CHAPTER 6

24 4 1
                                    

Mungkin yang di katakan Varya benar, ini bukan hutan. Mungkin hanya sebuah tanaman liar yang tumbuh lebat sehingga memisahkan rawa dengan desa yang di maksud Zora. Tidak banyak rumah di sini, tapi perkebunan sangat luas. Banyak kincir angin yang sangat besar. Di sebelah desa kecil itu terdapat sebuah pasar biasa yang tidak jauh.

"Apa kita akan membeli perbekalan?" tanyaku.

"Tentu saja. Tidak mungkin kita akan membeli merch yang harganya dollar, lalu merusaknya" jawabnya datar, melirik Vallen.

"Uangnya?"

Varya membagikan beberapa koin emas, "Beli barang yang kalian butuhkan saja. Jangan lupa sisihkan beberapa koin untuk jaga–jaga"

"Kita berpencar, nanti berkumpul di kincir angin dekat kebun tulip yang kita lewati tadi" perintah Zora. Vallen langsung berlari melihat–melihat. Varya pergi ke toko obat–obatan, dan Zora menghilang tanpa jejak. Aku masih bingung untuk menghabiskan separuh koin ini, jadi aku coba untuk berkeliling.

●●●

Aku berlari melihat barang dagangan yang di jejerkan di toko–toko. Aku belum memutuskan barang yang akan aku beli. Di depan ada sebuah toko kue, mungkin aku akan membeli makanan dulu. Aroma kue tercium lezat, aku ingin membeli semua kuenya. Tapi aku harus menyisihkannya, kalau begitu jangan di beli. Hehehe...

Lalu, aku memesan semua kue yang kutunjuk. Aku tahu si penjual tidak mengerti bahasaku, tapi dia gesit mengambil kue yang aku tunjuk. Ia menyerahkan bungkusan kue dan menunjukan empat jarinya. Tanpa berpikir panjang, aku...LARI. Seketika orang–orang di pasar langsung rusuh, untungnya kak Zen dan Varya tidak memperhatikan. Tidak ada yang berhasil mengejarku di luar area pasar, kecuali seseorang, berjubah putih dengan topeng kitsune, yang melesat melumpuhkanku.

"Mencuri itu tidak baik!" ucapnya.

"Makanya jangan tinggalkan aku sendiri" jawabku asal. Aku melepaskan diri selagi dia tersipu. Aku melihat sekilas kebelakang, ia tidak mengejarku dan pikirannya sangat kacau karena ucapankan. Aku berlari ke sembarang tempat. Aku berhenti di sebuah danau kecil dengan banyak teratai. Aku melepaskan sepatuku dan mengambil bunga itu.

"Kau ini sangat membingungkan" aku masih mengingat suara itu. Masih dengan jubah putihnya dan topeng di tangannya. Ia mewarnai rambutnya menjadi seputih salju. Aku keluar dari danau dengan teratai dan memberikannya. Dan ia membalasku dengan sebuah katana.

"Jangan kau buat aneh-aneh lagi dengan katana itu, terutama memotong sayuran!" ucapnya.

"Hehe" aku menyeringai. Aku menunjukan pistol laserku "Aku tidak memerlukan itu lagi, punya yang lebih bagus"

"Simpa saja pistolmu. Ini masa lalu, kalau kamu ceroboh, paradox akan terjadi" aku menyeringai lagi. Hening sejenak.

"Lumi..." aku menggenggam tangannya.

Mata sipitnya menatapku. "Tolong temani aku ke festival kembang api. Ini sudah lama sekali sejak kita semua tidak berkumpul lagi. Aku mohon."

Ia menghela nafas dan mengelus kepalaku, "Kau tahukan ini bukan saat yang tepat. Bersabarlah, kita hanya perlu memberitahunya sebentar lagi"

●●●

Aku sudah membeli barang yang aku perlukan. Aku sudah berkumpul di tempat, kecuali Vallen dan Zora. Padahal langit sudah berwarna oranye dan matahari mulai tenggelam. Cahaya mentari sore menyiram setiap bunga tulip di kebun.

"Kemana mereka berdua ini?" tanyaku.

"Bersabarlah" jawab Varya. Ia melihat ke arah kincir angin yang besar itu dan memotretnya, "Pemandangannya bagus, ya..."

"Tentu saja" jawabku singkat.

"Seandainya kita hidup dengan udara sebersih ini dan langit seindah ini.
, pasti lebih banyak bintang" ucapnya sambil merilekskan diri. Padahal ini belum malam, kenapa dia memikirkan bintang.

Terdengar suara sepatu kuda, Zora kembali dengan gerobaknya yang di tarik dua ekor kuda.

"Dimana Vallen?" tanya Zora.

"Dia belum kembali" jawabku. Terdapat beberapa kotak yang ditutupi oleh kain.

"Kau membawa apa saja? Itu banyak sekali" tanya Varya. Tiba-tiba kotak itu terbuka dan Vallen keluar dengan menguap kantuk.

"Aku baru ingat kalau dia bersamaku. Cepat naik!" suruhnya.

MARIONET [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang