✔ 1. Asal mula sang Kecoa

44 10 36
                                    

Mipa 2 yang terkenal heboh di pagi hari, kini terdengar sayup, menyejukan bagi kelas tetangga yaitu Mipa 1 dan Mipa 3.

Tidak biasanya mereka seperti ini, membuat anak kelas lain mengintipnya dikaca. Bukan lagi melihat gebetan, do'i dan sejenisnya. Perihal ada yang aneh, begitu pikiran mereka entah itu pujian atau sindiran.

Ah iya! Hari ini kelas Mipa 2 sedang mengalami bencana besar. Ralat, akan menghadapi ulangan harian pelajaran kimia yang sangat mendadak.

Bu guru itu telah menanti kedatangan salah satu siswa yang setia datang pagi, di palang pintu –membuat temannya menjerit frustasi, jikalau ia tidak datang pagi mungkin ini tidak akann.. Ah, basi!

"Coba aja lo gak datang pagi Den, gue jamin ulangan kimia bakalan dipending!" cerocos Lintang dari tadi.

Dendi mencoba bersabar. "Gue kan gak tau! Diem deh lo, pala gue rasanya mau meledak denger ocehan lo Tang!" Dendi memegang kepalanya yang terasa nyut-nyutan.

Angie yang senantiasa kalem dengan santainya menepuk kepala Lintang dan Dendi. "Dari pada lo pusing mikirin pelajaran kimia, yang sama sekali Kimia juga gak mikirin lo, mending kita ke kantin aja yuk?" ajaknya. "Dari tadi juga anak kelas gak ada yang keluar, ntar disangka aneh sama kelas tetangga," tambahnya.

Ari Trilintang. Orang itu paling gak sabaran dikelas Mipa dua, hobinya ngebacot terus sampai ngebusa jika tidak segera dibekap oleh Angie.

Dendi Arizal. Anak ini sering datang paling pagi diantara murid yang lain, bahkan Angie yang pernah datang subuhpun sudah mendapati Dendi yang sedang duduk dengan ponsel ditangannya. Itu kelebihan sang Dendi Arizal, minusnya ia sering pulang duluan pada jam istirahat kedua.

Angie Silingga. Panggil dia Enji guys jangan panggil Enjel haha –Cowok ini paling kalem dikelasnya, tapi sangat nakal. Biang masalah adalah hidupnya. Ya begitulah sang Angie!

Lintang mengerlingkan matanya, seakan mendapatkan sebongkah berlian sayang aku bukan lang bang toyibb~ stop! Bukan waktunya buat nyanyi. Serius!

"Mantap! Ini yang gue tunggu-tunggu!" seru Lintang sambil menabok pundak Dendi. "Kuy Den, otak lo perlu didinginin dulu, ntar ngebul loh berabe kalo gak dapet asuransi dari Bpjs," celetuk Lintang lalu dengan santainya melenggang pergi diikuti dengan Angie dibelakangnya.

Dendi menggeram sebal. "Bukannya otak gue dingin, ini malah beku!" gerutu Dendi lalu menyusul Lintang dan Angie yang tidak jauh darinya.

Sementara disisi lain, Aurel sedang asik curhat dengan Nadila hingga ia lupa bahwa hari ini adalah ulangan kimianya.

"Ba.Co.Th!"

Aurel menyabikan mulutnya. "Biasa aja dong Dil, gue kan lagi ngomong sama lo, harusnya lo dengerin!"

"Cu.I.H!"

Aurel medelik tajam kearah Nadila yang sedang menulis rumus dibukunya. "Kok lo gitu sih! Kalo gak mau dengerin ya gapapa, tapi jangan kayak gitu juga!" sewot Aurel.

Nadila menatap Aurel dengan heran. "Lo kenapa sih? Dari tadi marah-marah mulu! Heran gue."

"Gimana gak marah, lo aja ngatain gue bangsat!"

Nadila menggarukan lehernya tak mengerti apa yang dikatakan Aurel. "Yang mana sih Rel? Jangan ngada-ngada deh!"

"Tadi lo bilang Bacot sama Cuih! Dasar sarimin!" sentak Aurel dengan tampang songongnya.

"Lah, gue kan lagi ngafalin kimia Rel,"

"Mana ada Kimia isinya Bacot sama Cuih!" gerutu Aurel.

PERAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang