2

1.5K 77 7
                                    

Merapikan penampilannya, memberikan parfum di setiap sudut tubuhnya dan terakhir adalah menatap penampilannya depan cermin. Menggunakan kemeja berwarna hijau dengan rok dibawah lutut dan sepatu hak tinggi, tersenyum kecil menatap penampilannya. Tiara tahu perkataan Fandi tentang dirinya yang menjadi tatapan lapar dari lelaki yang ada disekitarnya, tapi selama ini tidak peduli sama sekali.

Fandi, mahasiswa tingkat akhir yang belum juga lulus untuk memperbaiki nilai-nilainya. Fandi, saat ini berusia dua puluh lima tahun. Pertemuan mereka terjadi saat Tiara mengajar di kelasnya, kedekatan mereka terjadi secara tidak sengaja. Tiara rutin melakukan olahraga di gym dekat rumahnya, secara mengejutkan Fandi juga disana menggantikan temannya menjadi instruktur. Mereka semakin dekat dan berakhir dengan kegiatan ranjang, Tiara mendapatkan kepuasan yang selama ini tidak didapatkannya.

Menghembuskan nafas panjang, menatap barang bawaannya yang harus dikerjakan di rumah. Menghabiskan waktu seorang diri di rumah membuat Tiara mencari kegiatan dengan memeriksa ujian dan tugas anak didiknya. Menghembuskan nafas sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari ruangan, mengunci pintunya dan melangkah ke tempat parkir dimana mobilnya berada. Fandi memang benar jika saat ini kondisi fakultas hanya ada beberapa orang, Tiara hanya melihat mereka yang sedang mengerjakan pekerjaannya di tempatnya bertemu Fandi dan teman-temannya tadi.

Menjalankan mobilnya menuju tempat dimana Fandi berada, pria itu meminta Tiara menjemputnya di cafe depan halte kampus. Tiara bisa melihat Fandi bersama wanita yang diketahuinya sebagai pacarnya, melihat itu membuat Tiara tidak menyukainya dan perasaan asing hadir didalamnya.

“Nggak boleh punya perasaan sama Fandi.” Tiara menggelengkan kepalanya.

Tidak menyadari Fandi memasuki mobilnya, Tiara sendiri masih menggelengkan kepalanya. Kecupan singkat di pipi membuat Tiara membeku, menatap kesamping dan mendapati Fandi tersenyum manis kearahnya.

“Bagaimana bisa kamu masuk?” tanya Tiara bingung.

“Kamu nggak kunci pintunya.”

“Cewek kamu?” tanya Tiara kembali dan menatap ke tempat dimana Fandi berada sebelumnya dan ternyata sudah kosong.

“Dia pulang sama temannya, kita kemana?”

“Aku ada kerjaan jadi kayaknya di rumah aja.” Tiara memberikan usul.

“Rumah kamu?” Tiara menganggukkan kepalanya “Kos aku aja.” Tiara langsung menggelengkan kepalanya “Nggak ada penolakan, lagian aman juga disana. Aku nggak mau kamu jadi bahan pembicaraan tetangga bawa pria ke rumah.”

Perkataan Fandi benar adanya, membuat Tiara mengikuti keinginannya menuju kos Fandi berada. Tempat tinggal Fandi memang aman, mobilnya parkir dengan sangat aman juga, ditambah suasana kosnya yang seperti layaknya rumah bukan kos pada umumnya. Ketiga kalinya Tiara mendatangi kos Fandi untuk mendapatkan kenikmatan, kenikmatan yang tidak didapatnya dari Bagas, suaminya sendiri.

“Suami kamu nggak tahu apa yang kamu lakukan?” tanya Fandi memecah keheningan mereka.

“Aku nggak peduli.” Tiara menjawab santai.

“Sudah berapa lama kalian nggak berhubungan?” tanya Fandi penasaran.

“Enam bulan mungkin atau bahkan bisa lebih,” jawab Tiara mencoba mengingat kegiatan ranjangnya dengan Bagas, “Itupun berakhir dengan dia keluar terlebih dahulu.”

“Pantas masih terasa sempit.” Fandi berkata dengan suara pelan “Efek kamu senam juga mempengaruhi vaginamu.”

“Kamu sudah bilang itu,” ucap Tiara yang diangguki Fandi “Mana yang lebih enak aku atau pacarmu?”

“Aku nggak bisa menilai karena belum pernah melakukan sama dia.” Tiara menatap tidak percaya dengan jawaban Fandi “Aku mencintai dia, yang artinya nggak akan merusak dirinya sekecil apapun.”

“Curang!” sindir Tiara “Kamu melakukan dengan wanita lain, lalu apa kamu yakin dia wanita baik-baik.”

“Kamu tidak kenal dia jadi nggak usah komentar, lagipula disini aku bertugas memuaskan kamu yang tidak mendapatkan kepuasan dari suaminya. Satu lagi kamu tidak mengenal aku, sejauh mana hubungan kita hanya sebatas ranjang tidak lebih.” Fandi berkata dengan nada dinginnya.

Perkataan Fandi membuat hati Tiara menjadi sakit, tidak terima dengan semua kata-kata yang keluar dari bibirnya, meskipun begitu perkataannya memang benar adanya. Hubungan mereka hanya sebatas ranjang dan tidak lebih, hal yang sudah dikatakannya saat pertama kali mereka bersama.

Kendaraan yang Tiara jalankan akhirnya sampai ke tempat kos Fandi, petugas keamanan langsung membuka pintu dan Fandi memberikan uang padanya. Hal yang selalu dilakukan Fandi setiap kali Tiara datang, melajukan kendaraannya di tempat parkir mobil berada. Tiara memastikan semua dalam keadaan aman, menggunakan kacamata dan topi juga masker untuk menutupi jati dirinya. Fandi membuka pintu belakang mengambil barang yang akan dikerjakan Tiara nantinya, setelah memastikan semuanya aman baru berjalan mengikuti Fandi menuju kamarnya berada. Kamar Fandi berada di bawah, tidak jauh dari tempat parkiran mobil berada.

Suasana disekitar tempat tinggal Fandi memang tenang, meskipun tempat yang dipilihnya adalah kos-kosan. Fandi mengambil kos-kosan untuk semua jenis, hal ini membuat Tiara bisa bebas masuk kedalam. Tiara sering melihat pasangan keluar masuk kamar atau mungkin mereka bukan pasangan sah. Fandi pernah mengatakan jika mereka adalah simpanan atau pasangan yang berselingkuh seperti mereka berdua.

“Mau mengerjakan sekarang atau nanti?” tanya Fandi yang membuat Tiara mengerutkan keningnya “Pekerjaan yang kamu bawa dari kampus.”

“Apa kamu ada makanan? Aku lapar.” Tiara membuka kabinet tempat Fandi menyimpan makanan “Pacar kamu pernah kesini?”

“Nggak, dia nggak tahu aku tinggal disini. Tempat ini bukannya kamu yang membayar? Aku nggak mau ada yang tahu tempat ini selain kita berdua.”

Fandi membuka pakaiannya dan langsung berbaring diatas ranjang, Tiara menatap tubuh bagian atas Fandi telanjang hanya menelan saliva kasar. Berjalan mendekati Fandi dan duduk disampingnya, Fandi menatap Tiara yang duduk disampingnya dengan meletakkan kedua tangannya di kepala menjadikan sebagai bantal.

“Memikirkan apa?” tanya Fandi membelai punggung Tiara.

“Bukan hal penting.” Tiara menjawab sambil mengangkat bahunya.

“Kamu mau makan apa? Kita pesan aja.” Fandi mengambil ponsel dan bangkit dari berbaringnya menjadi duduk disamping Tiara.

Memilih makanan yang akan mereka makan nanti, tidak tertinggal beberapa camilan. Tiara yang sudah mendapatkan makanan yang akan dimakannya nanti, beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Membasuh wajahnya dengan air, menatap penampilannya depan cermin dan meraba payudaranya pelan. Menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya memutuskan membuka BH dan celana dalamnya, memberikan akses pada Fandi untuk menikmati tubuhnya. Memastikan semuanya baik-baik saja, keluar dengan memberikan senyuman terbaiknya dan bertepatan dengan makanan datang.

“Kita makan dulu baru nanti bekerja.” Fandi membuka suaranya tanpa menatap Tiara.

Tiara berjalan mendekati Fandi, memeluknya dari belakang. Fandi meletakkan bungkus makanan dan berbalik menghadap Tiara, membelai wajahnya dengan memperbaiki rambutnya tanpa melepaskan tatapan satu sama lain.

“Putuskan pacarmu dan jadikan aku milikmu selamanya.”

Forbidden LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang