Waktu menampilkan jam satu siang. Dimana anak kelas lain pergi berdesak-desakan dikantin. Mipa dua, mereka sedang berbincang dimeja paling tengah, lebih tepatnya sedang diadakan rapat dadakan.
Dendi Arizal selaku Ketua kelas ia sedang menyampaikan sesuatu dengan serius, sambil menenteng sebuah notebook berwarna merah tak lupa dengan pena hitamnya.
"Gimana?" tanya Dendi kepada temannya.
Bima menggaruk-garukan kepalanya. "Kok gue sih? Yang lain aja lah Den, suara gue lagi serak," tolak Bima.
Namanya Bima Sakti. Terdengar lucu tetapi tidak, cowok itu berwajah kearab-araban dan bertubuh jangkung pas sekali ditubuhnya yang atletis. Anak ini sering dipilih oleh Dendi sebagai Komando atau Danton perihal Bima adalah anak Paskibraka.
"Disini cuma lo yang anak paskibraka Bim," Dendi berucap dengan jengah, sedari tadi Bima terus menolak ajakannya. "Mau ya?"
"Gue terus yang dipilih Den, anak yang lain juga harus bisa, jangan mentang-mentang gue anak paskibraka." ketus Bima.
Murid yang lain hanya mendengarkan perdebatan kecil mereka, suasana seperti ini lebih baik untuk dikategorikan sebagai suasana yang serius bahkan mereka sesekali mengeluarkan pendapatnya walaupun tidak diterima.
"Kelamaan! Mending gue aja jadi Danton," celetuk Lintang yang mendapat toyoran dari Fauzan.
"Enteng banget tu mulut, kayak beras raskin aja!" timpal Fauzan.
Jangan lupakan Lintang yang paling tidak sabaran dikelas ini. "Tuh udah ada penggantinya Den, mending si Bima ikut gue ke kantin atau bolos aja, gimana?" tawar Angie.
Dendi menghela nafas panjangnya. "Yaudah lo aja Tang, yang bener kalo jadi danton!"
"Eh eh eh! Nggak nggak, tadi gue cuma asal ngomong aja, lagian rapatnya lama banget sumpah!" sergah Lintang.
"Terus jadinya ini siapa?!" sahut Bima yang terbawa emosi.
Angie menoleh menepuk bahu Bima. "Santai Bim, jangan kebawa emosi. Lo tau kan makhluk Mipa dua kayak gimana sifatnya." ujar Angie menyadarkan Bima.
"Hompimpah aja deh! Pokoknya siapa disini yang kalah jadi danton!" ujar Fauzan mengemukakan pendapatnya. "Anak cewek jangan ikutan dulu,"
Anak perempuan yang hanya diam dari tadi hanya mengangguk, malas dan jengah untuk memperdebatkan masalah ini. Bisa dibilang terlalu santuy!
"Ayok Zan mulai!" titah Lintah kepada Fauzan lalu mengangguk.
Cingciript satulang sabawan–
"Bukan yang itu, hompimpah Fauzan!" seru Farika. "Sini ah! Gue aja yang mulai, lo semua ikutin."
Hompimpah alaium gambreng! Maipah pake baju rombeng! Di–
Lintang berdecak. "Kelamaan itu mah Ka! Udah sini sama gue, gak lebih dari 3 detik,"
Hana Dul Set!
"Bima, Fauzan, Bisma, sama Dendi keluar! Lolos dari danton," ujar Lintang.
Hana Dul Set!
"Arafik, Palepi, Adika, Fayeza sama Zagat keluar! Kalian lulus,"
Hana Dul Set!
"Fahrul, Syafiq sama Andri bebas!" ujar Lintang dengan semangat. "Kok tinggal Angie sama gue doang sih?" tanya Lintang dengan heran.
Angie terdiam sebentar, feelingnya sudah buruk membuat Palepi terkekeh. "Firasat gue si Angie jadi danton." Angie mendelikan matanya kepada Palepi yang masih terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERAS ✔
Teen FictionPERAS [Persatuan Anak Kelas] Kisah anak kelas jurusan IPA namun berbeda dengan kelas jurusan IPA yang lainnya, sifat mereka bahkan lebih dari anak IPS. Cerita manis diawal masa labil yang akan dikenang oleh mereka pada saat dewasa nanti. So enjoy gu...