4

1.9K 89 5
                                    

Flashback On
Dua tahun sebelumnya
Tiara merapikan berkasnya untuk bersiap pulang, tubuhnya yang lelah membuat Tiara ingin segera di rumah untuk menghabiskan waktu dengan keluarga terutama anak-anak. Membayangkan semuanya membuat Tiara tersenyum lebar, memastikan tidak ada yang tertinggal langsung keluar ruangan dan tidak lupa untuk menguncinya.

Melangkah pelan di koridor fakultas yang sedikit sepi dibandingkan sebelumnya, tidak membuat langkah Tiara menjadi lebih cepat dibanding biasanya, beberapa mahasiswa yang berpapasan saling memberi kode untuk menyapa Tiara yang langsung dibalas dengan senyuman. Masuk kedalam mobil yang selama ini menemaninya dalam beraktivitas, mengendarainya menuju rumah tempat dimana anak-anak menunggu dirinya.

“Bunda!” teriak Sarah yang langsung menghampirinya, Tiara memberi kode untuk berhenti.

“Bunda lagi kotor, baru datang jadi lebih baik mandi dulu. Bunda nggak mau bakteri dari luar pindah ke kamu.” Tiara memberikan pengertian pada Sarah yang hanya menganggukkan kepala.

Memasuki kamarnya bertepatan dengan Bagas yang keluar dari kamar mandi, mereka hanya saling menatap dan tidak ada yang mengeluarkan suara hanya untuk sekedar menyapa satu sama lain. Tiara memilih tidak peduli dan langsung masuk kedalam kamar mandi, membersihkan diri setelah berada diluar seharian. Keluar dengan menggunakan pakaian rumah setelah dirasa rapi dan tercium aroma menyegarkan langsung menuju ke tempat dimana anak-anak berada, langkahnya terhenti saat melihat Bagas bersama dengan anak-anak saling bertukar cerita.

“Wah...ada yang seru ternyata sampai nggak sadar ada bunda disini.” Tiara berjalan mendekati mereka dan bergabung bersama, membuat tatapan dengan Bagas saling bertemu “Udah pada makan?”

“Pada nungguin bunda,” jawab Sarah dengan menyandarkan kepalanya di lengan Tiara, membuat tangannya membelai rambut Sarah.

Aktivitas mereka sepanjang malam dilalui dengan berbicara dan menghabiskan waktu dengan anak-anak, setelah itu akan masuk kamar dengan aktivitas berbeda dan tidak ada yang membuka suara jika tidak penting. Tiara memilih istirahat terlebih dahulu karena besok akan menghabiskan banyak waktu di tempat olahraga sebelum ke kampus, keinginannya tidak berjalan lancar saat Bagas menginginkan jatahnya.

Tiara membiarkan tubuhnya dipegang Bagas, meremas payudaranya dan memasukkan penisnya kedalam vagina. Bagas melumat bibir Tiara setiap dorongan pada penisnya, tangan Tiara melingkar di leher Bagas, membantunya agar mencapai klimaks bersama. Semua keinginan hanya keinginan, tidak lama kemudian Bagas mencapai klimaks dan langsung melepaskan penyatuan setelah mengeluarkan sperma didalam vaginanya, berbaring disamping Tiara dan langsung terdengar suara dengkuran halus.

Menatap kecewa pada Bagas, menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya berdiri membersihkan tubuhnya dari cairan Bagas, kembali ke ranjang dan bergabung dengan Bagas untuk tidur. Tubuhnya benar-benar lelah, tapi sekali lagi dirinya tidak bisa menolak karena bagaimanapun Bagas adalah suaminya.

Rutinitasnya setiap hari selalu sama, memulai pagi dengan menyiapkan bekal anak-anak sampai mengantarkannya di gerbang untuk berangkat bersama dengan Bagas. Tiara bangun dengan kondisi sedikit lebih enak, menatap ranjang yang ada disampingnya telah kosong dan itu artinya Bagas sudah membantunya merawat anak-anak. Tidak mau terlalu lama Tiara memilih langsung beraktivitas, menyiapkan semuanya seorang diri tanpa bantuan asisten.

“Bunda, coba lihat ayah apain aku.” Sarah memanggil Tiara dan membuatnya menatap kearah Sarah.

“Ayah yang kuncir rambutnya?” Sarah menganggukkan kepala bangga “Bagus, bunda aja nggak serapi ayah.”

“Aku bantuin, Bunda.” Sarah berjalan mendekat.

Sarah akan membantu dengan hal-hal mudah, seperti memasukkan lauk kedalam kotak bekal yang akan mereka bawa. Sarah mulai menceritakan apa saja yang baru dilakukannya bersama dengan sang ayah dan David, Tiara hanya diam mendengarkan cerita yang Sarah katakan saat ini.

“Wah...sudah siap ini, kita sarapan sekarang?” suara Bagas membuat Sarah dan Tiara menatap kearahnya.

“Kita makan dulu, Mas udah mandi?” Tiara menatap Bagas yang hanya menganggukkan kepalanya.

Suasana di meja makan kembali dipenuhi cerita anak-anak, sesekali Bagas dan Tiara akan bertanya jika memang itu penting, atau memberikan sedikit nasehat agar tidak melakukan hal buruk. Memastikan anak-anak sudah siap, Bagas masuk kedalam kamar yang diikuti Tiara sebagai layaknya istri pada umumnya, menyiapkan pakaian Bagas yang lupa dilakukannya saat pria itu mandi.

“Kamu pulang jam berapa nanti?” tanya Tiara saat Bagas keluar dari kamar mandi.

“Nggak ada rapat jadi bisa pulang seperti biasanya, kamu? Ada kelas malam?”

“Kelas malam?” Tiara mencoba mengingat “Kayaknya nggak ada, tapi aku lupa nanti aku kabarin lagi.”

“Kenapa belum siap?” Bagas memandang penuh selidik.

“Aku mau gym dulu baru kampus.” Tiara menjawab pelan yang diangguki Bagas.

“Memek kamu makin sempit buat penisku semakin dipijat, aku suka dan nanti lagi.” Bagas melumat bibir Tiara sebelum keluar dari kamar.

Tiara menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan Bagas, padahal dia melakukan ini bukan untuk menyenangkan suaminya, percuma saja dirinya melakukan ini jika Bagas hanya bertahan beberapa menit. Vaginanya masih gatal ingin dipuaskan, andaikan melakukan itu dengan pria lain tidak dosa bisa saja langsung melakukannya dengan pria-pria yang mendekatinya.

Berangkat ke tempat olahraga setelah memastikan semuanya baik-baik saja, mengikuti segala macam gerakan dari instruktur dengan baik, setiap olahraga selalu menggunakan pakaian ketat yang memperlihatkan belahan payudaranya dan bentuk tubuhnya. Tiara tahu para pria yang ada di tempat gym selalu melihatnya dengan tatapan lapar.

“Apa yang ibu lakukan disini?” tanya seseorang yang saat ini membantu Tiara mengambil barbel.

“Kamu?” Tiara menatap pria yang ada dihadapannya “Anak kampus? Mahasiswaku?” tanya Tiara memastikan.

Pria itu menatap tajam pada Tiara tidak menjawab pertanyaannya “Ibu kenapa disini dengan pakaian seperti ini?”

Tiara menatap bingung pada pria yang menjadi mahasiswa di fakultasnya “Menurut kamu apa? Memang kamu siapa mengatur-atur aku?”

“Fandi, aku Fandi kalau ibu lupa.” Tiara menatap tidak percaya pada pria yang ada dihadapannya saat ini “Sudah ingat?”

Tiara tidak akan melupakan mahasiswanya yang satu ini, mahasiswa dengan banyak kegiatan dan termasuk cerdas, hanya saja beberapa hal membuat mahasiswa ini mendapat penilaian negatif dari rekan sesama dosen. Kebiasaannya berpendapat pada hal-hal yang tidak sesuai dengan kehadilan akan membuatnya berbicara tanpa mengenal takut, tapi setidaknya pria ini pintar dalam setiap mata kuliah, itu yang membuat Tiara tahu dengan baik sosok pria yang ada dihadapannya.

“Ibu kenapa disini? Mau sehat atau bergaya?” tanya Fandi lagi setelah berhasil menarik Tiara menuju tempat istirahat.

“Orang ke gym menurutmu apa? Bagaimana bisa kamu mikir bergaya.” Tiara menggelengkan kepalanya.

“Pakaian ibu membuat pria disini menatap penuh gairah.” Fandi mengalihkan pembicaraan yang membuat Tiara menatap kearah pakaiannya.

“Apa kamu juga?” tanya Tiara yang membuat Fandi membelalakkan matanya. “Kalau kamu juga bergairah, buktikan bagaimana pria bergairah.”

“Maksud ibu apa?” Fandi menatap tidak percaya “Melakukan hubungan intim?”

Tiara menatap bagian bawah Fandi, membuat sang pemilik mengikuti arah pandang Tiara. Fandi tahu apa yang diinginkan Tiara saat ini, mencoba untuk tidak masuk kedalam jebakannya, sedikit takut jika ini adalah penilaian Tiara mengenai Fandi. Tiara sendiri memandang penuh gairah, tidak menyadari pikiran yang ada di kepala Fandi saat ini.

“Aku bisa memuaskan kamu kalau mau ikut aku sekarang.”

Fandi menghentikan mobil di pinggir jalan yang sepi, menarik dagu Tiara dengan melumat bibirnya kasar, Tiara membalas ciuman Fandi dengan penuh gairah dan meletakkan tangannya di leher Fandi.

“Puaskan aku dan akan kubayar sesuai dengan apa yang kamu lakukan.”

Forbidden LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang