Ep09 - Ninth Rain

32 10 4
                                    

Latihan yang diberikan Arieth benar-benar tidak kenal ampun. Berkat "bola sensitif yang tidak terlalu cepat" Arieth, Sicca kembali ke asrama nya dalam keadaan matang, siap untuk dimakan.

Butuh waktu seminggu bagi Sicca untuk dapat menjatuhkan semua bola-bola itu tanpa adanya luka sedikitpun. Saat itu, Arieth pun sedikit kagum dengan kecepatan Sicca dalam menguasai controling.

"Ho ... Hebat juga. Hanya dalam seminggu kamu bisa menghancurkan mereka semua dengan baik. Kali ini juga kamu udah tidak boros mana. Padahal aku sudah meningkatkan kecepatan mereka, tapi kamu bisa membidik mereka dengan tepat," ucap Arieth saat itu dengan senyum tidak berdosa.

Sekarang Sicca mengerti kenapa ia merasa gerakan bola itu sangat cepat akhir-akhir ini. Padahal ia sudah sempat khawatir kalau-kalau kecepatannya telah menurun.

"Hari ini sampai sini saja. Besok, kamu akan mencoba melawan ku. Jadi persiapkan dengan benar."

Sicca tertegun mendengar perkataan Arieth. "Tunggu, secepat itu?"

"Yep, buat apa lama-lama. Saat ini kamu benar-benar butuh yang namanya pengalaman. Dan sebentar lagi kita akan ada ujian. Aku dengar itu ujian praktek langsung melawan monster. Jadi kita tetap harus berhati-hati walau keselamatan kita dijamin di ujian itu."

"Monster ya," batin Sicca, "aku tidak menyangka akan secepat ini melawan mereka. Mungkin karena aku masuk saat pertengahan semester."

Monster adalah sebutan untuk para hewan dan makhluk lain bukan manusia yang jiwanya dikuasai oleh kegelapan. Tidak ada yang tau pasti kapan mereka mulai muncul. Bahkan ada yang menyebutkan kalau mereka sudah ada jauh sebelum manusia muncul. Dan berkat itulah dibentuk yang namanya tim penyerang dan tim pertahanan dalam setiap kerajaan. Tim penyerang bertugas berekspedisi keluar area yang dilindungi barrier dan membunuh monster yang dapat mengancam ketenangan kota. Sedangkan tim pertahanan bertugas melindungi kota dari berbagai ancaman eksternal, baik magician kriminal hingga monster yang mungkin saja berhasil masuk ke dalam kota.

Nantinya, para magician di akademi ini akan bergabung dengan salah satu tim itu. "Karena itu yah, ujian kali ini diharuskan untuk membunuh monster," batin Sicca, "sepertinya mulai sekarang aku harus mempelajari para monster juga." Sicca terlarut dalam pikirannya. Sepertinya jadwalnya kini makin padat.

"Kalau kamu mau ke perpustakaan aku bisa nemenin."

Pandangan Sicca beralih ke Arieth. Arieth saat ini memasang muka penuh harap. Sebenarnya Sicca mau pergi kesana sendirian, tapi sepertinya Arieth akan tetap mengikuti walau ia tolak. Sicca menghela napas. "Baiklah kamu boleh ikut," ucap Sicca yang disambut dengan senyum menyilaukan Arieth.

"Sip, aku paling ke asrama duluan ya," ucap Arieth mengakhiri percakapan mereka. Arieth menepuk-nepuk kepala Sicca sekilas sebelum berbalik dan berjalan menuju asrama cowok.

Wajah Sicca sedikit memerah. sudah lama tidak ada yang mengelus kepalanya seperti itu. Tapi bukan berarti ia senang. "Dia memperlakukan ku seperti anak kecil," batin Sicca sebal.

***

"Pagi, Ca. Hari ini kamu bangun lebih cepat ya," ucap Rena, sembari mengambil posisi duduk di samping Sicca. Fylla ikut bergabung bersama mereka dan duduk di depan Sicca.

Suasana kantin cukup ramai walaupun saat ini masih sangat pagi. Suara hiruk pikuk para murid memenuhi langit-langit kantin. Padahal saat Sicca datang ke sini satu jam yang lalu, kantin masih sangat sepi. Karena makanan juga belum jadi, akhirnya Sicca ikut bantu-bantu memasak.

Rena dan Fylla memakan makanannya dengan lahap. Melihat itu Sicca merasa sedikit bangga karena sudah banyak membantu saat masak tadi.

"Ngomong-ngomong, kemarin malam kamu habis latihan ya," ucap Rena di sela-sela makannya.

The Rain GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang