17. Worry

374 42 0
                                    

"Terkadang apa yang kita berikan kepada orang lain, apa pun itu. Materi atau bukan, belum tentu akan menjadi hal yang baik bagi si penerima."  - Sofia



Tidak seperti apa yang Yeongi kira, semua perkiraan yang dia kira akan berhasil nantinya malah sebaliknya. Semua rencana yang sudah dia susun untuk proyek investasi di Jeju sedang tidak berjalan sesuai rencana yang sudah ia rancang.

“Bukankah semua sudah menyetujui?” tanya Yeongi pada Min Rae yang sekarang sudah berada di depan meja kerjanya di kantor.

Yeongi sudah sampai kantor sekitar lima menit yang lalu, dan sekarang sedang membaca semua berkas yang Min Rae berikan padanya.

“Iya, semua pihak yang terlibat sudah menyetujui dan menanda tangani kontrak. Aku juga tidak tahu pasti masalah yang sedang terjadi. Manager Nam yang sekarang di Jeju sedang merundingkan semuanya.” Terang Min Rae yang masih meragukan informasinya.

“Kau terdengar tidak yakin dengan jawabanmu sendiri.” Tegas Yeongi sambil menatap mata Min Rae tajam.

Min Rae tidak berani melihat mata Yeongi, dia hanya melihat ke bawah. Min Rae sudah menduga bagaimana reaksi Yeongi apabila mengetahui masalah ini. Ini juga di luar kendali semua staf termasuk dirinya. Sampai dering ponsel Min Rae mengalihkan atensi keduanya.

“Oh! Hallo manager Nam? Bagaimana?” Min Rae berharap semoga manager Nam membawa berita baik. Di sisi lain Yeongi terus memperhatikan laporan yang diberikan Min Rae padanya.

“...”

“Iya, nanti akan aku sampaikan pada sajangnim.” Balas Min Rae sebelum menutup ponselnya.

“Sepertinya masalah ini semakin memburuk di Jeju. Manager Nam menyarankan bahwa seharusnya anda malam ini segera pergi ke Jeju untuk melihat bagaimana keadaannya.” Jelas Min Rae kepada Yeongi.

“Aku tahu. Masalah ini tidak semudah kelihatannya.”

“Siapkan tiket pesawat untuk nanti malam, dan tolong panggilkan ketua Park untuk datang ke ruanganku.” Tegas Yeongi yang masih sibuk dengan laporannya.


***


Yeongi tidak menyangka sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, “Satu jam lagi kita harus berangkat ke bandara sajangnim.” Min Rae sekedar mengingatkan.

“Dan juga, kulihat anda belum makan malam sama sekali. Mau aku pesankan makanan?” Tanya Min Rae yang mengkhawatirkan atasannya itu.

“Tidak usah. Aku setelah ini akan pulang dulu, sekaligus makan malam di rumah saja nanti, dan aku juga akan berangkat dari rumah, jadi noona berangkatlah ke bandara bersama ketua Park tak masalahkan?” Tanya Yeongi setelahnya yang masih membereskan beberapa laporannya yang berserakan di atas meja.

“Iya, siap.”

Tak membutuhkan waktu yang lama agar bisa sampai rumah lebih cepat. Malam ini jalan tidak begitu banyak kendaraan yang berlalu lalang seperti biasa, dan juga tidak ada kendala apa pun, jadi Yeongi bisa lebih cepat untuk tiba rumah.

Sesaat setelah membuka pintu Yeongi dikagetkan dengan seseorang yang sekarang tengah berbaring di atas sofa dengan kedua mata yang tertutup. Wajah yang nampak kelelahan dan bibir yang terlihat sedikit lebih pucat.

“Oh, sudah pulang?” Tanya Cha ahjumma yang datang dari sebelah kiri Yeongi, arah menuju halaman belakang.

“Iya ahjumma. Kenapa Yura bisa tertidur di sana?” tanyanya sambil melihat ke arah Yura.

“Dia sakit?” tanyanya lagi yang kini sudah berada di depan Yura.

“Tadi Yeoni dan teman – temannya mendadak mengadakan pesta, jadi Yura membantuku untuk memasak beberapa masakan. Sebenarnya tadi sudah kuberi tahu untuk segera beristirahat, tapi dia sendiri yang mengatakan tidak masalah. Aku juga sudah menyuruhnya agar tidak menunggumu malam ini, tapi dia yang tetap bersih keras untuk menunggumu.” Jelas Cha ahjumma pada Yeongi yang kini sudah berjongkok menyamakan wajahnya dengan wajah Yura.

“Tapi dia terlihat seperti orang sakit.” Balas Yeongi yang mulai menyelipkan beberapa helai rambut Yura yang menutupi wajahnya.

“Aku juga tidak tahu masalah itu. Tapi tadi aku sempat melihat Yura memegangi kepalanya saat sedang memasak. Itu saja.” Jawab Cha ahjumma jujur.

“Ya sudah, biar aku yang akan membawa Yura pergi ke kamar. Ahjumma, masakan yang Yura buat apa masih ada? Kalau masih tolong panaskan untukku, aku belum makan malam sama sekali.”

“Iya, akan ku panaskan untukmu.”

Yeongi yang mulai mengangkat Yura dengan kedua tangannya, membawa Yura ke kamar mereka dan diikuti Cha ahjumma yang membawakan tas kerja Yeongi dan juga kotak yang berukuran sedang.

“Mau aku siapkan air hangat untukmu mandi juga?” tanya Cha ahjumma yang kini tengah melihat Yeongi meletakkan Yura di tempat tidur mereka. Saat melihat adegan itu, Cha ahjumma bersyukur. Mungkin ini adalah tanda baik untuk hubungan mereka ke depannya.

“Tidak usah, biar kusiapkan sendiri. Setelah mandi aku akan langsung ke bawah untuk makan.” Tolak Yeongi yang sedang sibuk menyelimuti Yura sampai batas lehernya.
Tanpa basa basi lagi Cha ahjumma meletakkan tas kerja juga kotak yang berukuran sedang itu di sisi lain dari tempat tidur, dan meninggalkan mereka berdua di kamar.

Yeongi yang kini sudah duduk di samping Yura, menikmati apa yang sekarang di depan matanya. Wajah Yura terlihat sedikit berbeda dari biasanya, wajah sedikit memucat terlebih lagi area bibir, beberapa gulir keringat keluar dari pelipis dan Yeongi pun mengusapnya dengan perlahan agar Yura tidak terbangun, memeriksa suhu tubuh Yura dengan meletakkan tangan kananya di kening Yura. Suhu tubuh Yura sedikit lebih panas dari dirinya, mengetahui hal itu Yeongi menyalakan penghangat ruangan agar Yura tidak merasa kedinginan.

Yeongi sempat berpikir kenapa Yura bisa seperti ini, padahal terakhir mereka bertemu Yura terlihat sangat baik.
Yeongi memutuskan untuk segera membersihkan badanya terlebih dahulu, tidak membutuhkan waktu lama untuk Yeongi berada di kamar mandi.

Setelah urusannya selesai di kamar, Yeongi pergi ke ruang makan. Menikmati makan malam sendirian, sedangkan Cha ahjumma berada di halaman belakang untuk membereskan sisa dari pesta.

Yeongi rasa ada yang tidak beres dengan kesehatan Yura, tapi apa? Waktu itu Taehyung juga tidak mengatakan apa pun mengenai kesehatan Yura.

Banyak yang menjadi beban pikiran Yeongi malam ini. Seharusnya dia berada di rumah untuk memastikan keadaan Yura, tapi dia harus pergi ke Jeju untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di sana.

Yeongi terpaksa harus meninggalkan Yura, dan akhirnya Yeongi menemui Cha ahjumma di halaman belakang, “Ahjumma!” panggilnya.

“Bisa tolong bawakan es untuk mengompres Yura? Tadi kulihat suhu tubuhnya di atas suhu normal.”

“Iya, akan segera kubawakan ke atas.” Cha ahjumma mulai menyiapkan es di dapur, sedangkan Yeongi pergi ke kamar Yeoni untuk menanyakan suatu hal.

Setelah sampai di depan kamar Yeoni, Yeongi mengetuk pintu kamar adiknya itu terlebih dahulu. “Iya, ahjumma masuk saja. Tidak aku kunci pintunya.” Balas Yeoni dari dalam.

“Kenapa tadi mendadak mengadakan pesta di rumah?” tanya Yeongi langsung pada intinya setelah dia memasuki kamar adik perempuannya.

“Ohh! Oppa?” kaget Yeoni dan mulai mengubah posisinya yang tadi menghadap meja belajar dengan laptop menyala menjadi berfokus pada Yeongi.

“Tadi kukira Cha ahjumma, tumben ke kamarku ada apa?” Tanya Yeoni balik yang kini masih menatap kakaknya.

Yeoni kaget dengan kehadiran Yeongi di kamarnya itu wajar, karena memang Yeongi sendiri jarang sekali masuk ke kamar Yura kalau tidak memiliki kepentingan apa pun, apalagi malam – malam seperti ini, hampir tidak pernah malah.

Yeongi mendekatkan dirinya ke Yeoni sebelum dirinya kembali bertanya, “Kenapa tadi mendadak mengadakan pesta? Sudah meminta izin eomma?” tanyanya lagi yang kini tepat berada di depan Yeoni. Suara Yeongi terdengar begitu tegas bagi Yeoni. Tidak biasanya kakaknya itu bersikap seperti ini. Padahal, meskipun biasanya Yeoni mengadakan pesta tiba – tiba di rumah Yeongi tidak akan pernah bertanya kenapa, seperti sekarang.

Yeoni mengerutkan dahinya, “Memangnya kenapa?”

“Hanya menjawabnya apa sesusah itu? Kenapa dari tadi terus balik beratanya? Jawab saja.”

“Tadi sekalian mengerjakan tugas kelompok, lagi pula aku sudah meminta izin eomma juga. Katanya tidak apa – apa.” Jawab Yeoni yang kini sudah berfokus pada laptopnya lagi.

“Mulai sekarang jangan tiba – tiba mengadakan pesta di rumah tanpa persiapan, aku tidak mengizinkan. Mulai sekarang kau harus meminta izinku juga kalau mau mengadakan pesta.” Tegas Yeongi.

Yeoni tidak menjawab sama sekali, dia hanya berfokus pada laptopnya.

“Kalau ada orang yang sedang berbicara denganmu itu diperhatikan jangan diabaikan. Itu tidak sopan.” Balas Yeongi lagi yang tak kunjung dapat jawaban dari Yeoni.

“Iya, iya. Nanti izin oppa dulu. Sudah?” Balas Yeoni sewot.

“Jangan merepotkan orang lain juga. Kau ini sudah besar Yeon.” Saran Yeongi pada Yeoni ya memang itu benar adanya.

“Belajar bertanggung jawab dengan apa yang sudah kau lakukan. Kuberi tahu, kau tadi mengadakan pesta dan setelah pesta selesai kau sama sekali tidak membatu ahjumma membereskan kekacauan yang telah kau perbuat. Kau tidak lihat sekarang jam berapa? Bahkan ahjumma dan yang lain  belum beristirahat sampai sekarang.” Yeongi mendudukkan dirinya di belakang Yeoni, di atas kasur Yeoni. Bahkan Yeoni yang di ajak bicara masih fokus dengan laptopnya.

“Min Yeoni! Aku sedang berbicara denganmu sekarang!” Yeongi sedikit menaikkan pita suaranya. Yeoni mulai berbalik menghadap Yeongi - mendengarkan kakaknya.

Dia tidak suka dengan adiknya yang seperti ini. Ini bukanlah dirinya, menurut Yeongi adiknya tidak seperti ini, tapi sekarang apa yang dilihatnya.

“Sejak kapan dirimu menjadi tidak sopan? Tidak menghargai orang yang berbicara denganmu?!” bentak Yeongi lagi.

Oppa! Kau ini sebenarnya kenapa sih? Biasanya juga tidak seperti ini. Lagi pula Cha ahjumma sudah dibantu yang lain untuk membereskan kan? Aku masih ada tugas yang belum kuselesaikan. Kau sendiri juga jarang memperhatikanku dan menghargaiku kan selama ini? Kenapa tiba – tiba datang marah – marah tidak jelas padaku. Lagi pula itu hanya pesta kecil, aku juga tidak menyangka akan selama itu pestanya.” Bela Yeoni yang kini matanya mulai berkaca – kaca.

Yeongi sempat kaget dengan respon yang diberikan Yeoni, tapi Yeongi tetap dalam mode tegasnya.

“Kenapa kau menangis? Dasar bocah.”

“Untung saja aku dan juga Yura tadi belanja banyak bahan makanan, jadi bersyukurlah.” Kata Yeongi sambil berdecih.

“Dan juga kau tahu apa akibat dari mengadakan pesta tanpa persiapanmu itu? Kalau tidak, maka pikirkan apa akibatnya dulu, bocah!”

“Jangan diam saja!” bentak Yeongi lagi.
Yeoni sempat ingin menjawab, tapi terhentikan kala Cha ahjumma memanggil Yeongi, “Yeongi, Yura sudah bangun.”

Yeongi tak mempedulikan Yeoni dan pergi meninggalkannya dan bergegas untuk menemui Yura.

Ahjumma memangnya eonnie kenapa?” tanya Yura dengan suara seraknya karena baru saja menangis.

Bukannya Yeoni anak yang cengeng, tapi dia jarang sekali melihat kakaknya seperti ini. Sangat jarang kakaknya memarahinya seperti ini, menurutnya ini adalah hal kecil, tapi kenapa kakaknya bisa sampai semarah itu padanya.

“Yura sepertinya sedang sakit, tapi kau tidak apa – apa?” tanya ahjumma khawatir sambil menyentuh pundak Yeoni dengan tangannya.

Hampir dari semua penghuni rumah keluarga Tn. Min ini memperlakukan Yeoni sedikit lebih manja dari pada kakaknya, jadi wajar saja apa bila Cha ahjumma khawatir melihat Yura dengan keadaannya sekarang, padahal hanya menangis ringan tidak sampai membuat banjir seisi rumah.

Yeoni hanya mengangguk sebagai bentuk jawaban.

Sedangkan sekarang Yeongi sudah duduk di samping Yura, menatap Yura dengan tatapan lembut.

Posisi Yura sekarang sudah duduk menyandarkan punggungnya dengan kepala ranjang.

“Kau tidak apa – apa?” tanya Yeongi khawatir.

“Iya, hanya kelelahan.” Balas Yura dengan suara yang sangat pelan.

“Yakin?”

“Iya.”

“Tidak perlu kupanggilkan dokter saja?” tawar Yeongi kemudian.

“Tidak usah Yeon, aku benar baik – baik saja, percayalah.”

“Ya sudah, aku percaya padamu. Setelah ini aku harus pergi ke Jeju, jadi tidak bisa menemanimu. Tak apa kan?”

“Iya, tenang saja. Aku bisa merawat diriku sendiri Yeon. Hanya perlu istirahat malam ini, besok pasti sudah tidak apa – apa.”

“Apakah masalahnya serius sampai harus pergi ke sana sekarang?” tanya Yura memastikan.

“Iya. Aku harus turun tangan ke sana sendiri untuk menyelesaikannya.”

Tiba – tiba pintu kamar Yeongi terbuka dan memperlihatkan sosok Yeoni, “Eonnie sakit?” tanyanya khawatir, sambil mendekat ke arah Yura.

“Tidak, hanya kelelahan.”

“Ada apa dengan matamu Ni?” tanya Yura yang kini khawatir pada Yeoni.

“Baru saja menangis?” ragu Yura.

Sebelum Yeoni menjawab, Yeongi lebih dulu berucap, “Sudah, ini sudah sangat malam. Kau cepat kembali ke kamarmu, cepat tidur, tidak usah mengerjakan tugasmu, kerjakan besok saja, cepat istirahat, dan biarkan Yura beristirahat. Tanya – tanyanya besok saja. Sana!” perintah Yeongi pada Yeoni dan adiknya itu langsung menuruti perintah Yeongi.

“Jangan terlalu keras pada Yeoni.” Kali ini Yura yang berbicara.

Sebelum Yeongi membalas ucapan Yura, suara dering ponselnya mengalihkan pandangan keduanya, “Iya, aku akan segera berangkat.” Jawab Yeongi setelah menempelkan benda penyet itu pada salah satu telinganya.

“Aku harus pergi sekarang.” Ucap Yeongi yang sedang mengambil tasnya.

“Iya, hati – hati.”

“Jaga kesehatan saat aku sedang tidak di rumah.” Ucap Yeongi setelah dirinya mencium kening Yura dengan penuh kehangatan, bahkan dengan jeda waktu yang cukup lama, sekitar lima detik. Yura sempat terkejut dengan perlakuan Yeongi setelahnya. Dia baru saja merasakan rasanya dikhawatirkan oleh orang yang disayang, Yura merasa bahwa dirinya sangat berharga bagi Yeongi. Sudah lama sekali Yura tidak merasakan hal ini, kecuali dari Taehyung.

“Hemm?” suara Yeongi Membuyarkan lamunan Yura.

“I – iya.”

Hati Yura merasakan debar untuk sekian kalinya saat Yeongi bersikap seperti ini. Iya, Yura nyaman akan hal itu. Sosok Yeongi yang penuh dengan kehangatan dan juga kepedulian. Salah satu alasan yang membuat Yura yakin untuk menjatuhkan hatinya kepada sosok Min Yeongi.

Apa yang dirasakan Yura saat ini sangat tidak asing baginya, dia merasa bahwa sebelumnya dia juga merasakan hal sama - sekelebet ingatan muncul dalam pikiran Yura. Saat dirinya masih kecil.

Tbc...

Terima kasih buat yang sudah menunggu atau yabg sudah membaca sampai chapter ini💜

Semoga semakin lebih baik tulisannya, aku juga akan selalu berusaha. Berusaha dalam semua hal, buat kalian juga. Selalu semangat ya, jangan mudah menyerah💜

Luv U💜

Pict hanya pemanis😁

The Truth 》MYG (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang