"Azam? Azam kenapa emangnya?"tanyaku penasaran.
"Azam...."
"Azam, apa Ta?"tanyaku yang amat penasaran.
"Jadi gini Naf, Azam tuhh lagi digosipin suka sama... Alice"
"Wahh masa Ta? Eumm, mungkin itu hanya gosip aja kali"tungkasku dengan ekspresi tenang, namun sebenarnya hati tak bisa dibohongi. Entah kenapa aku cemburu sekaligus merasa sedih mendengar hal itu. Apa mungkin aku menyukainya? Tidak..tidak, itu tidak mungkin.
"Beneran Naf, Azam juga kayaknya emang suka sama Alice. Kalo aku sering lihat dari gerak geriknya sih iya, mungkin"
"Yaudahlah Ta, semua orang kan berhak menyukai ataupun disukai seseorang. Gak ada hak buat aku ngelarang hal itu Ta, itu udah haknya juga. Siapa coba aku? Bukan siapa-siapanya juga, pasti gak mungkinlah buat aku ngelarang dia. Aku yakin kok Ta, kalo udah jodoh gak akan kemana"
"Tapi Naf, kamu...."
"Tapi apa Ta? Aku gak papa kok, kamu tenang aja"sahutku dengan tersenyum dengan hati mencoba tuk kuat.
"Eumm...yaudah deh Naf, sabar yah Naf"
"Iyahh Ta, insyaa allah...."
Aku mencoba menguatkan perasaanku padanya, meskipun rasanya menyakitkan saat aku sering melihat Azam dalam kegiatan OSIS bersama Alice. Aku hanya terus positive thinking kalau mereka hanya melaksanakan tugas sebagai OSIS, meskipun aku tidak tahu sebenarnya tentang mereka.
Waktu berlalu begitu cepatnya, tak terasa aku naik ke kelas VIII. Aku berharap aku tidak sekelas lagi dengan Azam, rasanya sedih sekali jika aku melihatnya bersama Alice. Alhamdulillah aku mendapat juara ke 3 saat di kelas VII, serta Vita mendapat peringkat ke 2. Tepat diurutan pertama adalah Azam, sudah kuduga karena dia memang cerdas dan berbakat.
Setelah mengikuti semua ujian hingga selesai, tiba waktunya pengumuman kelas baru. Disebuah lapangan, kertas-kertas berjajar di mading bertuliskan daftar nama siswa serta kelas yang sudah ditetapkan.
Saat aku melihat papan pengumuman, aku kaget karena aku harus sekelas lagi dengan Azam. Aku bahagia dengan hal itu, tapi aku takut cemburu saat melihatnya dekat dengan perempuan.
🌠🌠🌠
Dikeesokannya, aku memasuki kelas baru yaitu kelas VIII A. Aku tidak tahu harus sebangku dengan siapa, karena aku tidak terlalu akrab dengan teman-teman baruku saat itu.
Kemudian, aku putuskan untuk sebangku dengan teman di Pesantrenku. Namanya Syila, sering dipanggil Sisil. Dia agak tomboy, berbadan tinggi dan memakai kacamata.
Tett...tett..tett...
Suara bel berbunyi, semua murid memasuki kelas masing-masing. Kulihat satu persatu teman-teman baruku saat itu, aku kaget ketika melihat seorang perempuan imut yang bangkunya berada dibarisan depan.
"Hahh...Alice?? Kenapa aku harus sekelas dengan dia juga? Ya Allah, bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Aku berharap ini mimpi..tapi, ini nyata. Sadar Naf..ini nyata.. Astagfirullah, sabar Naf..kamu bisa, kamu kuat....,"ungkapku dalam hati yang tak rela.
Setiap hari, aku diliputi kecemburan dengan Azam. Bagaimana tidak, aku sering satu kelompok dengan mereka. Saat itu, Azam menjahili Alice. Mereka mesra-mesraan didepanku, dan aku hanya tersenyum tanpa gairah sedikitpun dan hanya bungkam seribu bahasa.
Tepat dikelas VIII ini, aku tidak berubah selalu pemalu dan menghindari orang lain terutama laki-laki. Aku merasa down dikelas ini, karena pintar-pintar dan juga kebanyakan OSIS. Saat ada kumpulan OSIS, kelas menjadi sepi. Karenanya aku tidak bisa melihat Azam, karena dia juga adalah anggota osis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rare Love, But Unique [Alhamdulillah, Selesai✔] [🔎Menunggu Revisi ]
Teen Fictionبسم الله الرحمن الرحيم 🌟Jangan lupa guys : 🌠Pelajarannya yang baiknya dapatkan, ingatkan dan amalkan agar berbuah pahala. 🌠Keburukannya jangan di ikuti/t inggalkan, cukup jadikan anda semakin bijak dan berhati-hati dalam melangkah. SINOPSIS 💗 ...