3

1.7K 82 5
                                    

Fandi menarik dagu Tiara, menundukkan wajahnya membuat bibir mereka hanya berjarak beberapa senti, mendekatkan bibirnya dan mengecup sebelum akhirnya menjauh. Tanpa melepaskan tatapan satu sama lain, belaian di pipi Tiara membuat jantungnya berdetak kencang. Tangan Fandi yang lain memegang tangan Tiara, getaran tangannya membuat Fandi menenangkan dirinya.

“Kita makan dulu.” Fandi berkata pelan depan bibir Tiara “Kamu membutuhkan tenaga untuk bisa puas malam ini, aku akan membuatmu tidak bisa berjalan.”

Fandi mengecup bibir Tiara kembali, sebelum akhirnya menyuruhnya duduk menghadap pada makanan. Tidak ingin berdebat langsung menikmati makanan yang ada dihadapannya, mereka makan dalam diam dan tidak ada pembicaraan sama sekali.

“Kamu mau kemana?” tanya Tiara saat melihat Fandi akan membuka pintu.

“Merokok.”

“Sejak kapan kamu merokok? Bukannya pacarmu nggak suka kamu merokok?” Tiara menyesali pertanyaan yang keluar dari bibirnya.

“Aku nggak bersama dengan pacarku, lagian kamu nggak pernah ada masalah saat aku merokok. Lebih baik selesaikan pekerjaanmu, satu jam lagi aku masuk dan kamu harus sudah siap. Pakai sesuatu yang membuatku bergairah, bukannya kamu menginginkan kepuasan ranjang.” Fandi berkata sambil membuka pintu dan langsung menutupnya.

Tiara benar-benar terkejut dengan perkataan Fandi, menggelengkan kepalanya agar segera menyelesaikan pekerjaannya dan menikamati setiap sentuhan yang Fandi berikan. Fokus pada pekerjaannya dengan membuka laptop dan beberapa kertas yang dibawanya, mengerjakan dengan sangat cepat dan saat menatap jam di dinding tidak percaya bisa melakukan dengan cepat. Membereskan barang-barangnya dan mulai masuk kedalam kamar mandi setelah mengambil perlengkapannya, membersihkan dirinya dan mengganti pakaian sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan mereka.

“Tubuhku memang sempurna.” Tiara mengatakan sambil mengangkat kedua payudaranya.

Pakaian yang digunakan adalah pakaian suster lengkap dengan perlengkapan yang biasa digunakan, rok mini yang digunakan hanya menutupi bokong. Tidak menggunakan pakaian dalam memudahkan Fandi memuaskan dirinya, menggunakan tangan atau penisnya yang besar. Menatap kembali penampilannya sebelum akhirnya keluar dari kamar mandi, tampaknya Fandi belum masuk kedalam. Tiara memilih membaringkan tubuhnya di ranjang, segala persiapan mereka sudah diletakkan meja sebelum Fandi keluar. Tiara menatap benda-benda dengan gemetar, membayangkan apa yang akan diperbuat pria muda itu.

“Sudah siap ternyata.” Suara Fandi membuyarkan lamunan Tiara.

Tiara menatap Fandi yang melangkah mendekati dirinya, membuka seluruh pakaiannya dan langsung terlihat tubuhnya yang membuat Tiara menelan saliva kasar. Hal yang tidak pernah dilakukannya dan hanya menjadi imajinasi, Fandi bisa mewujudkan semuanya tanpa tersisa dan itu membuat vaginanya akan semakin cepat basah. Tiara menatap Fandi yang sudah berada dihadapannya, membelai tubuhnya perlahan sebelum akhirnya mengambil ikatan. Mencium bibir Tiara lembut, tangannya memegang tangan Tiara untuk diikatnya dan diletakkan diatas kepalanya. Melepaskan ciumannya masih menatap lembut pada Tiara, mengambil kain yang langsung melingkar di leher dan dikunci sesuai bentuk leher, ketika Fandi melakukan ini membuat Tiara menahan nafasnya. Tangan Fandi mengambil kembali kain untuk menutupi kedua matanya, Tiara menggigit bibirnya saat merasakan matanya tertutup.

Fandi menurunkan badannya dengan mencium bibir Tiara lembut, ciuman yang hanya berupa sentuhan dan lumatan kecil membuat suasana menjadi romantis bagi Tiara. Tidak pernah mendapatkan hal seperti ini dari Bagas, sisi liar dari Tiara bangkit setiap bersama dengan Fandi. Suara desahannya tertahan karena ciuman, tangan Fandi sudah meremas kedua payudaranya bergantian, tangan yang lain dijadikan tumpuan bagi tubuhnya.

Fandi memegang penisnya dan mulai menggesekkan pada vagina Tiara setelah mengangkat roknya keatas, membelai paha Tiara yang membuat suara desahan terdengar pelan. Mengarahkan penisnya ke vagina Tiara, memasukkannya pelan membuat Fandi harus memejamkan matanya, setiap kali penisnya memasuki vagina Tiara seakan memasuki tempat sempit padahal sudah dimasukkan berkali-kali dan melahirkan.

“Oughh...kamu sangat sempit,” erang Fandi saat mendorong semakin dalam “Shit!”

“Ehmmm....ehmmm....” erangan tertahan saat merasakan penis Fandi memasukinya.

Gesekan pada dinding vaginanya membuat Tiara hanya bisa mendesah tertahan disela-sela ciuman mereka, melepaskan ciuman dengan beralih pada leher dan memberikan hisapan serta gigitan kecil yang lagi-lagi membuat Tiara mendesah sambil menggigit bibirnya.

“Ahhh....” teriak Tiara saat merasakan penis Fandi masuk semuanya.

Membiarkan didalam, mulai menurunkan kepalanya sejajar dengan payudara Tiara. Menghisap dan menjilati putingnya membuat tubuh Tiara mengangkat sedikit, suara desahan mulai terdengar ketika Fandi menggerakkan penisnya pelan. Dorongan penisnya yang semakin dalam, tidak lama kemudian Tiara mengimbangi gerakan penis Fandi, tangan Fandi sesekali menampar bokong Tiara membuatnya teriak saat merasakan sesuatu yang menyenangkan pada dirinya.

“Fuck! Lebih cepat lagi gerakannya....oughh....ahhh....” Tiara mengerang keras saat Fandi bergerak semakin kasar dan cepat.

“Istri macam apa yang selingkuh? Kamu bukan pendidik yang baik! Ough....gila! Fuck! Anjing...oughh...shit...vaginamu enak sekali. Bangsat!” Fandi mendesah dengan mengeluarkan kata-kata kasarnya.

“Lebih dalam lagi....oughhh....Bajingan kamu!” Tiara mengikuti kata-kata kasar yang Fandi keluarkan “Puaskan dosenmu ini....oughhh....aku bayar kamu, bajingan! Shit!”

Fandi mendorong keras saat mendengar kata-kata kasar yang dikeluarkan Tiara, menggenggam tangannya satu sama lain. Tiara tidak bisa memegang apapun karena tangannya diikat, bahkan tidak tahu bagaimana ekspresi wajah Fandi saat ini. Suara desahan mereka semakin keras, tanda jika mereka menikmati apa yang terjadi pada tubuh mereka satu sama lain.

“Ahhh....” teriak Tiara saat merasakan pukulan kembali di bokongnya diikuti dengan dorongan penis Fandi yang semakin dalam.

“Aku mau keluar, bajingan! Lakukan dengan cepat.” Tiara memberikan perintah membuat Fandi melumat bibirnya kasar.

“Kamu nggak layak sebagai pendidik! Anjing enak sekali vaginamu, Jalang!” Fandi mengerang frustasi.

Tubuh Tiara terangkat keatas, tanda bahwa akan mencapai klimaksnya. Fandi melihat itu mendorong semakin keras, bibirnya melumat secara kasar, tangannya membuka semua ikatan di tangan dan mata. Tanpa melepaskan ciuman yang semakin dalam ciumannya, memainkan lidahnya didalam dan bertukar saliva, tangan Fandi tidak lepas dari meremas payudara Tiara dengan kasar. Tangan Tiara yang sudah bebas meremas rambut Fandi, memainkan lidahnya dengan lidah Fandi didalam mulut, mengikuti gerakan bagian bawah sampai akhirnya tubuhnya mengangkat keatas tanda akan mencapai klimaksnya.

“Ahhh....” erangan keluar dari bibir mereka berdua saat mendapatkan pelepasan secara bersamaan.

Mendorong penisnya semakin dalam, Tiara bisa merasakan semprotan pada vaginanya karena banyaknya cairan yang keluar dari penis Fandi. Melumat bibir Tiara sebelum melepaskan penyatuan mereka, menatap cairan mereka dan mengambilnya dengan jemari yang langsung dihisap Tiara tanpa tersisa.

“Mau kemana?” tanya Tiara menatap Fandi yang beranjak.

“Istirahat saja sana.” Fandi tidak menjawab pertanyaan Tiara.

“Menemui pacarmu?” Fandi hanya diam dan memasuki kamar mandi “Aku melarang kamu ketemu dia, apa nggak bisa kamu melupakan dia malam ini? Aku sudah meluangkan waktu dan menghabiskan uang untuk bisa bersamamu.”

“Dia lagi butuh aku, aku tinggal sebentar dan nanti aku akan melayanimu sampai nggak bisa jalan atau bangun. Uang kamu nggak akan sia-sia, aku akan melayani dengan baik.”

Forbidden LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang