Part 1

21 3 0
                                    

"Kamu memang hanyalah masa laluku, masa dimana aku harus mengambil hikmah yang baik atas apa yang telah terjadi. Terimakasih masa laluku , kau datang tanpa diundang dan pergi meninggalkan secercak luka yang kau berikan. Hanya karena aku bukan orang yang kau sukai. Kau membuatku menderita dengan memendam perasaan padamu, dan kini hanya berakhir dengan sejuta kekecewaan yang teramat banyak. Semoga kau bahagia dengannya, dia yang punya segalanya yang kau inginkan. Dia yang menusukku dari belakang, hingga aku harus sadar kau bukanalah orang yang ku harapkan dalam hidupku"

Sebuah kisah tentang masa lalu, masa dimana aku dan kamu bertemu menjadi teman. Hari itu, adalah pertama kalinya aku sekolah SMP. Namaku Nafisha Nurlatifah, usiaku 12 tahun, seorang perempuan yang polos, lugu, dan penuh harapan.

Awalnya aku takut dan sedih karena aku adalah seorang yang pendiam dan tak banyak bicara. Namun aku salah justru karena sikapku tersebut, semua teman-teman menghargaiku dengan baik. Tepat saat itu adalah masa orietasiku , aku duduk dikelas VII A. Aku dapat banyak teman, dan semangat belajar selalu ada saat itu, karena awalnya merasakan sekolah SMP.

Hari demi hari terus kujalani, hingga tak terasa sudah hampir setengah tahun aku sekolah, segala hal begitu menyenangkan. Tapi dari semua hal itu, satu sosok berhasil membuatku kagum. Muhammad Azam adalah nama sosok tersebut, aku mengaguminya karena dia cerdas dan berbakat. Meskipun dia memang terlihat culun, tapi aku kagum padanya karena selalu berhasil memecahkan semua masalah perhitungan soal matematika ataupun soal-soal rumit lainnya dalam hitungan.

Selain dia cerdas dan berbakat, dia juga baik jika dibandingkan semua teman laki-laki dikelasku. Aku tak pernah menyangka akan mengaguminya begitu lama, apakah mungkin aku menyukainya. Bukan hanya disekolah, bahkan dipesantren pun aku selalu kagum padanya.

Saat aku selesai masa orientasi disekolah, sebenarnya orangtuaku memasukkanku ke Pesantren yang jaraknya lumayan dekat dengan sekolahku, agar aku bisa mendalami ilmu agama. Aku sangat tak menyangka, jika akan satu pesantren dengannya.

Sudah satu sekolah satu pesantren, satu kelas pula. Bahkan pernah aku satu kelompok dengannya, memang aneh juga tapi aku hanya berfikir itu hanyalah kebetulan saja. Tapi, aku bahagia karenanya.

Suatu hari, ada pemilihan anggota OSIS baru disekolahku. Semua juara kelas dipanggil OSIS senior.

"Kalian adalah juara kelas, hari ini kami akan merekrut kalian menjadi anggota OSIS " ucap Kak OSIS dengan lantang.

"Wahh keren...."

"Wiihh....,"teriak sebagian temanku , dan aku sendiri malah bingung dan bertanya-tanya apakah aku siap untuk menjadi anggota OSIS tersebut?

Kemudian kami ditanya satu persatu.
"Azam, apakah kamu siap menjadi anggota OSIS?"tanya Kak OSIS dengan tegas.

"SIAPP KAKK....,"sahutnya dengan lantang dan percaya diri.

"Vita, apakah kamu siap menjadi anggota OSIS? "

"SIAPP KAKK....,"ujarnya dengan senyum bahagia.

"Nafisha, apakah kamu siap menjadi anggota OSIS? "

"Eum, maaf saya tidak bisa kak " jawabku dengan agak kecewa.

"Haa...kenapa?"tanya semua kaget.

"Gak kenapa-kenapa kak, hanya saja..saya belum siap"

"Eumm..sayang sekali yah, apakah tidak diizinkan orangtua?"

"Tidak juga kak, ini keinginan saya sepenuhnya"

"Eum..kalo gitu, terimakasih untuk waktu kalian yah dan selamat menjadi anggota OSIS baru,"cetus kak OSIS berlalu.

"Iyahh kak....,"pungkas kami serentak.

Setelah itu, kami kembali duduk dikelas. Kemudian aku terdiam sejenak, sebenarnya aku sedih dan kecewa tidak bisa menjadi anggota OSIS.

Tapi bagaimana lagi, itu adalah pilihan yang terbaik. Karena jika aku menjadi OSIS, maka kegiatan mengajiku di Pesantren akan terganggu. Jadinya aku putuskan untuk tidak menjadi OSIS.

"Naf..kenapa kamu menolak?"tanya Vita penasaran padaku dengan ekspresi agak kecewa.

"Eum itu, karena...."

"Karena apa? Padahal aku udah bahagia banget bisa barengan kamu lagi, tapi kamu malah menolak"

"Maaf yah Ta aku gak bisa ikutan OSIS, aku gak bisa bareng kalian"

"Eum... sayang banget yah, tapi...tadi kok kamu bilang kalian? Kan yang ikutan direkrut Cuma kita bertiga ditambah sama Azam, jangan-jangan kamu...su....,"lontar Vita sambil menunjuk Azam dan kebetulan Azam melirik kami saat itu. Tapi sebelum Vita melanjutkan ucapannya aku langsung menutup mulutnya dengan cekatan.

"Apaan sihh Ta, kamu tuh aneh-aneh aja, kita bertiga kan temen gitu....," sahutku sambil membuka kembali mulut Vita dan tersenyum malu.

"Alahh..kamu jangan bohonglah, aku juga kenal kamu gimana kalo bohong sama aku. Aku tahu kok, kamu pasti menyukai dia. Kamu tenang aja Naf, aku bakalan jaga rahasia kok"

"eumm....," Aku tak berani berkata apa-apa saat itu, dan hanya tersenyum malu sambil menatap Azam saat itu. Tak kusangka, saat aku menatapnya dia melirikku. Seketika, aku pun langsung mengalihkan pandangan karena malu.

Kemudian Azam bertanya-tanya dalam hatinya karena tingkah Nafisha yang terlihat aneh saat itu.

"Ada apa dengannya? kenapa tiba-tiba dia kelihatan aneh? aku penasaran, kenapa dia menolak menjadi anggota OSIS? "ungkap Azam membatin.

Dikeesokannya, meskipun aku tidak menjadi anggota OSIS baru aku terus bersemangat menjalani hari-hari belajarku. Meskipun aku tak bisa barengan dengan Azam saat kegiatan OSIS, tapi entah kenapa aku selalu percaya jika dia tak akan mengecewakan perasaanku. Meskipun dia, hanya tahu tentang perasaanku ini dari Vita dan temanku yang lainnya.

Setelah beberapa bulan Vita dan Azam menjadi anggota OSIS, hal yang tak disangka mengejutkanku.

"Naf...Naf..sini deh, aku mau cerita.. "teriak Vita saat istirahat tiba.

"Hmm..iyahh Ta, ada apa? Kayak yang penting aja nih,"timpalku dengan tersenyum lebar karena lucu dengan ekspresi Vita yang khawatir saat itu.

"Eumm, itu..Azam..NAFF... "

Kira-kira apa yang terjadi dengan Azam ya?

Oke guys !!! kalo kalian penasaran, tunggu kelanjutannya. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak 👣dengan cara vote⭐dan komentarnya✍.😇🙏

"HAPPY READING"📖🔎

The Rare Love, But Unique [Alhamdulillah, Selesai✔]    [🔎Menunggu Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang