segera menyahut, "Aku tak ingin. Pergilah"

Rahang Simón mengeras mendengar nya, bukan karena ia marah, namun ia kecewa. Terutama dengan dirinya sendiri yang telah berhasil membuat Matteo berubah sedrastis ini terhadap dirinya.

"Matteo! Kumohon"

"tidak, pergi lah!"

"Matt--"

"PERGILAH SIMÓN!" bentak Matteo tiba-tiba, tampaknya ia mulai kehabisan kesabaran. Pria italia itu kemudian berbaik, Simón dapat melihat amarah dari kedua matanya.

"Setelah semua yang terjadi, kau bahkan masih berani mengajakku berbicara, guitarrista."

Seolah terpukul mundur, ia terdiam setelah mendengar kata-kata Matteo. Memang benar, ia lah penyebab semua ini terjadi. Meskipun kala itu, Jazmín duluanlah yang mengecup bibirnya, tapi ia pun membalas kecupan itu.

Misunderstanding - #Sitteo [BXB] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang