✔8. Primadona Kantin

10 7 0
                                    

v o t e c o m m e n t

• • •

08. Primadona Kantin

Abelia mengoper bola itu kepada Nadila yang sedari tadi terus-terusan melemparkan kode kepadanya. Nadila terus berlari menggiring bola itu sampai mendekati gawang lawan, melewatinya dengan memakai taktik agar lawan yang terus-terusan menghadangnya bisa terkecoh oleh Nadila.

Aurel yang menjaga gawangpun berdiri malas-malas, enggan terkena paparan sinar matahari yang begitu terik siang ini. Tim Nadila lebih unggul dari tim Aurel, karena di Tim Nadila ada Abel dan Riska yang menjadi Ronaldowati kelas Mipa dua. Siapa suruh juga Aurel ditugaskan menjaga gawang, jadinya tim mereka kalah kan? Liat aja, tim lawan mendapatkan score 13, tim-nya baru saja mendapatkan 2 score.

Sementara lain anak laki-laki hanya memperhatikan mereka sambil duduk bersila diluar garis lapangan. Kata Lintang sih lebih seruan menonton pemain bola perempuan dari pada laki-laki, bukan karena ada pemandangan yang luar biasa dilihat, tetapi Lintang suka disaat perempuan rebutan bola, seperti emak-emak rempong.

"Hayu atuh Rel! Jagain gawangnya! Kebobol lagi sama si Riska, mampus dah!" seru Zagat dari kejauhan.

"Susan! Hadang anjir si Abel ituu! Gue ada dikubu lo nih!" teriak Lintang yang menontonnya dengan serius.

Detik-detik yang menegangkan saat Abel akan menendang bola itu ke gawang yang dijaga oleh Aurel namun dihadang oleh Susan dan Nanda, Abel melirik kesamping kiri menemukan Riska yang sedang melemparkan kode, Abel tidak membuang kesempatan itu ia langsung bergerak dengan taktik tipuannya mengoper ke Riska. Dan riska menendang keras bola tersebut ke gawang lawan dan....

Gooooool!

Riska berhasil menambah score nya menjadi 15. Sorakan penuh dari anak laki-laki membuat Riska berlarian mengelilingi lapangan dengan bangga bak pemain bola yang handal.

"Wooo anjenggggg! Menang jugaa, tim kebanggaan gue nii!" seru Lintang sambil bergoyang dumang bersama Zagat dan Dendi ditengah lapangan.

"Iman aig lemah Tang! Lo jangan ngada-ngada deh, goyang kayak gitu ditengah lapangan, mengundang syahwat bego!" ujar Fayeza ingin memberhentikan ketiga temannya yang semakin parah.

"Bodo amat! Emang gue pikirin?!" Lintang memberikan pantatnya kepada Fayeza dengan cengengesan.

Karena capek 10 menit berjingkrak-jingkrak tidak jelas, akhirnya mereka bertiga duduk berselonjoran dilapangan, tangannya mulai mengipasi wajahnya yang keringetan.

"Cabut yuk!" ajak Angie bangkit untuk berdiri sambil mengusir debu dari pantatnya.

"Kemana? Mau bolos? Gue mah nggak ah, izin dulu bolosnya, bentar lagi pelajarannya Bu Sifa." tolak Fahri.

"Yehh, gue juga sekarang gak bolos dulu. Pelajaran Bu Sifa dilewatkan? Waduh, jangan dilewatkan kesempatan mengagumi ciptaan tuhan." balas Angie dengan gelengan, mengingat-ngingat rupaan gurunya.

Bima mengusap wajah Angie secara kasar. "Bangke! Semprot tuh pikiran lo pake obat pengusir debu! Kotor banget,"

Zagat menggelengkan kepalanya. "Lemah syahwat ni anak, wudhu Ji wudhu! Zina pikiran tuh." ujar Zagat memperingati.

"Dih, emang gue lagi pikirin apa coba? Maksud gue itu mengagumi ciptaan tuhan kayak melihat beberapa negara dipeta, Bu Sifa kan guru sejarah." ucap Angie.

"Hilih! Ngeles mulu lo keturunan Fir'aun!" desis Fahri menatap Angie jijik.

"Udah lah anjir, gue lagi males baku hantam. Niat gue itu baik, mau ngajak kalian ke kantin, mau gak bangsat?!" ucap Angie dengn ngegas, tangannya dilipatkan didepan dadanya.

PERAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang