Pintu rumah pohon Sicca diketuk. Sicca yang masih setengah sadar dari tidurnya berjalan menuju pintu, masih dengan piyamanya.
Begitu pintu terbuka, seekor ular naga kecil terbang masuk ke rumah pohon. Sicca tersenyum melihat kedatangan hewan peliharaannya itu. Ular naga tadi kemudian hinggap di bahu Sicca dan menyundul-nyundulkan kepalanya manja.
"Kau datang," ucap Sicca berseri-seri.
Sicca mengelus-elus ular naga itu sambil melepaskan ikatan pada kertas yang diikat di kaki ular naga. Kertas itu adalah kertas sihir yang biasa digunakan sebagai "tas" untuk mengantar barang. Sicca membuka gulungan kertas itu dan membaca mantranya.
Beberapa buku dan uang muncul di atas kertas itu setelah mantra selesai diucapkan. Sicca mengambil sepucuk surat yang ikut muncul bersamaan dengan barang tadi.
Uang ini untuk satu minggu kedepan. Ayah mengirim beberapa buku pelajaran dan buku cerita yang bisa kau baca.
Bagaimana buku cerita yang kemarin ayah kirim?
Sicca memutar bola matanya. Buku yang dikirim sebelumnya adalah buku yang menceritakan tentang dirinya. Entah apa maksud ayahnya dengan mengirimkan buku itu.
Sicca mengambil kertas dan pena kemudian mulai menulis balasan untuk surat tadi.
Buku yang menarik. Sedikit aneh untuk membacanya...
Sicca berhenti menulis. Kemudian ia teringat sesuatu.
Aku ingin bersekolah di akademi. Apakah boleh?
Setelah menulis nama akademi yang kemarin ia datangi, Sicca melipat kertas itu dan melapisinya dengan bahan kedap air sebelum mengikatnya di kaki ular naga.
Ular naga tadi bergegas terbang keluar tepat setelah ikatan pada kakinya selesai.
"Semoga aku membuat keputusan yang tepat," batin Sicca.
*
Sicca berdiri tak jauh dari gerbang akademi. Sebenarnya ini adalah hal yang tidak pernah Sicca bayangkan sebelumnya. Berinteraksi dengan orang lain saja tidak pernah. Membayangkan bahwa akhirnya Sicca akan belajar di sebuah akademi benar-benar sebuah keajaiban dunia.
Ia melewati pintu gerbang dan memasuki gedung utama akademi sambil membawa kopernya yang berisi barang-barang seadanya. Baru saja Sicca melangkahkan kakinya di lantai gedung utama, perhatian semua orang langsung tertuju padanya.
Saat ini pakaian Sicca bukanlah jubah hitam suram yang selalu ia pakai, melainkan pakaian normal—sebuah seragam akademi yang dikirimkan oleh ayahnya beberapa hari yang lalu. Jadi perhatian yang didapatkan Sicca bukan karena pakaian nya, melainkan penampilannya yang mencolok. Rambut perak panjang dengan iris mata berwarna biru jernih dan wajah yang mungil.
Sicca benar-benar tidak nyaman dengan perhatian yang ia dapatkan. Rasanya ia ingin segera kabur dari tempat itu dan kembali bersembunyi di rumah pohonnya yang tenang dan nyaman.
Sicca menghela napas. "Aku sudah sampai sejauh ini. Aku tidak boleh mundur," batin Sicca
Sicca berjalan kesana-kemari mencari ruang kepala sekolah. Untungnya, ruang kepala akademi dapat segera Sicca temukan. Ia langsung mengetuk pintunya tanpa menunggu lebih lama.
Ceklek.
Pintu terbuka dari dalam. Seorang wanita berumur 50 tahunan menyambut Sicca yang berdiri di depan pintu, "Saya sudah menunggu kedatangan Anda. Silahkan masuk."
Ruangan itu cukup luas dan megah. Wanita tadi mempersilakan Sicca duduk di salah satu sofa yang berada di tengah ruangan.
"Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Tuan Putri. Saya sangat senang dapat melihat Anda baik-baik saja dan tampak sehat," wanita itu tersenyum lembut. Sicca hanya mengangguk sekilas menanggapinya.
"Perkenalkan nama saya Elena Laica, panggil saja Elena. Saya adalah Kepala Akademi Orion," ucapnya memperkenalkan diri.
"Senang bertemu Anda. Mohon bantuan untuk ke depannya." Sicca membalas sekenanya.
Elena masih memasang senyum haru. Memang ia tidak dekat dengan Sicca saat kecil, tetapi Elena tetap menyayangi sosok tuan putri seperti anak sendiri.
Sicca mulai merasa risih dengan keheningan yang mendadak terjadi. Miss Elena kemudian tersentak dari lamunannya dan melanjutkan pembicaraan.
"Semua data yang diperlukan sudah diurus. Saat ini Tuan Putri dapat memilih kelas sesuai dengan yang Putri inginkan," Elena kembali menuju topik utama. Sicca mengangguk. Ayahnya sudah bilang sebelumnya.
"Miss Elena, bisakah aku meminta suatu hal?"
"Tentu, Tuan Putri. Apapun permintaan Anda akan saya kabulkan," balas Elena dengan senyum riang.
"Em ... Pertama, tidak perlu menggunakan bahasa terlalu formal. Panggil saja aku dengan namaku. Dan yang kedua, aku ingin identitasku sebagai putri disembunyikan," jelas Sicca
"... Baiklah Tu–, Sicca. Aku akan menyembunyikan identitasmu." Miss Elena terdiam sejenak kemudian ia melanjutkan, "sebelumnya, akan aku jelaskan sedikit sistem akademi ini.
"Akademi Orion memiliki tiga tingkatan, tingkat l, ll, dan lll. Tingkat l adalah para magician pemula yang baru menguasai kontrol dasar. Pada tingkatan ini para magician belum dibagi menjadi beberapa classis. Tingkat ll adalah tingkatan untuk mematangkan potensi yang dimiliki setiap magician. Pada tingkat ini para magician dibagi menjadi tiga classis : mage, warrior, dan support.
"Mereka yang memiliki kekuatan cukup kuat untuk menyerang dimasukkan kedalam kelas mage. Sedangkan untuk elemen penyerang yang kekuatannya lemah dan tidak cukup untuk bertarung akan diajarkan cara bertarung secara fisik, disitulah kelas warrior ada. Lalu, kelas support adalah kelas yang berisi pemilik elemen yang elemen dasarnya adalah penyembuhan, tetapi tidak bisa mengembangkan kekuatannya agar berguna di pertarungan seperti elemen air, tanaman, dan cahaya.
"Magician tingkat lll sudah mulai dikerahkan untuk melakukan penyerangan nyata. Bila sudah lulus, barulah magician bisa secara resmi menjadi tim penjaga dan tim penyerang."
Sicca mengangguk paham.
Elena kemudian memberikan data semua kelas dan menunggu jawaban Sicca. Sicca mengamati daftar murid pada setiap kelas. Kelas yang ia pilih haruslah sesuai dengan kemampuannya. Tetapi ia berada disini karena suatu tujuan.
Lembar demi lembar telah dicek. Sicca mulai bingung harus masuk kelas mana. Tiba-tiba tangannya terhenti saat melihat salah satu nama yang ia kenal. Saat itu juga ia memutuskan.
"Miss Elena, saya ingin masuk kelas ini."
——☔——
Sekilas info: mage adalah classis terkuat karena kemampuan dan ketahanan fisik magician semakin besar seiring besarnya mana yang ia punya. Karena itu walau classis warrior diberi pelatihan fisik, seringkali mereka tetap kalah saat melawan classis mage.
°
Hai~
TRG ada perubahan jadwal update dari Jumat-Sabtu, menjadi Senin-Rabu-Sabtu.Sebenernya author ga ada niatan ganti hari, tapi karna ada temen yang bilang kalo updatenya kelamaan jadilah diubah sedemikian rupa.
Oiya, ada bonus art made by author~
*Sicca dengan jubah suramnya(?)
Terima kasih udah baca, jangan lupa vote dan komen.
See you next chap~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain Girl
Fantasi[Terbit setiap Sabtu] Kerajaan Siccitas adalah kerajaan terlarang bagi magician berelemen air. Namun Sicca, putri Kerajaan Siccitas, justru terlahir dengan elemen air dan api. Sicca menjadi satu satunya magician air yang mampu menggunakan kekuatanny...