5. Pak Balaram

38 10 0
                                    

"Selamat pagi." Sapaan khas dari guru matematika muda tampan, merangkap sebagai wali kelas 10 Nautika 1.

"Siap pagi," balas sapa murid kelas.

"Saya punya game, sekarang bentuk melingkar dulu." Saking semangatnya dia masih berdiri memegang barang bawaan.

"Apa tuh?"

"Asek game apa pak?"

"Apalagi pak ya Allah."

"Itu ditaruh dulu pak."

Dengan cepat dia menaruh tas, jurnal absen, jurnal nilai, dan penggaris yang selalu dia bawa ke atas meja. Senyum pertanda terimakasih ia ukirkan kepada siswa yang baru saja mengingatkannya.

"Ayo bentuk lingkaran." Dengan ogah ogahan mereka membentuk lingkaran besar di dalam kelas.

"Nanti kelipatan 4 bilang yeee yang heboh ya tangannya ke atas. Semakin cepet kalah dapet nomer urut terakhir maju buat ngerjain soal," jelas pak Balaram. Tidak seperti kelas pada umum. Kelas Narel justru sangat menyukai maju ke depan untuk mengerjakan soal matematika.

Ide ide menarik dari pak Balaram menjadi salah satu faktor mereka sangat bersemangat untuk maju. Setiap siswa maju untuk mengerjakan soal, dia akan mendapatkan poin tambahan. Dapat digunakan ketika nilai ujian kita kurang. Dari situlah mereka memanfaatkannya. Karna pak Balaram bukan tipe guru mudah memberikan nilai jika murid tersebut tidak melakukan apapun.

"Satu," seru Septian.

"Belum Sep," tegur pak Balaram lembut.

"Huuuu."

"Woooo."

"Mulai dari kamu Ky." Ucapan pak Balaram memotong tawa dan sorakan.

"SATU." Teriakan spontan Iky ketara sekali ia kaget. Mereka semakin tertawa, ditambah muka Iky yang sangat cocok untuk diketawain.

"Dua."

"Tiga."

"Empat."

"LHAAA SALAH HAHAHAHA!!!"

Mendapat sorakan dari teman-teman masih belum membikin Audi sadar jika dia salah.

"Audi keluar lingkaran ya, duduk aja," perintah pak Balaram sambil mencatat di jurnal jika Audi mendapat nomer urut terakhir.

"Emang salahnya apa pak?" tanya Audi polos.

"Piye to Di?! ojo tahan aku, ojo tahan aku!" Salah satu kebiasaan random Iky. Ia seperti ingin menyerang tetapi ada yang menahan. Nyatanya tidak ada yang menahan. Hal tersebut membikin semua termasuk pak Balaram tertawa.
"Gimana sih Di?! jangan tahan aku, jangan tahan aku!"

Untuk mendukung hal random Iky, Fak berperawakan lebih kecil dari Iky langsung menahan kaki Iky. Seperti anak tidak mau ditinggalkan induknya. Iky semakin brutal menendang nendang dan memukul angin. Narel, Biga, Yuro, dan Qui semakin terbahak.

"Harusnya kamu bilangnya yeee," jelas pak Balaram.

"Oh iya deh, gimana sih hih!" Audi keluar dari lingkaran sambil mencak-mencak. Dia memilih menelungkupkan kepala di meja.

"Lha piye?!! kok ngamok," sorak para cowok.
"Lha gimana?!! kok marah."

"Kandani ojo tahan aku, ojo tahan aku." Iky kembali mengulang kegiatan sebelumnya. Mereka bukan menertawakan Audi, mereka lebih tertawa karena tingkah Iky dan para cowok yang diluar nurul. Audi sendiri sudah biasa jika mendapat seperti itu. Karena dia bukan yang pertama. Ia lebih memilih menelungkupkan kepala karena hari ini jadwal dia akan red.
"Dah dibilang, jangan tahan aku, jangan tahan aku."

Kapal BersuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang