Sesaat

33 17 1
                                    

"ikhlas"

Setelah pengakuan Sava tadi pagi, Arka berniat mengunjungi rumah Ayu setelah pulang sekolah nanti. Niatnya untuk memperbaiki hubungan mereka, Arka butuh penjelasan yang jelas dari Ayu. Saat ini ia hanya melamun menatap kosong guru yang sedang mengajar didepan papan tulis sambil memainkan jarinya diatas meja, sedangkan sedari tadi Sava gelisah sendiri di tempatnya terus menatap Arka yang enggan berbicara dengannya.

"Ka, ssst" panggilnya pelan takut guru yang mengajar menoleh kearahnya.

Karena posisi Sava sedikit jauh dari Arka ia terpaksa menggunakan pulpennya berusaha agar menyentuh Arka sampai Arka menoleh dan melihatnya namun sia-sia. Meski lengan dan tangannya harus menyiksa seseorang yang berada disampingnya tapi Sava tak peduli.

Nayla teman sebangkunya mulai jengah, mengangkat suara hingga seluruh perhatian mengarah pada mereka. "Sava!, Lo boleh diam gak sih?!" Ucapnya frustasi karena terganggu dengan tangan Sava, ia mendorong lengan Sava hingga Sava hampir jatuh dari kursi jika ia tak menumpuh pada meja.

"issss, lo santai aja dong!" Balas Sava meringis dengan nada tinggi sambil memperbaiki cara duduknya.

"Heh heh ada apa ini!" Ucap bu Titin berbalik karena terganggu dengan perdebatan muridnya, dengan kacamata bulatnya ia berkacak pinggang. "Nayla! Sava! Maju kesini" Geramnya menujuk lantai dengan spidolnya dan tangan kanannya digunakan untuk menumpuh pada meja. Nayla dan Sava saling tatapan membunuh sebelum suara bu Titin kembali menginstruksi mereka untuk maju.

Sava kembali pada tujuan awalnya, sambil berjalan ke depan kelas ia menoleh kearah Arka yang tidak peduli dengannya, ia tetap melamun dan cuek dengan kejadian sekarang. Sava hanya pasrah dan berjalan gontai kearah depan.

"Kenapa kalian bertengkar dijam pelajaran saya! Apa kalian lupa peraturan saat saya masuk mengajar?" Tanya bu Titin setelah kedua muridnya maju dan berdiri disamping kirinya.

"ki-"

"APA PERATURAN SAYA?!" bentak bu Titin memotong Nayla saat hendak berbicara. Keduanya diam dan menggigit bibir bawahnya. "JAWAB!" Bu Titin jengah dan meninggikan suaranya. "Sava!"

"Ha? anu bu- itu gak boleh ngomong" Jawab Sava namun bu Titin tidak puas dengan jawabannya kembali bersuara.

"Kalo saya bertanya gak boleh ngomong?" Kicep, Sava menelan salivanya. Trakkk ...... "Jawab yang lengkap!" Bu Titin kesal dan mengebrak meja dengan mistar besi yang selalu menemaninya saat mengajar. "Nayla?!"

Nayla mendongak dan mengeluarkan jawabannya "Itu.. gak boleh ngomong kalo guru lagi ngejelasin kecuali udah diizinin" ucapnya merapatkan giginya sambil memainkan jari-jarinya.

"Kalo gitu, kenapa kalian bersuara saat saya menjelaskan? Ap-----------". Sementara bu Titin menghapalkan naskah, Sava mencuri pandangan Arka yang kini mengamati bu Titin berceramah dan melirik Sava sekilas dengan muka datarnya, Sava tersenyum namun kecut. "Baru kali ini Ka, lo sedatar dan secuek itu" batin Sava.

Hingga kini suara surga siswa/siswi berbunyi nyaring membuat semua guru-guru menutup pelajaran mereka. "Baiklah anak-anak, sekarang materi kita pada hari ini cukup sampai disini. Untuk tugas hari ini free. Sava, Nayla dan semuanya pelajaran untuk hari ini tidak boleh mengeluarkan suara saat tidak saya beri izin. Paham?!" Ucap Bu Titin mengamati seluruh muridnya sebelum pamit.

"Paham bu....." Jawab seisi kelas kecuali Arka tentunya.

Setelah bu Titin keluar Arka langsung menyosor tasnya keluar kelas mengabaikan Sava yang akan memanggilnya namun telat Arka sudah dahulu menghilang dibalik pintu. Sava tersenyum kecut dan berjalan gontai keluar kelas.

FlowerAyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang