Arieth menatap Sicca yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Apa kamu bilang?"
"Aku ingin kamu mengajariku cara bertarung," ulang Sicca.
Hari ini adalah hari minggu dan Sicca sudah berdiri di depan kamar Arieth saat pagi hari.
Sebenarnya Arieth tidak keberatan. Ia hanya kaget karena Sicca terlihat begitu antusias—walau ekspresinya tetap datar.
"Kalau gitu aku siap-siap dulu. Kamu bisa nunggu di taman," ucap Arieth.
Sicca mengangguk menanggapi Arieth.
Baru saja Arieth mau menutup pintu kamarnya, mendadak Era muncul dari belakang Arieth.
"Loh Sicca toh. Ngapain dateng ke asrama cowok pagi-pagi gini."
Alis Arieth berkedut kesal. Cowok satu itu benar-benar mengganggu. Dengan cepat, Arieth mendorong muka Era yang muncul dari bahu kirinya. "Kalau gitu sampai nanti, aku bakal cepet kok," ucap Arieth sambil tersenyum.
Era mendorong-dorong tangan Arieth yang menutupi mukanya. Pintu kamar kemudian tertutup. Sicca memandang pintu dengan raut wajah kebingungan. Keributan kecil terdengar hingga luar. Tak lama kemudian pintu terbuka lagi.
"Yo, ketemu lagi," ucap Era.
Sicca menilik bagian dalam kamar. Kamar itu benar-benar sepi. Seolah keributan tadi tidak pernah ada. Bahkan Arieth pun tidak terlihat batang hidungnya.
"Arieth lagi mandi. Jadi mending kita duluan aja sambil nunggu," ucap Era sambil membalik badan Sicca dan mendorongnya menuju taman.
Perjalanan menuju taman terasa hening. Tidak ada percakapan apapun.
Sebenarnya Era dari tadi bersenandung jadi suasana tidak benar-benar hening. Tapi entah kenapa Sicca merasa situasi ini sedikit canggung. Atau hanya dia yang merasakan seperti itu?
Senandung Era mendadak berhenti. Langkah kakinya pun ikut berhenti saat itu juga. Sicca bertanya-tanya mengapa Era berhenti mendadak. Detik berikutnya ia baru menyadari, rupanya mereka sudah sampai di taman.
"Mau nunggu dimana, nih?" tanya Era sambil menatap balik Sicca.
Sicca melihat sekeliling. Ada banyak tempat duduk disana, jadi sebenarnya mereka bisa duduk di manapun.
Tanpa menunggu jawaban Sicca, Era kemudian menyusulkan suatu ide. "Ada tempat yang bagus di sekitar sini. Kita nunggu di sana aja," ucap Era dengan semangat.
Begitu Sicca menganggukkan kepalanya, Era langsung menyeret Sicca menuju entah kemana.
Sicca menghela napas. Entah kenapa hal ini mengingatkan Sicca pada hari pertamanya bertemu Rena.
.
.Mata Sicca berbinar melihat pemandangan di depannya. Rupanya Era membawanya menuju kebun binatang akademi.
Kebun binatang kecil ditata dengan rapi dan tampak terawat. Berbagai hewan diletakkan didalam kandang terpisah, mulai dari kuda bertanduk hingga hewan kecil seperti kupu-kupu yang bercahaya. Sicca mendekati kandang kelinci dan berjongkok menatap salah satu kelinci yang berada dekat dengannya. Mata kelinci itu berwarna biru layaknya permata (ciri-ciri hewan jinak adalah mata permata). Tangannya menyentuh kaca kandang yang menghalangi kelinci agar tidak kabur. Kelinci itu mendekat dan mendekatkan hidungnya ke tangan Sicca yang terhalang kaca. Ekspresi wajah Sicca semakin cerah melihatnya.
Era ikut berjongkok disamping Sicca. Ia membuka pintu kandang dan membiarkan salah satu kelinci bermain bersama Sicca.
"Dia lucu kan," ucap Era yang ditanggapi anggukan Sicca.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain Girl
Fantasy[Terbit setiap Sabtu] Kerajaan Siccitas adalah kerajaan terlarang bagi magician berelemen air. Namun Sicca, putri Kerajaan Siccitas, justru terlahir dengan elemen air dan api. Sicca menjadi satu satunya magician air yang mampu menggunakan kekuatanny...