"Kak Yeon—"
"Gue bukan kakak lo! Bisa berhenti manggil gue dengan sebutan menjijikkan itu gak sih?!"
Tidak banyak yang berubah. Ini sudah hampir menginjak tahun ke-10 Taehyun mendiami rumah keluarga Choi.
Yeonjun—Entahlah bagaimana menyebutnya. Masih dingin pun—Masih menolak—Keberadaan Taehyun.
Keduanya kini sedang berada di ruang keluarga. Taehyun baru saja menyelesaikan kegiatan Ekskul musiknya, jadi dia pulang dari sekolah sedikit terlambat.
Taehyun sudah terbiasa dengan omongan itu. Bukannya merasa sakit hati. Ia malah terkekeh kemudian memberanikan diri duduk di samping Yeonjun yang sedang sibuk menonton pertandingan sepak bola.
"Ya terus Taehyun harus manggil apa? Yeonjun aja kan gak sopan"
Yeonjun berdecak sebal tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi "Bacot ah! Lo pergi aja sana! Jangan deket-deket gue!!! Najis!"
Taehyun melirik Yeonjun sedikit kemudian kembali sibuk melepas kaus kakinya "Ini badan punya Taehyun. Kenapa nyuruh-nyuruh, dih"
"Lo—" Yeonjun sudah beralih ingin memarahi Taehyun.
"Apa?" Ucap Taehyun menantang.
"Aish! serah lo!"
Selalu begini. Taehyun semakin memahami sikap Yeonjun—Pun sebenarnya Yeonjun juga melakukannya tanpa ia sadari.
Situasi ini tidak seburuk yang Taehyun pikirkan sebelum-sebelumnya. Taehyun berpikir, Yeonjun akan menyakitinya—melakukan kekerasan terhadapnya, memukulnya dan berbagai bayangan-bayangan yang lebih buruk.
Tapi percaya tidak percaya, Yeonjun tidak pernah sekalipun melakukan itu. Yeonjun hanya sebatas—dingin—mengabaikan Taehyun—berucap pedas. Itu saja. Jadi Taehyun tidak terlalu mengambil hati perlakuan-perlakuan Yeonjun terhadapnya karena mungkin—ya, Taehyun sudah terbiasa.
"Udah makan belum, Kak?" Tanya Taehyun yang kini sudah beranjak dan menggendong tas di salah satu bahunya. Salah satu tangannya ia masukkan di saku, tatapan teduhnya ia lontarkan ke arah Yeonjun.
"Lo tuh bikin gue gak fokus nonton, anjir!" Yeonjun kini sepenuhnya menatap Taehyun murka, kedua alisnya sudah menyatu saking sebalnya.
"Kalo gue belum makan kenapa? Hah?" Tanya Yeonjun dengan nada tidak santai.
"Mau Taehyun masakin sesuatu? Ayah sama Bunda lembur, kan? Ini udah mau jam 8, Kak Yeonjun pasti belum makan"
"Terserah" Yeonjun mengacuhkan tidak peduli. Pandangannya kini kembali fokus dengan tayangan sepak bola.
Taehyun lagi-lagi hanya tersenyum—Ia sudah terlampau biasa diberi jawaban seperti itu.
Taehyun sudah selesai membenahi diri, dia dengan setelan piyama bergambar donatnya beranjak keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Masih di atas anak tangga sana, Taehyun bisa melihat Yeonjun yang sangat fokus menonton pertandingan sepak bola. Sampai pada bagian puncak ketika tim yang Yeonjun dukung mencetak gol, Yeonjun berteriak "YESSS GOLLLLL!!!", sambil meninju kedua tangannya ke udara.
Taehyun hanya terkekeh geli. Jarang sekali bisa melihat sisi menggemaskan dari Choi Yeonjun seperti tadi.
Ia melanjutkan perjalanannya menuju dapur. Sampai di depan kulkas, ia membuka pintunya dengan pandangan berbinar-binar, tapi sepersekian detik kemudian pandangan itu memelas.
"Yahhh.... Gue mesti ke supermarket dulu ini." Taehyun menggaruk kepalanya bingung. Kulkas benar-benar kosong. Tidak ada bahan-bahan masakan. Yang ada malah sejenis cola, beberapa buah seperti apel, jeruk dan buah-buahan lain yang taehyun tidak tahu namanya.
Ia berjalan lesu ke arah Yeonjun yang sekarang sudah anteng duduk dengan ponselnya. Mungkin tontonan sepak bolanya sudah usai.
"Kak Yeonjun" Panggil Taehyun memelas.
Yeonjun bergumam tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel "hmm"
"Temenin ke supermarket. Di kulkas gak ada apa-apa" Ucap Taehyun memohon.
"Ck, daripada ribet mending pesen aja sih! Pizza kek atau ayam"
Taehyun jelas menolak, ia langsung menggeleng setelah mendengarkan jawaban itu "Gak gak, Kak Yeonjun dari kemarin makanin junkfood mulu"
"Yaudah sana beli bahannya ke supermarket! pergi sendiri!" Dengan nada ketus.
Taehyun menghela napas mendengar jawaban acuh dari si yang lebih tua.
Ia berjalan gontai ke arah pintu setelah memakai hoodie dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya di kamar.
"Taehyun pergi!" Teriaknya sebelum menutup pintu rumah.
"Terima Kasih sudah berkunjung. Jangan sungkan untuk datang kembali"
Taehyun tersenyum hangat mendengarkan perkataan sang kasir. Ia mengucapkan terima kasih kembali kemudian beranjak keluar supermarket.
Hawa malam yang dingin langsung menerpa wajahnya kala Taehyun menginjakkan kaki di luar supermarket. Ia sejenak menghirup napas, menikmati angin sempoian malam itu.
Setelah merasa puas ia tersenyum merekah, melanjutkan perjalanannya yang tadi sempat tertunda.
Jalanan kali ini cukup sepi, maklum. Ini sudah hampir pukul 9. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang.
Cahaya remang dari lampu jalanan menemani Taehyun malam itu, ia bersenandung kecil sembari berjalan santai di pinggiran jalan.
Tidak ada yang aneh—Sampai taehyun merasa—seseorang sedang mengikutinya.
Taehyun berhenti. Jantungnya berdegup lebih cepat, merasakan aura yang tidak mengenakkan di dekatnya. Ia dengan cepat berbalik ke belakang, melihat apa benar ada yang mengikutinya.
Tapi—nihil. Tidak ada siapa-siapa.
Taehyun mencoba menepis berbagai pikiran yang mengganggunya. Ia mencoba mengabaikan, dan meneruskan perjalanananya.
Srettt
"Akhhh"
Setelah ringisan itu keluar, Taehyun bisa melihat seseorang berpakaian full bewarna hitam sedang lari terbirit-birit ke arah pandangan depan Taehyun. Tunggu—ia tidak salah liat kan? P-pisau?
Tidak lama dari itu, Taehyun bisa merasakan sakit perih yang bukan main di bagian lengan bawah kanannya.
Ia mencoba memberanikan diri untuk melihat apa yang terjadi dengan lengan atasnya.
Darah—Taehyun melihat darah. Hoodie putih yang ia pakai sekarang bahkan sudah robek karena ikut terkena irisan pisau. Darah mulai merembasi area hoodienya.
Sembari menahan sakit, ia mencoba menutup luka di lengannya dengan tangan satunya yang masih sibuk memegang belanjaan. Setidaknya usaha itu bisa sedikit memperlambat pendarahan.
Dengan langkah tertatih, ia bergegas menuju ke rumahnya—Untung saja lokasi supermarket dan rumah tidak terlalu jauh.
"Sial, hssss" Taehyun meringis setelah melontarkan kata makian itu.
/TBC/
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMNIUM | taejun
FanfictionCOMPLETED✔️[a TAEJUN's brothership story] "Saat itu, Taehyun hanya menunggu satu hal. Uluran tangan, dari seseorang yang ia harapkan." ©️hyeler, 2020 present