1. Pram

121 23 16
                                    

Seruan lirik terus keluar dari masing masing mulut setiap banjar. Dilengkapi intonasi nada yang sangat pas. Hingga menimbulkan sebuah yel yel. Yel yel tersebut langsung menerobos masuk ke gendang telinga makhluk pemilik daun telinga. Para taruna taruni menyerukannya penuh semangat. Kesempurnaan barisan hampir terlihat di gerbang utama sekolah SMK Taruna Pelayaran. Beberapa pasang mata dengan terang terangan terus mengintai kesempurnaan barisan.

Hei Nautika...
Hari ini hari luar biasa
Hei nautika suara kami melayang diudara
Yo mari mari semua
Mari berlari dengan langkah yang panjang
Hidup nautika, putra putri pilihan

Hantu laut adalah sebutan untuk mereka. Kompetensi keahlian Nautika Kapal Niaga. Mereka mau tidak mau harus menjalankan layaknya seorang taruna taruni pelayaran. Seragam pres bodi, tidak ada perhiasan satupun untuk taruni hanya atribut lengkap yang tertempel di seragam, tas yang selalu berada di tangan sebelah kiri warna hitam, rambut botak untuk taruna dan rambut bondol di atas telinga untuk taruni, lengkap dengan sepatu pdh mengkilap warna hitam dan putih, serta jilbab tertata rapi di dalam seragam sudah menjadi ciri khas seorang taruna taruni.

 Seragam pres bodi, tidak ada perhiasan satupun untuk taruni hanya atribut lengkap yang tertempel di seragam, tas yang selalu berada di tangan sebelah kiri warna hitam, rambut botak untuk taruna dan rambut bondol di atas telinga untuk taruni, leng...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira kira begitu tapi untuk potongan taruni lebih pendek lagi dari gambar. Potongan taruni seperti di gambar biasanya untuk tingkat senior

"TIK TRITIKTIK." Suara dari salah satu senior terdengar oleh semua taruna taruni yang baru menyelesaikan yel yel. Wajib hukumnya jika mendengar lantunan tersebut segeralah kita untuk menyaut.

"NAUTIK," seru semua taruna taruni menjawab seruan dari senior mereka. Saut-sautan itu terus terjadi sampai barisan mereka berhenti tepat di depan tiang bendera dekat gerbang utama.

"Pimpinan saya ambil alih! lencang kanan grak!" komando danton pada seluruh pasukan. Sontak semua melaksanakan sesuai arahan komando tersebut tanpa banyak bicara. Dilihat barisan sudah lurus danton langsung mengkomandokan siap kembali. Dilanjut penghormatan kepada sang merah putih.

"Tanpa penghormatan bubar jalan," komando itu terdengar kembali selesai melaksanakan penghormatan.

"Nautika jaya." Semua banjar langsung balik kanan bubar jalan.

Mereka langsung berpencar mengambil motor masing masing, ada juga yang berjalan kaki untuk menuju asrama masing masing. Sekolah menyediakan berbagai komplek untuk asrama. Masing masing dari mereka kompleknya ada yang berdekatan ada juga yang terpisah. Bukan tanpa alasan tetapi sekolah menganut sistem siapa cepat dia dapat. Jadi ada yang dapat dekat sekolahan ada juga yang dapat agak jauh sedikit. Asrama ini seperti rumah biasa bukan seperti asrama pada umumnya yang satu gedung bertingkat.

"Lampir aku hari ini ngga bareng dulu ya," ucap salah satu taruni pada temannya. Diketahui taruni tersebut bernama Narellia Guzelim John. Taruni berhijab pemilik senyum manis.

"Terus balek mu piye?" tanya taruni yang baru saja diajak bicara oleh Narel. Berambut bondol pemegang jabatan poltir tersebut bernama Faiquila biasa dipanggil Lampir oleh Narel saat sudah di luar jam sekolah. Arti dari pertanyaan tersebut adalah, "Terus pulangmu gimana?"

Kapal BersuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang