Part 7

150 15 3
                                    


Warning!!
Tolong jangan copy / plagiat work wofu ya, karena membuat ff ini tidak gampang, maaf jika ada sedikit kesamaan dengan fanfic lain tapi ini 100% ide wofu, jangan lupa follow biar dapet notif kalau wofu update nanti , silahkan di vote dan commentnya biar makin semangat nulisnya~, wofu menerima saran juga kok, Selamat membaca~

(Rekomendasi lagu,biar tambah baper)

Hari itu, pada musim gugur di sore hari, renjun yang baru saja selesai dengan pekerjaan kembali pulang ke rumah, saat sudah dekat ia melihat ke arah tanah dan melihat darah??


Panik, renjun langsung saja berlari masuk, membuka sendal tradisional nya dengan cepat, menemukan jaemin sedang pingsan di ruang tamu, tangannya di penuhi oleh darah

Awalnya renjun kira tangan jaemin yang terluka namun saat melihat wajah jaemin, darah segar mengalir dari mulutnya mengalir ke arah dagu, menimbulkan genangan darah di lantai rumahnya

Dengan terburu buru renjun memapah jaemin ke kamarnya, membersihkan darahnya lalu memberikan dia air hangat berharap dapat memberhentikan darah yang keluar, barulah ia mengambil obat herb untuk diminum.

Melihat darah yang di keluarkan sudah sangat sedikit, renjun berlari ke arah tempat dokter yang ia ketahui, bersyukur jarangnya tidak terlalu jauh

Saat sampai renjun langsung mengetok pintu rumah itu dengan histeris

"Ada apa anak muda? Hari sudah malam aku tidak bekerja lagi"

"Kumohon! kumohon, suamiku barusan muntah darah, aku takut sekarang ia akan memuntahkan darah lebih banyak lagi! Kumohon dokter tolong aku, kumohon!" Renjun menangis dan memohon kepada dokter itu, ia bahkan rela berlutut dan memeluk kaki dokter itu

"Astaga!!! Baiklah, baiklah jangan membuatku terlihat seperti orang jahat, tunggu disini akun akan ambil alat dan obat yang kubutuhkan"

Setelah selesai dokter itu memanggil kereta kuda yang kemudian ada di dekat sana, di dalam kereta renjun terus berdoa

"Nak ayo turun sudah sampai" kata dokter itu, renjun tidak membuang buang waktu dan mengarahkan dokter tersebut ke kamar jaemin untuk mengeceknya

"Astaga.... keadaannya cukup buruk"

"Apa yang terjadi?? Apa jaemin akan..."

"Sepertinya begitu, suami ada terkena pneumonia, belum ada obat atau alat yang dapat menyembuhkannya secara total. Obat yang kuberikan ini hanya dapat mencegah atau menambah daya tahan tubuhnya. Semua ini bergantung terhadap suamimu ini nak"

"Hiks.... hikss jaemm" renjun menaruh kepalanya di dada bidang jaemin, tidak lupa meremat pakaian yang dikenakannya

"Dilihat dari umurmu dan pemuda ini sepertinya umur kalian cukup berbeda jauh, sekalinya dia meninggal pun kau masih mempunyai harapan"

Renjun ingin menampar dokter nya ini jika bukan dia yang mengobati jaemin tadi  dan rela datang di luar jam kerjanya

"Baiklah dok, obatnya hanya ini kan? Diminum 3 kali sehari, terimakasih sudah datang kesini, maaf mengganggumu, ini uangnya" lalu renjun berdiri, mengisyaratkan untuk mensudahi percakapan mereka

.

.

Renjun sedih melihat badan jaemin yang semakin hari terlihat semakin kurus, jaemin terus mengatakan agar tidak terlalu khawatir namun tetap saja...

"Maaf ya, aku sudah tidak bisa bekerja membantu" kata jaemin yang sedang memeluk renjun saat memasak

"Tidak apa jaem, kau istirahat saja. Aku akan menemanimu hari ini"

"Tapi aku ingin melihat kau- UHUk, uhukk ugh" renjun dengan cepat menaruh pisaunya dan memapah jaemin kekamarnya

"Jaem, sudah kubilangkan kau istirahat saja, setelah memasak aku akan menemanimu lagi, hari ini aku memasak yang simple, jadi tidak akan lama oke?"

"Hm baiklah injunie, maaf ya" Jaemin tersenyum namun matanya mengisyaratkan kesedihan dan penyesalan

"Berhenti mengatakan maaf" lalu renjun mencium bibir jaemin dengan gentle sebelum kembali ke dapur

Setelah renjun keluar dari kamar jaemin yang sekarang sudah semakin menua,namun tetap saja wajahnya masih terlihat cakep , hanya berubah menjadi dewasa di umurnya yang matang ini

Everlasting {RENMIN/JAEMREN}Where stories live. Discover now