O4

1.5K 230 24
                                    

"T-tadi ada orang yang full pake b-baju hitam tiba-tiba lari ke arah depan Taehyun. W-waktu itu kondisi tangan Taehyun udah luka. D-dia bawa p-pisau—"

"Sial"

"Taehyun udah gapapa, serius. Lanjut makan aja, keburu makanannya dingin"

Yeonjun memicing sinis mendengar jawaban Taehyun, ia memperbaiki posisi duduknya dan menatap Taehyun serius, "Lo tuh bisa bener-bener jaga diri gak sih?! Jangan nganggep masalah kaya gini remeh! Lo sakit gue yang ribet. Nyusahin gue kan ujung-ujungnya! Serah ah! Sana lanjut makan. Gue gak nafsu lagi"

"K-kak—" Suara Taehyun melemah.

Taehyun menatap sedih Yeonjun yang kini sudah membaringkan diri di kasur kesayangannya.

Helaan napas keluar dari mulut Taehyun, ia menyuapkan suap demi suap nasi dengan perasaan yang sedih. Satu pikirannya, sayang jika makanan ini tidak habis. Mubazir.

Selang beberapa menit, Taehyun sudah menghabiskan beberapa lauk dan nasi miliknya. Ia melirik nasi dan lauk Yeonjun yang masih tersisa utuh setengah dengan perasaan sakit hati—

Taehyun juga manusia, Taehyun berhak merasakan itu. Ia sudah rela-rela memasak malam-malam begini, tapi makanan yang ia masak malah tidak dihargai oleh Yeonjun.

Taehyun melirik Yeonjun—Oh masih terbangun ternyata. Yeonjun masih sibuk bermain ponsel dengan raut wajah yang tidak jauh berbeda dari tadi. Kesal—Marah.

"Kak Yeonjun, habisin makanannya. Sayang kalo dibuang" Taehyun berujar pelan.

"Ck. Lo aja abisin. Gue lagi sibuk"

"Kakkkkk" Taehyun memohon.

"Iya iya ntar gue abisin! Lo kalo mau keluar duluan aja. Nanti piringnya gue cuci sendiri"

Yeonjun menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Taehyun menghela napas karena keberadaannya sedikit diabaikan.






























"Selamat pagi anak-anaknya bunda!"

Kedua anak yang kebetulan kini sedang berjalan beriringan, Yeonjun di depan dan Taehyun di belakangnya—di sambut hangat oleh sang bunda yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi di meja makan.

Ayah keduanya pun kini sudah duduk anteng dengan secangkir kopi dan koran yang sedang fokus ia baca.

"Pagi juga Bunda!!" Itu taehyun yang menjawab. Ia bersemangat duduk di meja makan mendahului Yeonjun yang masih berdiri tegak—sibuk dengan ponselnya di hari sepagi ini.

"Kak Yeonjun, simpen dulu hp nya" Ucap Taehyun menasihati karena tidak segera melihat Yeonjun bergerak mendekat.

Yeonjun yang mendengar itu lagi-lagi hanya berdecak sebal dan menuruti apa yang Taehyun ucapkan. Bisa-bisa kena ocehan bundanya kalau ia balik mengocehi, jelas-jelas Yeonjun yang salah disini.

Yang lebih tua mengambil tempat duduk berhadapan dengan Taehyun. Matanya tidak berhenti melihat lauk lezat yang sudah tersaji di meja makan. Tanpa menunggu lama lagi, Yeonjun langsung mengambil nasi dan beberapa lauk yang ia inginkan dengan pandangan berbinar.

Maklum—Food-Holic. Taehyun yang melihat itu terkekeh gemas. Ini pandangan yang tidak asing lagi baginya, pemandangan Yeonjun yang seperti singa kelaparan jika sudah berhadapan dengan makanan.

Taehyun mengikuti langkah Yeonjun selanjutnya, mengambil beberapa lauk yang ia suka dan melahapnya.

Hening, beberapa saat. Hanya terdengar kecapan yang hadir dari mulut Taehyun dan Yeonjun. Ayahnya pun masih sibuk membaca koran.

"Oh iya Ayah lupa! Astagaaa"

Kedua anaknya langsung menoleh mendengar jeritan panik sang Ayah. Bundanya tidak ikut menoleh karena sedang bergulat di dapur—singkatnya tidak mendengar jeritan tertahan Itu.

"Kenapa yah?" Yeonjun bertanya heran, mata dan tangannya masih sibuk dengan makanan yang ia lahap. Tapi pikirannya bertanya, ada apa dengan ayahnya.

Lain dengan Taehyun, ia sampai-sampai tersentak mendengar raungan Ayahnya—sehingga mau tidak mau ia berhenti fokus dengan makanannya untuk sejenak.

"Iya, ayah kenapa? Bikin kaget Taehyun aja" Taehyun mengelus dada. Dia benar-benar sekaget itu.

Ayahnya menoleh ke arah Yeonjun "Ayah kan nanti ada urusan yang mesti diurusin sampe gak tau kapan, jadi mau gak mau ayah mesti lembur lagi malem ini. Bunda juga ada pertemuan sama klien di butiknya jam 2-an nanti. Jadi yang free disini cuma kamu kan, Kak? Ayah tau kamu gak ada kelas hari ini"

Yeonjun yang paham dengan maksud ayahnya itu langsung memasang raut tidak setuju "Jemput Taehyun ke sekolah? Big no!!! Aku mau nongkrong sama temen kampus nanti siang!! Gak gak!!"

Pandangannya beralih menatap Taehyun ke depan "Kenapa gak pesen ojol aja sih?! Udah SMA masa masih dijemput!"

"Hus, Kak dengerin dulu sini" Ayahnya mencoba membujuk.

Yeonjun dengan ogah-ogahannya mendengarkan sambil hatinya mencak-mencak tidak terima.

"Sekarang lagi musim penculikan anak sekolah. Kakak dengerin kan desas-desus anak Pak Chanhee tetangga kita, yang meninggal dibunuh pihak penculik, ditambah lagi dalam keadaan yang organ tubuhnya yang udah gak tau pada lari kemana? Anaknya seumuran Taehyun, Kak. Ayah cuma takut, lebih baik kita lebih dahulu waspada kan daripada nanti ujung-ujugnya terjadi, ya terus nyesel"

"Ayahhh!!! jangan di doain gituuu!!" Yeonjun merengut masih tidak setuju.

"Ya makanya kamu jemput Taehyun nanti, Ya Kak?"

"Yaudah iya!! Nanti aku jemput dia"

Tanpa keduanya sadari, Taehyun tersenyum puas di tempat duduknya sana. Ini pertama kalinya Yeonjun akan datang ke sekolahannya. Taehyun tentu kelewat bahagia. Ada perasaan aneh yang bersarang di hatinya.

"Duh ini pagi-pagi kantor kok udah ada masalah sih"

Gumaman dari Ayahnya yang sedang fokus ke arah ponsel itu dapat di dengar oleh keduanya.

Sang Ayah menatap balik ragu-ragu dua orang yang kini tengah menatapnya heran.

"K-kak. H-heheheheehe"

Ya begitulah sosok Ayah yang takut anak. Ditambah lagi Yeonjun saat ini masih dalam mode maung.

Yeonjun mencoba menetralkan emosinya dengan memejamkan matanya dan menggegam erat sendok yang kini ia pegang.

Ia meniup poni panjangnya sebal dan berujar sok manis "Iya Ayah Sayang. Aku. Yang. Nganter. Taehyun."















/TBC/

SOMNIUM | taejunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang