"Yey!! Ayah pulang! Gima—Eh, Siapa?" Suara yang awalnya tertuang dengan nada yang menggebu-gebu, memelas—dengan sedikit selipan nada heran yang keluar.
Remaja lelaki yang baru saja menginjak usia 11 tahun itu, perlahan menuruni tangga rumahnya. Matanya tidak berhenti menatap seorang anak mungil yang terus berusaha menyembunyikan tubuhnya di belakang sang Ayah.
"Ayah, Dia siapa?" Terdengar nada tidak suka dari ucapan yang dilontarkannya barusan.
Ayahnya tidak langsung menjawab. Ia berjongkok, menarik pelan lengan sang anak agar lebih mendekatinya.
Choi Yeonjun—yang sekarang sedang ditatap lembut maniknya oleh sang Ayah itu hanya menatap balik dengan tatapan polosnya. Tangan Ayahnya terulur mengusap pucuk kepalanya, kemudian tersenyum penuh arti—
"Junie nya Ayah, kamu sekarang adalah seorang Kakak"
Yeonjun mengernyit, dahinya memaparkan kerutan. Ia berujar heran lantang, "Aku gak punya adik. Aku anak satu-satunya dari Ayah sama Bunda. Maksud Ayah apa?"
Ayahnya—untuk yang kedua kalinya tidak langsung menjawab. Ia berdiri dan membalikkan badannya menghadap ke seorang—anak yang perawakannya lebih muda dari Yeonjun. Ia menarik lembut tangannya dan memposisikan dirinya di depan Yeonjun.
Kini keduanya berhadapan, tangan Ayahnya memegang bahu yang lebih muda dari belakang, "Anak ini. Namanya Taehyun. Kang—Aish, maksud Ayah, Choi Taehyun. Mulai hari ini, dia adalah adikmu dan—Junie adalah kakaknya. Ayo! bersalaman anak-anak Ayah!!"
Yang lebih muda menyodorkan tangannya terlebih dahulu. Pandangan yang tadinya terus menunduk kini sepenuhnya di alihkan ke remaja yang di depannya—yang sekarang menjadi eumm—Kakak? Entahlah rasanya pun Taehyun masih sedikit ragu. Ia menatap penuh harap tepat ke manik yang berbentuk rubah itu.
Mata bulat miliknya langsung terperanjat kaget kala Yeonjun, bukannya membalas uluran tangannya, digantikan dengan menepis sekuat tenaga hingga Taehyun hampir terhuyung ke samping.
"Aku bukan Kakak dari anak ini!!'"
Pandangan itu—pandangan yang Taehyun harapkan akan melunak, menerimanya dengan kasih sayang—berani memicing.
Mata satu-satunya yang menjadi harapannya itu—menatapnya dengan penuh kebencian.
Taehyun hanya terisak tanpa suara setelah Yeonjun pergi dari hadapannya dengan langkah yang penuh dengan penolakan. Dia bukan anak kecil lagi—Dia sudah berumur 8 Tahun. Dia tidaklah sepolos itu untuk tidak mengerti kondisi apa yang sekarang sedang terjadi.
Taehyun kecil tahu, hidupnya—selanjutnya—nantinya, tidak akan pernah berjalan—semulus—imajinasinya. Itu semua hanya tertinggal di belakang, sebagai sebuah—Mimpi yang—Abadi.
—SHORT STORY—
Selamat datang💘
note:
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
•INI BUKAN LAPAK BxB
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMNIUM | taejun
FanfictionCOMPLETED✔️[a TAEJUN's brothership story] "Saat itu, Taehyun hanya menunggu satu hal. Uluran tangan, dari seseorang yang ia harapkan." ©️hyeler, 2020 present