(iv)

87 15 4
                                    


Perhatian Yuta kini jatuh pada sosok gadis yang rambutnya dikuncir tinggi-tinggi, yang tengah duduk anteng di bawah rindangnya pohon.

"Kalian duluan aja. Aku ada urusan sebentar."

Pria itu memilih untuk meninggalkan dua temannya, dan berbelok untuk menghampiri Sana.

"Pacarnya? Kok tidak bilang ke kita?" Tanya yang berbadan tinggi besar.

"Masih pendekatan mungkin?" Jawab yang berwajah agak kalem.

Kembali kepada sosok Nakamoto Yuta yang jahil. Gadis yang tengah duduk membaca novel romantis di bawah pohon itu tidak menyadari kehadiran Yuta sama sekali.

Tangan pria itu mengambil novelnya, dan mengangkat tinggi-tinggi.

Membuat empunya mendongak dan mendesis sebal.

"Kamu kalau datang padaku pasti kalau ada maunya saja. Katakan apa maumu. Kalau bayarannya setimpal akan kulakukan." Sana menjawab dengan agak ketus.

Sana itu tipikal gadis yang baik hati dan lembut, tapi itu tidak berlaku untuk manusia gondrong yang tiba-tiba melempar novel miliknya dan duduk sejajar dengannya ini. Bedanya, Sana duduk bersila sementara dirinya meluruskan kaki dan menopang tubuhnya dengan jemari di belakang.

Mata besar gadis itu memperhatikan peluh yang menetes di dahi Yuta. Turun ke bawah, lensanya menangkap celana training dari sekolah dan kaos hitam yang memeluk tubuh pemuda itu. Rambutnya yang gondrong itu dikuncir asal-asalan.

"Habis olahraga?"

"Terlihat jelas, bukan?" Yuta mengambil jus jeruk dalam kotak milik Sana yang berada diantara mereka, kemudian menyedotnya hingga habis.

"Minumanku diganti tiga kali lipat, loh, ya. Tidak mau tau."

"Pelit banget kamu,"

Lagian semua omongan Sana tentang bayar-membayar adalah omong kosong. Perihal album BTS saja belum dibincangkan hingga kini, padahal itu sudah lewat dua hari yang lalu.

Entah Sana itu pelupa atau...

Yuta tidak mau kegeeran.

"Pr matematikamu sudah selesai belum?"

Pria itu pasti ingin menyalinnya. Sana tahu. Dari gelagatnya juga sudah terbaca. Justru yang jadi pertanyaan dan masalah adalah, memangnya Sana sanggup menolak semua permintaan Yuta?

Bahkan yang tempo hari minta lewat pintu belakang.

Remaja bodoh, setidaknya itu yang selalu dikatakan Hirai Momo padanya.

"Sudah. Pasti mau lihat, kan?"

Pria itu terkekeh. "Heheheh. Kamu tau saja!"

Dan kalau dirasa lebih dalam, Sana itu sungguh menyedihkan. Tumbuh menjadi anak yang tidak enakan itu menyedihkan. Jatuh cinta sendirian juga menyedihkan.

Kalau kata Myoui Mina, sih, utarakan saja perasaannya itu. Namun yang membuat gadis itu bimbang adalah dia itu sangat minder.

Yuta itu tergolong lumayan populer. Sana juga lumayan populer sih, bukannya sombong, ini kenyataan. Suara sekaligus wajahnya yang imut adalah penyebab gadis itu populer.

"Ya sudah nanti aku foto untuk kamu."

"Eh? Tidak usah! Aku mau ke rumahmu, sekalian mau main ps dengan Haruto."

Haruto itu adik lelaki Sana. Adik paling menyebalkan di muka bumi. Namun juga manusia yang cerdasnya mungkin bisa menandingi Pasangan Curie.

"Oh, baiklah." Gadis itu mengangguk. "Ngomong-ngomong, setelah sekolah usai aku rasa kamu harus keramas, deh. Rambutmu baunya macam kotoran sapi."

.

.



Kemarin saya gak janji update setiap hari kan ya? Eheheheh. Tapi ini diusahakan update seminggu minimal 3 kali, karena sekarang saya lagi nyiapin ff nctwice lainnya dan short story wenga eheheheh.

Skynefall.

it's nice to have a friend. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang